youngster.id - Meningkatnya penetrasi internet ke seluruh negeri, serta daya beli masyarakat yang semakin membaik membuat layanan food startup delivery menjadi primadona baru di masyarakat. Dari sisi pemainnya juga terus bertambah, baik lokal maupun asing. Layanan yang diberikan juga beragam termasuk jasa catering makanan yang mendongkrak bisnis UKM kuliner.
Jika diamati dalam beberapa tahun terakhir, layanan food startup delivery semakin menjamur di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Berkat layanan ini masyarakat bisa menikmati makanan dan minuman tanpa harus bersusah payah mengeluarkan energi lebih untuk mendatangi lokasi, menunggu, menikmati, dan kembali ke tempat asal.
Usaha katering yang melayani penyediaan makanan untuk acara atau kebutuhan logistik ini termasuk dalam kategori bidang usaha UMK non-pertanian, yang jumlah pelaku usahanya menempati urutan teratas dalam perekonomian nasional.
Secara gabungan, skala kegiatan ekonomi UMKM memberikan kontribusi sekitar 60% terhadap total Pendapatan Domestik Bruto Indonesia. Pada 2017 lalu PDB Indonesia sekitar Rp 13.600 trilyun. Artinya, total pendapatan UMKM adalah sekitar Rp 8160 trilyun. Usaha Mikro menyumbang sekitar Rp 5000 trilyun per tahun, Usaha Kecil Rp 1300 trilyun, Usaha Menengah sekitar Rp 1800 trilyun; dan Usaha Besar sekitar Rp 5400 trilyun.
Jika dibandingkan dengan batas atas kriteria omsetnya, rata-rata omset Usaha Mikro saat ini hanya sekitar 25% dari batas atas omset Rp 300 juta; Usaha Kecil 65%, dan Usaha Menengah 59%. Hal ini seakan menyiratkan bahwa produktifitas Usaha Mikro masih jauh lebih rendah daripada Usaha Kecil maupun Menengah yang membuatnya secara umum lebih rapuh dan mungkin saja mudah tergilas oleh tekanan persaingan. Mau tidak mau memang harus ada pendampingan melekat dan terstruktur agar Usaha Mikro dapat meningkatkan efisiensi produksi, produktifitas, dan daya tahannya dalam menghadapi persaingan. Di sisi lain, pelaku Usaha Mikro juga perlu membuka diri terhadap kebaruan teknologi. Khususnya dalam memanfaatkan berbagai solusi digital yang dapat memperluas pasar sekaligus menekan berbagai biaya produksi.
Peluang ini juga yang ditangkap oleh Riza El Akbar dan M. Yusuf Ramadhan untuk membangun platform bernama Ketringan. Menariknya, mereka tidak memiliki usaha catering, tetapi merupakan layanan marketplace untuk UMKM layanan katering berbasis mobile application.
“Ide Ketringan ini berangkat dari melihat masalah yang sering dialami oleh mashasiswa seperti kami ini yang punya budget terbatas, dan juga waktu yang ketat untuk perkuliahan. Kedua hal ini berpengaruh ketika ingin mendapatkan menu makanan yang enak, bergizi, tetapi sesuai dengan kemampuan keuangan dan waktu,” ungkap Riza, CEO & co-founder Ketringan kepada youngster.id saat ditemui di JCC kawasan Senayan Jakarta belum lama ini.
Di sisi lain, mereka melihat banyak pelaku UMKM kuliner yang belum begitu dikenal masyarakat dan butuh promosi. “Bisa dibilang para UMKM ini promosinya kurang. Apalagi dengan ada stigma kalau UMKM itu warung pinggiran atau rumah makan kecil. Dari sinilah ide untuk membangun Ketringan sebagai marketplace dari UMKM catering,” jelas Yusuf.
Dari Lomba
Ketringan adalah startup digital mahasiswa dari kreatifLabz – Fakultas Ilmu Terapan mendapatkan sponsor dari CDC Telkom University. Menurut Riza, ide binis ini mereka garap sejak tahun 2018. Ketika itu Riza dan Yusuf merupakan mahasiwa D3 Sistem Informasi Telkom University.
“Kami ketika itu ngobrol tentang susahnya dapat catering yang sesuai dengan kantong dan waktu mahasiswa. Sementara di sekitar kampus banyak warung makan yang tersedia tapi tidak terhubung. Kenapa tidak kita buat marketplace untuk itu,” kisah Riza.
Ide itu kemudian mereka garap bersama rekan-rekan yang lain untuk mengikuti kompetisi Bisnis Plan Mahasiswa se-Indonesia, di Kampus IPB Jawa Barat 2019. Alhasil, Ketringan meraih juara pertama pada kompetisi tersebut.
Namun mereka sempat ragu mewujudkan ide tersebut dalam produk nyata. Mereka merasa butuh waktu untuk bisa menghubungkan antara pelaku UMKM dengan pasar. Apalagi tim mereka waktu itu belum solid sehingga membuat kesiapan membangun platform terasa kurang.
“Waktu lomba ada dari salah satu juri yang berasal dari kampus bisnis ternama di Jakarta menantang kami kalau di awal tahun 2019 Ketringan bisa running. Dari sana kami jadi terpacu untuk mewujudkan ide ini jadi platform nyata,” imbuh Yusuf, yang menjabat sebagai CIO Ketringan.
Pada awal 2019 mereka meluncurkan Ketringan, sebagai startup yang bergerak di industri marketplace makananan yaitu jasa katering. Mereka merangkul UMKM yang bergerak di penyedia makanan seperti warung-warung makan, rumah makan dan industri rumah tangga. Target pasar utama dari Ketringan, yaitu untuk menyediakan layanan makanan berlangganan untuk personal di civitas kampus, terutama mahasiswa dan kegiatan-kegiatan di kampus.
Upaya membangun Ketringan tidak menemui masalah bagi mahasiswa jurusan D3 Sistem Informasi. Apalagi mereka mendapat dukungan kreatifLabz dan Telkom University. Namun kendala terbesar adalah menyatukan berbagai pemikiran dari para foundernya serta mendapatkan keinginan dari pengguna.
“Kendala utama yang kami temui di awal startup ini berdiri adalah manajemen. Untuk itu kami harus membangun komunikasi, baik dengan pelanggan maupun di dalam tim. Dari sana kami akhirnya menemukan cara paling efektif dalam layanan,” ungkap Yusuf.
Di sisi lain, mereka juga mempelajari perilaku konsumen, terutama dari kalangan mahasiswa yang merupakan target pengguna Ketringan. “Kami belajar akan perilaku konsumen, termasuk keluhan mereka. Kami juga membangun komunikasi dua arah dengan mereka,” ujarnya.
Menurut Yusuf, tak ada batasan minimum atau maksimum pemesanan bagi konsumen yang ingin mendapatkan jasa Ketringan di platform ini. “Kami tak membatasi banyak atau sedikit jumlah pesanan dari pelanggannya. Soalnya kami tahu mereka nggak punya waktu banyak untuk keluar. Melalui platform ini, kami sudah menyediakan data yang bisa dipilih sesuai dengan anggaran dari para mahasiwa yang menjadi pelanggan kami. Sehingga sebagai pelanggan mereka puas,” papar Riza.
Perluas Layanan
Sebagai platform marketplace, di sisi lain Ketringan juga sukses meyakinkan para pelaku UMKM untuk turut bergabung dalam Ketringan.
“Syaratnya mudah, hanya cukup bisa masak, higenis dan enak karena kami ingin lebih memudahkan UMKM. Karena menjadi UMKM tidak membutuhkan modal yang besar. Sementara pengemasan, marketing hingga pengantaran itu semua kami yang handle. Dan setiap bulan bagi UMKM yang telah bergabung, kami lakukan quality control,” ungkap Riza.
Saat ini sudah ada 20 UMKM yang tergabung dengan Ketringan. Di sisi lain, platform Ketringan juga fokus pada para pelanggan mereka yang sebagian besar adalah warga kampus. Untuk itu tersedia beberapa fitur utuk mempermudah user memesan makanan yang terbagi dalam beberapa model pesanan yang dibutuhkan pelanggan nantinya.
Yusuf menjelaskan, mereka punya layanan catering daily untuk user harian. Ada juga layanan yang bisa diulang selama tiga hari, satu minggu atau satu bulan.
“Jadi pelanggan layanan harian kami sudah sebanyak 50 user. Di luar itu, kami sudah melayani lebih dari 4200 box. Sejauh ini kami belum fokus untuk mengejar traffic. Karena kami masih harus melakukan penyesuaian sistem untuk mendapat yang terbaik,” ucap Yusuf.
Namun Yusuf mengklaim bahwa Ketringan ini lebih unggul dibandingkan penyedia marketplace catering lain.
“Keunggulan platform kami dari yang lain salah satunya ramah untuk mahasiswa. Dan kami juga membantu para pelaku UMKM yang terjun khususnya di bidang kuliner untuk membatu pemasaran makanan mereka,” katanya lagi.
Saat ini layanan Ketringan baru tersedia untuk kawasan di sekitar kampus Telkom di Bandung, Jawa Barat. Mereka juga terus berbenah terutama dalam hal kualitas, dan pengiriman makanan ke konsumen.
“Ke depan kami sedang mempersiapkan mulai bisa menangani mulai dari pengecekan kualitas makanan hingga kemasan dan pengiriman dari kami. Kami juga membangun partnership, termasuk untuk menangani permintaan pemasangan stiker untuk acara dari klien,” ungkapnya.
Sementara itu, Riza mengaatakan pihaknya juga sudah siap dengan persaingan usaha. “Setiap bisnis pasti ada pesaingnya. Tetapi kami lebih fokus ke unit value dari kami. Karena kalau kami mikirin kompetitor yang ada kami malah pusing. Jadi kami hanya fokus ke jasa catering ini. Misal mulai meningkatkan oprasionalnya, fokus pada quality control. Hal itu selalu kami improve terus. Tentu saja dengan itu semua membuat kami juga bisa bersaing dari yang lainnya,” ujar Riza.
Tak hanya itu, Yusuf juga mengungkapkan mereka sedang mempersiapkan diri untuk melebarkan sayap bisnisnya lebih luas ke masyarakat. Ia bersama kedua rekannya telah berencana di tahun 2020 siap melakukan ekspansi di luar kota Bandung.
“Kami mau ekspansi di tahun 2020 mendatang untuk melebarkan sayap bisnis kami lebih luas lagi di kampus-kampus di kota-kota lain. Namun kami tetap fokus pada pasar mahasiswa dan UMKM,” pungkas keduanya.
=====================
Riza El Akbar
- Tempat Tanggal Lahir : Banyuwangi, 11 Maret 1999
- Pendidikan Terakhir : D3, Sistem Informasi, Telkom University
- Pekerjaan : CEO & co-founder Ketringan
Mohammad Yusuf Ramadhan
- Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 17 Desember 1998
- Pendidikan : D3, Sistem Informasi Telkom University
- Pekerjaan : CIO & co-founder Ketringan
- Usaha yang dikembangkan : marketplace catering untuk mahasiswa
- Jumlah Tim : 6 orang
- Prestasi : Juara I, Kompetisi Bisnis Plan Mahasiswa Se Indonesia, di Kampus IPB Jawa Barat
=======================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post