youngster.id - Bisnis logistik di Indonesia mengalami tingkat pertumbuhan yang tinggi. Hal ini tidak terlepas dari meningkatnya kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi yang ada, termasuk kehadiran e-commerce. Bisa dikatakan, logistik merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat di Indonesia.
Berdasarkan data dari Supply Chain Indonesia, pada tahun 2018 sektor ini bernilai Rp 797,3 triliun, mencatat pertumbuhan sebesar 8,4% dibandingkan tahun 2017 yang bernilai Rp 735,2 triliun. Kemudian di tahun 2019, sektor logistik diprediksi tumbuh sebesar 11,56 % menjadi Rp 889,4 triliun. Sedangkan, menurut riset Indonesia Freight and Logistics Market – Growth, Trends, and Forecast (2019 – 2024) dari Mordor Intelligence, pertumbuhan revenue per tahun pada sektor logistik di Indonesia diprediksi mencapai 13% hingga 15% hingga tahun 2024.
Hal ini tentu menjadi peluang bisnis yang menarik. Banyak yang telah berlomba-lomba memanfaatkan peluang bisnis ini. Sayangnya, di atas kertas, kebutuhan akan pengelolaan logistik tadi belum seimbang dengan kualitasnya. Logistic Performance Index (LPI) dari World Bank menyebutkan bahwa Indonesia justru mengalami penurunan. Dari yang sebelumnya berperingkat 53 (2014) menjadi peringkat 63 (2016). Ini umumnya disebabkan oleh persoalan efektivitas dan efisiensi pengiriman barang.
Masalah ini kemudian ditangkap oleh startup dan pengembang teknologi sebagai satu kesempatan untuk memutar balik keadaan kualitas logistik. Fakta ini dapat terlihat dari kemunculan produk-produk teknologi yang berupaya memudahkan pengelolaan logistik.
Yang terbaru ada Logisly, startup di bidang teknologi logistik, hadir sebagai penghubung antara para pengguna jasa truk dengan pemilik truk melalui sebuah platform yang mengusung efisiensi, keamanan, kemudahan dan otomatisasi yang akan mempermudah mereka yang ingin menggunakan jasa truk dalam usahanya. Pendekatan Logisly pada transporter yang berasal dari segment SME pun berbeda dan bersifat inklusif.
Roolin Njotosetiadi, Co-founder sekaligus CEO Logisly menuturkan, logistik merupakan salah satu industri yang sedang berkembang dengan pesat di Indonesia. Terutama jika dilihat dari pertumbuhan pasar logistik pada 2013-2017 yang tumbuh sebesar 11.7%. Pertumbuhan infrastruktur, serta perdagangan modern juga kini membuat permintaan akan logistik yang konsisten semakin diminati. Namun, tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan logistik perusahaan, serta ketidakpraktisan aspek operasional dalam sektor logistik, menciptakan kondisi yang tidak optimal bagi para pengguna jasa logistik.
“Jadi startup Logisly ini memiliki tugas dengan bantuan teknologi saat ini untuk mempertemukan pengguna jasa truk dengan ribuan truk milik pengusaha kecil dan menengah (UKM) yang telah diverifikasi melalui platform digital, yang bertujuan untuk meningkatkan utilisasi, otomasi dan transparansi dalam supply chain management, dan mengoptimalkan biaya logistik,” kata Roolin saat ditemui youngster.id baru-baru ini di Jakarta.
Permudah Order
Roolin membangun Logisly pada awal 2019 bersama rekannya Robbi Baskoro yang bertindak selaku CTO. Menurut dia, sektor logistik di Indonesia adalah sektor yang selalu bertumbuh sesuai dengan kenaikan manufaktur maupun e-commerce. Hal itulah yang mendorong dirinya, mendirikan perusahaan rintisan di bidang logistik ini.
Sebelumnya, Roolin berkecimpung di bisnis teknologi sebagai Head of Product Kudo. Namun, berbekal pengalaman dari bisnis keluarga yang juga berkecimpung dalam industri logistik dan berinteraksi dengan jejaring pengusaha truk, dia tidak kaget mendirikan usaha rintisan yang didominasi oleh kaum pria itu.
“Saya melihat logistik di Indonesia itu tidak efisien ya, utilisasi truk itu rendah, cost of logistic di Indonesia tinggi. Oleh karena itu, saya ingin membangun bisnis yang dapat mengoptimalkan efisiensi logistik,” ucapnya.
Perempuan kelahiran Surabaya, 16 Januari 1986 ini menyebut teknologi Logisly memungkinkan pengusaha truk memperoleh klien jauh lebih mudah lewat sistem yang mereka buat.
“Sering kali truk berjalan tanpa muatan atau di pool saja, tidak mendapat order. Manajemen di perusahaan UKM truk banyak yang masih bersifat manual,” kata Roolin.
Menurut Roolin, hal itu terjadi karena manajemen di perusahaan UKM truk banyak yang masih bersifat manual. Untuk itu, Logisly hadir dengan platform teknologi untuk meningkatkan utilisasi truk, dan ke depannya membantu UKM truk dalam manajemen bisnisnya.
“Harapan kami, sektor logistik pun perlu ditumbuhkan dengan lebih baik melalui pemanfaatan teknologi dan mendorong pertumbuhan UKM logistik di Indonesia,” ujarnya.
Adapun jenis truk yang tersedia dalam platform Logisly mulai dari van, trailer, tronton, hingga flatbed/reefer. Diklaim Roolin, total pihaknya sudah menyediakan 5000 truk dari ratusan mitra transporter. Salah satu shipper besar yang sudah menjadi klien Logisly adalah Kamadjaja Logistics dengan bendera PT Pusaka Lintas Samudra, salah satu perusahaan 3PL besar di Indonesia.
Bergerak di bidang logistik butuh modal yang tidak sedikit. Tetapi Roolin mengaku bahwa bisnisnya ini berhasil mendapat kepercayaan dari salah satu angel investors dan modal ventura seperti Seedplus, Convergence dan Genesia yang telah memberi pendanaan tahap awal kepada usaha rintisan teknologi logistik ini.
“Nggak pernah menyangka awalnya bisa mendapat bantuan pendanaan yang datang dari angel investor maupun modal ventura seperti Seedplus, Convegence dan Genesia. Tetapi kalau berapa pendanaan yang kami dapatkan di sini, kami belum bisa menyebutkan angkanya,” kilahnya sambil tersenyum.
Bangun Kepercayaan
Roolin menjelaskan, Logisly hadir sebagai perusahaan rintisan sektor logistik dengan semangat mengoptimalkan proses sektor logistik dan menghadirkan platform yang menghubungkan para pengguna jasa logistik dengan pengusaha truk memiliki model bisnis yang unik. Terutama dalam hal ketika Logisly mendapat orderan dari para kliennya.
Roolin memperkirakan, saat ini ada 8 juta unit truk di seluruh Indonesia dengan potensi ekonomi dari sektor ini sekitar US$ 100 miliar. Dan menyitir tren industri logistik, pada tahun lalu sektor ini bernilai Rp 797,3 triliun dan diprediksi tumbuh 11,56% menjadi Rp 889,4 triliun. Dari sekian besar pasar itu, Roolin menargetkan menambah mitra transportir menjadi 1.000 dan menggaet 1.000 shipper.
“Truknya saja masih belum 1%, kesempatan masih besar dan perjalanan masih panjang,” ujar Roolin.
Logisly sama sekali tidak bermain di pasar konsumen individu, melainkan di pasar business to business (B2B). Mereka juga tidak memakai sistem bagi hasil atau komisi seperti halnya kompetitor.
“Jadi pada saat customer kami shipper melakukan orderan, lalu kami akan berikan order itu kepada transporter kami,” ujarnya.
Roolin menuturkan pihaknya mengambil untung dari margin biaya yang mereka dapatkan dari shipper dan transporter, sehingga mereka tetap dapat memperoleh profit meskipun layanannya gratis.
“Bisa juga, misalnya, dari layanan premium yang mana kami bisa memberikan optimalisasi rute bagi truk yang punya multi-destinasi agar efisien,” tutur Roolin memberi contoh.
Dari sisi pengusaha truk, keberadaan Logisly dinilai signifikan karena mempermudah pengusaha truk menemukan klien agar kendaraan mereka tak lama menganggur. Logisly juga memberikan jaminan pembayaran dalam kurun dua hari. Selma ini, kerap kali ongkos jasa angkut truk baru dibayarkan setelah 14-30 hari pengantaran selesai.
Sementara dari sudut pandang shipper, layanan Logisly juga disebut memudahkan mencari truk sesuai kebutuhan hingga memudahkan pemeriksaan dokumen proof of delivery (POD).
Menurut Roolin, sebagai perusahaan rintisan pendatang baru, kepercayaan menjadi salah satu tantangan utama yang ditemui selama Logisly berdiri. Namun dengan cara cerdas yang dimiliki, termasuk produk-produk Logisly yang diluncurkan dalam waktu cepat, menjadi kekuatan tersendiri baginya mendapatkan kepercayaan dari para klien. Termasuk pemilik modal.
“Memang semua produk yang dimiliki Logilsy sangat cepat diluncurkan berkat bantuan teknologi. Saya ingin mendapatkan kepercayaan masyarakat agar layanan ini dapat memudahkan semua pihak,” ucapnya.
Roolin mengungkapkan kekuatan Logisly ada pada SDM-nya yang berpengalaman. Dia juga berusaha menjalin hubungan baik dengan semua kliennya.
“Saya rasa kami harus membangun hubungan yang baik, karena kami bukan perusahaan digital yang hanya ingin bakar duit. Oleh karena itu, kami memastikan di operasional harus bagus. Jadi kami memang punya tim yang sangat kuat sekali, dan mereka memiliki pengalaman di bidang logistik dari pelayaran, trucking, travel. Dengan begitu, kami tahu bagaimana mengoperasionalkan trucking ini, bukan hanya mengirim barang ke satu tempat lain tetapi memastikan semua berjalan lancar,” jelas Roolin.
Roolin berharap akan dapat mengembangkan Logisly dengan berbagai fitur baru. Dengan begitu, startup baru ini tidak hanya untuk memudahkan pemilik barang mencari truk pengangkut, tapi juga melancarkan arus transaksi dalam bisnis logistik yang selama ini lambat.
“Tentunya ke depan akan lebih banyak fitur-fitur untuk mengakomodir bisnis-bisnis yang berbeda ini. Saya berharap Logisly bisa terus berkembang dan memberikan nilai tambah untuk logistik di Indonesia, terutama UKM-UKM Indonesia yang bergabung dengan Logisly,” pungkasnya.
============================
Roolin Njotosetiadi
- Tempat Tanggal Lahir : Surabaya 16 Januari 1986
- Pendidikan : S2, London School of Economic – Management Strategy
- Bisnis : startup di bidang teknologi logistic, Logisly
- Mulai Usaha : 2019
- Jabatan : Co founder & CEO
- Jumlah Tim : 25 orang
===========================
FAHRUL ANWAR
Editor
: Stevy Widia
Discussion about this post