youngster.id - Tim Aksantara Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil meraih juara kedua kategori Lomba Fixed Wing pada ajang Tübitak UAV (Unmanned Aerial Vehicle) Competition yang berlangsung di Istanbul Grand Airport.
Dalam perlombaan itu, tim Aksantara ITB mengirimkan dua tim untuk dua kategori yang berbeda yaitu Fixed Wing dan Rotary Wing.
“Tim Aksantara ITB unggul pada pesawat dengan model Fixed Wingnya yang berhasil menyelesaikan ketiga misi tersebut,” kata Dewa Mahardika anggota tim Fixed yang dilansir humas ITB belum lama ini.
Tim Fixed Wing diberi nama Gana Raksaka terdiri atas 6 mahasiswa yaitu Dewa Mahardika (Teknik Telekomunikasi 2017), M. Ilman Nuryakusumah (Teknik Penerbangan 2015), Raynald Masli (Teknik Penerbangan 2015), Edbert Ongko (Teknik Telekomunikasi 2015), Rama Rahardi (Teknik Telekomunikasi 2017), dan Dimas Apeco Putera (Teknik Fisika 2016).
Sedangkan Tim Rotary Wing yang diberi nama Traya Vata terdiri atas 7 mahasiswa yaitu Rhenetou Virginio (Teknik Elektro 2015), Aji Sumbaga (Teknik Fisika 2015), Muhammad Hilmi (Teknik Telekomunikasi 2015), M. Falih Akbar (Teknik Elektro 2016), Dimas Yoga Pratama (Teknik Elektro 2015), Alif Ijlal Wafi (Teknik Informatika 2015), dan Akbar Aji Baskoro (Kewirausahaan 2016).
Salah satu anggota tim Fixed Wing Dewa Mahardika menjelaskan dalam perlombaan ini setiap peserta harus menjalankan tiga misi bagi setiap pesawat. Misi yang pertama yaitu terbang manual dengan jalur yang sudah ditetapkan panitia lalu melakukan atraksi berputar 360 derajat putaran.
Misi yang kedua yaitu terbang secara otomatis sambil membawa bola dan harus menjatuhkan bola tersebut di kotak yang tersedia, dan misi yang terakhir yaitu terbang secara otomatis dari mulai take-off sampai landing dan landingnya harus presisi di garis yang sudah ditentukan.
Selama mengikuti lomba, Bagas menambahkan tim Aksantara harus melalui dua tahapan seleksi, yaitu pengiriman konseptual desain dan detail desain.
“Konseptual desain mengarah kepada penjelasan dalam bentuk laporan mengenai pesawat seperti apa yang akan dirancang. Setelah lolos pada tahap ini, finalis harus mengikuti seleksi selanjutnya yaitu mengirim laporan detail desain dan menjabarkan perencanaan pembuatan pesawat sampai ke detail terkecil,” tambahnya.
Dalam setiap proses mulai dari perancangan, produksi sampai akhirnya menuju final di Turki, masing-masing tim dibimbing oleh seorang dosen. Tim Fixed Wing dibimbing oleh dosen keahlian Fisika Terbang di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Dr. Ing. Mochammad Agoes Moelyadi sedangkan tim Rotary Wing dibimbing oleh kelompok keahlian Teknik Biomedis di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Dr. Widyawardana Adiprawita ST, MT.
Kami tidak hanya dibimbing pada saat sebelum lomba saja, namun kami turut mendapatkan kata-kata motivasi yang membuat kami yakin sehingga bisa merebut juara 2,” pungkas Dewa salah satu anggota tim Fixed Wing. Ia pun berpesan, kepada mahasiswa agar jangan ragu dalam menjalani proses. Jika pun terdapat hambatan selama menjalaninya, hadapi semuanya dengan tanpa menyerah.
“Kita juga beberapa kali hampir menyerah, tapi akhirnya ya kita juga bisa. Jangan lupa bahwa faktor X tetap ada, Tuhan yang menentukan,” pungkas Dewa. Ajang kompetisi pesawat nirawak tingkat dunia, TÜBİTAK International Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Competition ini di selenggarakan di Turki pada 20-23 September 2018.
STEVY WIDIA
Discussion about this post