youngster.id - Label TOTON, yang dimotori duo perancang Toton Januar dan Haryo Balitar, mewakili wilayah Asia Pasifik untuk ronde final International Woolmark Prize (IWP) kategori busana wanita di kota Paris, Prancis.
Capaian itu diraih setelah memenangkan ronde Asia di Hong Kong pada 12 Juli 2016 silam. Negara lain yang ikut dalam ronde Asia adalah Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, dan Tiongkok.
TOTON merupakan salah satu label yang telah terkurasi menjalani program pengembangan kapasitas Indonesia Fashion Forward (IFF), yang diselenggarakan Jakarta Fashion Week (JFW).
Dalam kreasi yang dipersembahkan pada ronde Asia, TOTON menggunakan benang wol Merino, yang kemudian diproses menjadi kain tenun dengan melibatkan perajin dari Garut, Jawa Barat. Untuk ronde final, TOTON menarik inspirasi dari rockcave painting dan pakaian bangsawan Jawa dan Bali. Kunjungan ke Gua Leang-Leang di Makassar, Sulawesi Selatan, ternyata masih memberi kesan kuat bagi Toton.
“Teknik dan tekstur yang diperlihatkan TOTON membuat kita melihat wol dengan perspektif baru, sangat kontemporer dan relevan,” ucap Christopher Raeburn, juri dalam babak regional Asia.
Raeburn juga menambahkan bahwa TOTON berhasil menjembatani konteks atau identitas lokal dengan selera internasional yang kontemporer. “Perspektif inilah yang diperlukan dalam ranah industri mode sekarang, di mana terlalu banyak produk yang mirip,” imbuhnya.
Diakui Toton, salah satu persiapan TOTON adalah pelatihan khusus yang diselenggarakan oleh The Woolmark Company terkait wol. “Pelatihan tersebut sangat berguna, terutama untuk menambah pengetahuan tentang pengolahan bahan wol,” ungkapnya.
IWP diselenggarakan oleh The Woolmark Company, perusahaan asal Australia yang dimiliki asosiasi petani wol. IWP sudah diselanggarakan sejak 1953. Tak sedikit alumni pemenang The Woolmark Prize yang kini diakui sebagai pemain unggul dalam ranah mode global, seperti Yves Saint Laurent dari Prancis, Karl Lagerfeld dari Jerman, Rah1ul Mishra dari India, serta Public School dari Amerika Serikat.
Untuk bisa dinominasikan dalam The Woolmark Prize, ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Antara lain: desainer menswear ataupun womenswear, solo atau tim kecil yang terdiri dari maksimal tiga orang, warga negara Indonesia, memiliki maksimal 6 tahun pengalaman dalam bisnis mode dan maksimal 30 outlet ritel, serta siap memproduksi koleksinya dalam jumlah besar. Pemenang The Woolmark Prize memang diwajibkan menjual koleksi mereka ke mitra Woolmark.
Satu periode kompetisi membutuhkan waktu selama 21 bulan, mulai dari proses nominasi, penjurian, sampai akhirnya karya-karya para pemenang dijual di berbagai ritel yang bermitra dengan Woolmark. Antara lain Saks 5th Avenue New York, Harvey Nichols London, dan Isetan Jepang.
HENNI T. SOELAEMAN
Discussion about this post