youngster.id - Di era globalisasi kemampuan berbahasa Internasional sudah menjadi kebutuhan. Apalagi dengan kemampuan berbahasa asing dipercaya akan dapat meningkatkan kualitas pekerjaan dan mendorong peningkatan daya saing ekonomi, perkembagnan sosial dan inovasi.
Hasil laporan penelitian sebuah lembaga pendidikan Bahasa Inggris baru-baru ini mengungkapkan kecakapan Bahasa Inggris orang Indonesia menduduki peringkat ke 51 dari 88 negara di dunia. Menurut EF English Proficiency Index (EPI) skor Indonesia adalah 51,58% yang menempatkan Indonesia pada posisi ke 13 dari 21 negara di Asia.
Padahal kemahiran berbahasa Inggris diyakini akan memberi dampak ekonomi dan sosial bagi masyarakat suatu negara.
Ingin turut andil dalam meningkatkan kemampuan berbahasa asing terutama bagi anak muda, Tyovan Ari Widagdo mendirikan Bahaso.com. Ini adalah platform aplikasi belajar bahasa melalui online.
“Sekarang bahasa asing menjadi salah satu hal penting terutama untuk anak muda dalam menghadapi globalisasi dan pasar terbuka. Hal itu yang membuat anak muda harus dibekali dengan kemampuan bahasa asing. Untuk itu kami mendirikan Bahaso,” ungkap Tyovan, Founder dan CEO Bahaso.com kepada youngster.id.
Pria yang akrab disapa Tyo ini mengemukakan misi Bahaso adalah untuk meningkatkan level ekonomi dan pendidikan masyarakat Indonesia, terutama melalui penguasaan bahasa asing.
Bahaso didirikan sejak 2015 dan diperuntukkan untuk usia 18 hingga 35 tahun. Sejak diluncurkan aplikasi ini telah diunduh 550 ribu pengguna aktif. Konten Bahaso dibuat sekreatif mungkin sehingga belajar Bahasa Inggris terasa lebih menyenangkan. Contohnya, menyocokkan gambar seperti yang ada di game.
“Sama satu lagi, kami punya seperti pendeteksi suara. Jadi kalau kita bicara, bisa tahu pengucapannya benar atau tidak,” ujarnya.
Saat ini, selain Bahasa Inggris, modul pembelajaran di Bahaso adalah Bahasa Mandarin. Berkat pengembangan itu, aplikasi buatan Tyo ini juga dinobatkan sebagai Best Self-Improvement Apps di Play Store Google. Itu artinya Bahaso sebagai aplikasi yang memberikan implikasi terhadap pengembangan diri pengguna.
“Kami memang terus melakukan pembenahan dan berupaya menyempurnakan Bahaso. Kami ingin dapat menghadirkan teknologi yang tepat bagi masyarakat Indonesia agar dapat menguasai bahasa asing lebih cepat, efektif dan efisien,” tegas Tyo.
Titik Balik
Sejatinya, aplikasi Bahaso lahir dari pengalaman Tyo sendiri. Pria kelahiran Wonosobo 12 Januari 1990 ini pernah merasakan kesulitan akibat tidak menguasai Bahasa Inggris. Sebelum Bahaso, di usia 16 tahun Tyo telah merintis perusahaan penyedia jasa teknologi informasi bernama Vemobo.
Ketika usahanya ini mulai berkembang dan mulai dijajaki oleh investor asing, Tyo kelabakan. “Saya nyerah deh sama yang namannya Bahasa Inggris. Bisa ngerti orang ngomong tapi harus gagap-gagap menimpali ,” kisah pemuda yang kental logat Jawanya itu.
Meski penjajakan bisnis dengan investor Jepang tersebut berjalan mulus, Tyo sadar kemampuan Bahasa Inggris-nya harus terus diasah dengan mengambil kursus Bahasa Inggris di lembaga kursus bahasa yang cukup ternama di Jakarta. Namun kursus tak berlangsung lama, bagi dirinya yang sedang berkuliah dan mengembangkan bisnis solusi digital, mengunjungi tempat kursus amat menyita waktu.
Dari sini terbersit ide untuk membangun aplikasi belajar bahasa asing online. Bersama Darwin rekan kuliah di Universitas Bina Nusantara, Tyo pun membangun Bahaso. “Ide kami sebenarnya simple saja, meningkatkan akses belajar bahasa secara online,” ujarnya.
Melalui platform ini pengguna Bahaso bisa mendapat berbagai pembelajaran Bahasa Inggris dari mulai metode membaca (reading), mendengar (listening), menulis (writing), dan berbicara (speaking). Tingkat kesulitan pembelajaran bagi pengguna juga bisa disesuaikan berdasarkan kebutuhan.
Bahkan, tak hanya itu, mereka menggandeng Fakultas Ilmu Bahasa Universitas Indonesia (UI) sebagai rekan resmi pengembangan dan penyedia konten belajar. Modul dan pembelajaran juga didukung ahli bahasa dan linguistik dari UI.
“Jadi kalau pengguna sudah lulus les, dapat sertifikat resmi dari UI. Sertifikat tersebut bisa dijadikan rujukan untuk syarat berbagai administrasi seperti penerimaan karyawan, baik swasta atau negeri. Untuk kebutuhan khusus seperti sertifikasi IELTS bisa disediakan,” ungkap Tyo.
Dari pengguna Bahaso sudah 30% yang mendapatkan sertifikasi UI. Bahaso juga memiliki pilihan offline mode yang bekerja sama dengan Bakti Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Pelajar yang berada di daerah T3 (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) dapat mengunduh Bahaso di sekolah, lalu mempelajarinya di rumah.
Menirit Tyo, meski pangsa pasarnya adalah anak muda usia 15 sampai 35 tahun, toh sejumlah pengguna Bahaso adalah tenaga kerja Indonesia (TKI) di Dubai dan Hong Kong. “Ini berarti metode pembelajaran kami mudah, tepat dan efisien bagi mereka. Dan kami berharap dengan hasil yang mereka capai maka taraf ekonomi mereka juga akan meningkat,” ucap Tyo.
Kobtribusi Bagi Indonesia
Diklaim Tyo, aplikasi Bahaso tidak saja berguna untuk orang lain tetapi juga membuat dirinya dapat mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris menjadi lebih baik. Kini dia tidak canggung lagi berbicara di depan forum internasional dengan kemampuan Bahasa Inggris yang baik.
Namun pengalaman dia sebagai anak yang tinggal di daerah, dengan akses fasilitas belajar yang minim membuat dia terus bersemangat mengembangkan aplikasi ini.
“Melalui Bahaso kami bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama anak mudanya dan dapat meningkatkan kemampuan bahasa asing lewat teknologi. Otomatis dengan kemampuan bahasa meningkat, tingkat ekonomi mereka juga meningkat. Ini adalah kontribusi Bahaso bagi Indonesia,” ucap Tyo.
Semua yang dikerjakannya selama ini, menurut Tyovan, tak bisa diukur dengan uang. Justru kesuksesan adalah ketika bisa bahagia dengan pekerjaan yang dijalani, apalagi kalau hal itu membawa dampak positif ke masyarakat.
“Saya ingin ketika mati setidaknya bisa meninggalkan sesuatu yang bisa dirasakan orang lain,” ujarnya. “Kalau (hanya) mencari uang, tidak ada habisnya.”
Pada tahun kedua Bahaso langsung mendapat suntikan dana sebesar US$ 500 ribu atau Rp 6,6 miliar. Dan kini penggunanya telah mencapai 400 ribu siswa yang tersebar di seluruh Indonesia sampai ke mancanegara.
“Ketika kita mau melakukan hal yang berdampak positif bagi masyarakat Tuhan pasti kasih jalan,” ucapnya.
Untuk itu, menurut Tyo, Bahaso pun terus mengembangkan aplikasi agar semakin mumpuni. Saat ini, mereka tengah mengembangan Bahasa Talk. Nantinya pengguna dimungkinkan dapat melakukan sambungan telepon dengan tutor native speaker dan melakukan percakapan dalam Bahasa Inggris.
Saat ini pengguna Bahaso terdiri dari berbagai kalangan dari pelajar, mahasiswa, hingga pekerja Indonesia di luar negeri (TKI). Penyesuaian kurikulum yang tak memperbanyak hapalan dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan pengguna inilah yang jadi salah satu kekhususan unik Bahaso. Selain belajar secara online, Bahaso juga menjajakan pemberian pelatihan bahasa Inggris offline di perusahaan dan instansi pemerintah.
Ke depannya, Tyo dan timnya yang berjumlah 30 orang tersebut bakal menyediakan materi bahasa asing lainnya. Setelah bahasa Mandarin rencananya akan menyusul bahasa Prancis, Jerman dan Korea.
Tyovan optimistis startup yang disokong pendanaan pra series oleh PT Telkom ini bisa menarik lebih banyak minat masyarakat.
======================================
Tyovan Ari Widagdo
- Tempat Tanggal Lahir : 12 Januari 1990 Wonosobo
- Pendidikan Terakhir : S1 Binus Software Engineering
- Nama Usaha : Bahaso.com
- Jabatan : Founder & CEO
- Mulai Usaha : 2015
- Pengguna Platform : sekitar 400 ribu
- Tim : 30 Orang
===================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post