youngster.id - Siapa yang tidak kenal Tokopedia. startup yang didirikan William Tanuwijaya ini adalah salah satu startup unicorn di Indonesia. Namun sebelum semua itu ada, William mengalami jalan berliku sebagai entrepreneur. Bagaimana William menghadapi masalah dan mengatasinya terungkap dalam event Meet the Rockstar : Skill for 2020, Kamis (5/4/2018) di CVG Grand Indonesia, Jakarta.
William berkisah, dia membangun Tokopedia berawal dari mimpi. “Saya ingat kata Bung Karno: Bermimpilah setinggi langit. Kalaupun jatuh, kamu akan jatuh diantara bintang-bintang,” tuturnya.
Karena itu dia membangun e-commerce dengan visi menjadikan Indonesia lebih baik dengan bantuan internet. “Saya ingin ada pemerataan ekonomi digital di Indonesia. Waktu itu banyak yang bilang mimpi saya ketinggian. Namun saya percaya hal itu bisa tercapai suatu hari nanti,” ucap William lagi.
Hambatan pertama saat dia mendirikan Tokopedia adalah modal. Banyak yang mengatakan mimpi William itu terlalu tinggi, mustahil untuk bisa dilakukan di Indonesia. Jika berhasil pun, akan banyak sekali saingan dari luar. Tetapi ia tidak berputus asa dan terus mencoba.
“Saya coba terus, tanpa harus merasa malu. Saya tinggalkan kegelapan dengan meraih kesempatan yang diberikan. Karena semua ada pada mindset,” ucapnya.
Hal itu yang William terapkan ketika menemui berbagai masalah dapat mengembangkan bisnis Tokopedia. “Keluar dari zona nyaman. Saat gagal belajar dari kegagalan itu dan berkembang. Bangun produk bukan atas keinginan konsumen tetapi atas kebutuhan mereka,” paparnya.
Dia membutitkan setelah berkali-kali ditolak investor, akhirnya pada 2014 Tokopedia menjadi perusahaan internet pertama di Indonesia yang mendapat perndaan US$ 100 juta dari SoftBank Internet & Media dan Sequoia Capital. SoftBank adalah pemodal dibalik kesuksesan Alibaba. Sedangkan Sequoia Capital adalah pemodal dibalik Apple, Google, YouTube, Instagram dan WhatsApp.
Demikian juga ketika Tokopedia harus memutuskan tentang sistem pembayaran yang tepat. Menurut William, jika mencontoh e-commerce dari China dan India maka pilihannya adalah sistem pembayaran cash on delivery (COD). Namun dia melihat tidak sesederhana itu, apalagi Indonesia yang adalah negara kepulauan. Akhirnya dengan pengamatan yang tepat, Tokopedia menggandeng Kantor Pos dan gerai ritel untuk memecahkan masalah pembayaran.
“Saya melihat masalah sebagai peluang. Coba saja, satu kali berhasil itu berarti sukses kecil. Kalau gagal berarti kekalahan kecil,” ujarnya.
Kini berkat ketekunan William, konsistensi antara visi dan tindakan, serta senantiasa membangun kepercayaan yang baik, akhirnya Tokopedia yang dibangun sejak tahun 2009 tetap berhasil eksis hingga sekarang.
“Bermimpi dengan mata terbuka, artinya apa yang diimpikan, diucapkan, dipikirkan dan dilakukan harus sama. Sehingga visi yang kita impikan akan tercapai,” pungkas William.
STEVY WIDIA
Discussion about this post