youngster.id - Sepatu dari kulit merupakan salah satu kekuatan produk industri kecil di Indonesia, selain fesyen. Bahkan, pasar kebutuhan akan alas kaki saat ini mengalami peningkatan yang signifikan. Peluang ini juga ditangkap oleh anak-anak muda, mereka tak hanya memproduksi tetapi juga mendesain sendiri produk sepatu yang sesuai dengan tren “jaman now”.
Pertumbuhan industri sepatu saat ini mengalami perkembangan pesat. Berdasarkan World Footwear Market 2016, Asia masih mendominasi 87% produksi alas kaki dunia dan Indonesia pada posisi ke-4 dengan total produksi satu miliar pasang lebih atau sekitar 4,4% kontribusi produksi alas kaki dunia.
Hal itu seturut dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi per kapita masyarakat Indonesia terhadap alas kaki meningkat dari 1,8 pasang menjadi 3,3 pasang per tahun. Artinya rata-rata kebutuhan sepatu orang Indonesia lebih dari tiga pasang per tahun. Dan di masa datang konsumsi alas kaki akan semakin meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan tingkat kemakmuran (daya beli).
Peluang ini juga ditangkap oleh Zaneta Wiedyaning Putri. Dia meninggalkan pekerjaannya sebagai akuntan di sebuah maskapai penerbangan ternama dan memutuskan menjadi pengusaha industri kecil menengah (IKM) khusus alas kaki dan tas dari kulit berlabel Divites Belle.
“Saya memang suka sama sepatu, dan sudah lama tertarik ingin buka usaha sepatu. Bahkan, saya sempat kursus desain sepatu. Sampai akhirnya saya menemukan Divites Belle ini,” ucap Zaneta saat ditemui youngster.id di Jakarta.
Ya, sesungguhnya Divites Belle adalah label dari produk sepatu kulit dan denim buatan asli Indonesia. Produk sepatu dan tas yang berasal dari Tangerang Selatan ini tidak kalah dengan produk impor. Bahan utama adalah dari kulit domba dan kambing yang dipadukan dengan bahan denim, batik hingga songket. Alhasil, produk sepatu bisa dibilang kualitas premium, karena 100% orisinal buatan tangan.
Selain itu, Zaneta berani menjamin bahwa sepatu dengan model dan ciri khas yang etnik ini tampil menarik, trendi sekaligus tetap nyaman.
“Kami yakin produk kami tidak kalah dengan produk impor karena kami mengedepankan kualitas bahan baku dan pengerjaan. Sehingga produk sepatu kami kualitas premium, mengutamakan kenyamanan dan trendi,” klaim Zaneta.
Diklaim Zaneta, produk Divites Belle ini sudah memiliki peminat dari luar negeri seperti Australia dan Malaysia. Mereka bahkan datang langsung ke pusat pembuatan alas kaki ini di Ruko Permata Pamulang, Tangerang Selatan. Selain itu, produk ini juga hadir di marketplace ternama seperti Zalora Indonesia.
“Kami ingin mengembangkan produk Divites Belle agar dapat menjadi produk sepatu dan tas asli Indonesia berkualitas premium yang dikenal dunia,” ujar Zaneta.
Berhenti Kerja
Kecintaan Zaneta pada sepatulah yang membawa dia menjadi pengusaha. Bahkan gadis kelahiran Bekasi, 8 Juni 1989 itu mengambil kursus desain sepatu, bidang yang jauh dari pendidikanya sebagai akuntan.
Kecintaan itu juga yang membuat Zaneta memutuskan untuk menjadi pengusaha sepatu. Awalnya, dia berencana mengembangkan lini baru dari bisnis keluarganya yaitu rubber. “Kebetulan orang tua punya pabrik rubber. Waktu itu sudah ada rencana untuk membuat safety shoes,” ujarnya sambil tertawa.
Namun sama seperti perempuan pada umumnya, gadis berambut panjang ini tertarik pada sepatu-sepatu cantik. “Passion saya di sepatu. Saya sangat suka lihat model sepatu. Saya juga melihat pasar di Indonesia sangat terbuka. Apalagi sudah melihat kesuksean dari pengusaha sepatu yang juga lebih muda usia dari saya. Saya tertarik banget,” ungkapnya.
Pucuk dicinta ulam tiba. Dia dipertemukan dengan Aras dan Suci Annisa, pasangan pemilik dari Divites Belle. Dia sedang mencari orang yang ingin meneruskan usaha sepatu ini. Menurut Zaneta, sang pemilik lama ingin fokus pada produk fesyen dan enggan meneruskan usaha ini. “Namun mereka hanya ingin menjual kepada mereka yang tertarik dengan bisnis sepatu. Dan dari sejumlah kandidat akhirnya sayalah yang mendapatkan Divites Belle,” katanya.
Oleh Zaneta, usaha yang sudah ada sejak 2013 ini diambil alih pada bulan April 2018. Dia tak sekadar membeli brand, tetapi seluruh manajemen dan karyawan dari perusahaan ini.
“Saya memang berencana untuk membuat usaha sepatu dan kemudian bertemu dengan pemilik lama dari Divites Belle. Saya melihat produk mereka sudah baik, karyawannya juga semua siap. Sayang bila produk ini tidak diteruskan. Akhirnya kami sepakat, saya yang mengambil alih semua, termasuk dengan seluruh karyawannya,” sambung Zaneta.
Menurut Zaneta, tantangan usaha ini adalah masa transisi kepemilikan. Untuk itu dia harus meyakinkan karyawan dan customer yang sudah loyal pada produk Divites Belle bahwa peralihan ini untuk jadi yang terbaik.
“Saya meyakinkan kepada karyawan dan customer bahwa saya ingin membawa Divites Belle lebih maju dan berkembang lebih besar lagi,” tegasnya.
Bahkan, demi mencapai tujuan itu, Zaneta akhirnya memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan menjadi nahkoda penuh dari usaha ini. Dia serius membangun kepercayaan karyawan dan konsumen dari Divites Belle.
“Intinya saya ingin membangun hubungan yang baik ke dalam dengan karyawan dan keluar dengan customer. Sehingga kami dapat menjadi produsen sepatu yang dapat dipercaya. Orang mau bikin sepatu ingatnya Divites Belle,” tegasnya.
Mengembangkan Produk
Zaneta mengaku dia mempertahankan produksi dari produk yang sudah dikenal. Sembari mengembangkan produk baru dengan desain yang lebih kekinian.
“Saya melakukan perubahan agar kualitas produk kami jadi lebih baik. Dan itu dilakuan dengan trial and error beberapa kali. Alhasil, produk kami jadi lebih nyaman digunakan dan tidak ada lagi complain dari konsumen. Selain itu, kami juga memberikan garansi selama 6 bulan untuk produk custom,” katanya.
Hasilnya, produk Divites Belle pun tetap bertahan di pasar. Ada dua produk favorit yaitu Zukka, sepatu boot denim dan Loren, sepatu semi ankle boot denim campur kulit. Produk sepatu yang dijual mulai seharga Rp 650 ribu ini menjadi produk favorit di marketplace Zalora. Kedua produk itu merupakan hasil rancangan Zaneta.
Dia juga mencoba menerapkan kain songket Bali ke sejumlah sepatu rancangannya. “Lewat produk bernama Srikandi ini kami ingin meningkatkan kebanggaan produk lokal lewat ciri khas unsur Indonesia.
Produksi juga kini sudah mencapai 100 pasang setiap bulan dengan range harga untuk produk sepatu kulit sintetis Rp 350 ribu hingga Rp 1,2 juta. Sedangkan untuk produk dengan bahan kulit asli, harganya mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 1,8 juta. Sementara itu, tentunya untuk produk custom harganya bisa lebih mahal lagi, sesuai model yang diinginkan.
Zaneta juga memacu kreativitas dengan mengembangkan lini tas kulit untuk wanita. Diakuinya, memang sejauh ini produksi tas kulit belum sebanyak sepatu. Tetapi permintaaan akan produk ini mulai ada. Dalam satu bulan sudah ada pemesanan sekitar 10 produk dengan range harga Rp 350 ribu hingga Rp 1,3 juta. Dengan demikian per bulan omzet rata-rata penjualan Divites Delle bisa mencapai Rp 20 jutaan, dan angka tersebut bisa meningkat menjadi Rp 40 -50 juta jika sedang ada event-event atau pameran.
Sejauh ini, produk Divites Belle ini menyasar anak muda dan dewasa dengan rentang usia 25 – 40 tahun. Oleh karena itu, mereka pun mengikuti tren mode yang ada di pasaran. “Meski brand lokal kini sudah mulai diakui keberadaannya, faktanya masih banyak yang tetap membeli produk brand luar negeri,” ujarnya.
Meski demikian Zaneta optimis bahwa dengan mengedepankan kualitas produk dari bahan asli Indonesia, suatu hari label lokal bisa merajai pasar dalam negeri.
“Sejauh ini kami terus mengembangkan produk dan memperluas pemasaran. Namun yang paling utama kami terus menjaga kualitas supaya customer bahagia,” ujarnya.
======================================
Zaneta Wiedyaning Putri
- Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 8 Juni 1989
- Pendidikan Terakhir : S2 Magister Management Atma Jaya
- Nama Usaha : Divites Belle
- Jabatan : CEO
- Modal : sekitar Rp 1 miliar
- Produksi : sekitar 100 piece/bulan untuk produksi sepatu, sedangkan tas produksinya masih kecil
- Karyawan : 5 orang
=====================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post