youngster.id - Berdasarkan data yang didapat dari marketplace, hingga Maret 2018, total nilai penjualan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dalam skema e-Smart mencapai lebih dari Rp320 juta. Untuk itu, pelaku IKM terus didorong untuk memasuki ranah digital.
Sejauh ini, Direktorat Jenderal IKM Kementerian Perindustrian Sektor Industri Kecil dan Menengah (Ditjen IKM) mengklaim telah melaksanakan workshop e-Smart IKM di 23 provinsi, dengan total peserta sebanyak 1.730 pelaku IKM.
“Pencapaian ini lebih tinggi dibanding target awal yang ditetapkan di awal tahun 2017, yakni hanya 1.000 pelaku IKM,” kata Gati Wiabawaningsih Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah beberapa saat yang lalu.
Setelah para pelaku IKM mengikuti workshop e-Smart IKM dan telah memasarkan produknya melalui marketplace, Ditjen IKM akan memantau data performansi setiap pelaku IKM. Hasil yang didapat akan terlihat berapa jumlah pelaku IKM yang sukses dalam transaksinya (champion) dan mereka yang belum sukses dalam transaksinya, bahkan disuspensi.
Bagi mereka yang telah sukses, Ditjen IKM akan memberikan fasilitasi agar mereka dapat mengakses pasar yang lebih luas.
“Akses pasar akan diberikan hingga ke pasar global, baik melalui fasilitasi pengembangan produk agar sesuai standar global atau sebagai peserta pameran internasional. Selain itu, mereka juga berpeluang untuk menjadi reseller produk-produk IKM lain dan diharapkan kisah sukses mereka akan menjadi inspirasi bagi para pelaku IKM untuk tumbuh dan berkembang,” ungkap Gati.
Sementara bagi yang belum sukses atau bahkan disuspensi oleh online marketplace, Ditjen telah mengidentifikasi beberapa faktor penyebabnya. Faktor-faktor pertama adalah ketiadaan waktu untuk berjualan online karena sibuk berproduksi atau sudah memiliki distributor sendiri.
“Untuk permasalahan ini, Ditjen IKM akan mengembangkan agregator, yakni platform yang mengumpulkan produk IKM dan memfasilitasi penjualan online, termasuk logistik dan layanan pelanggan, yang dapat dilakukan oleh Koperasi, Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) IKM, dan IKM Champion,” jelas Gati.
Dia juga mengatakan faktor lainnya yang menjadi penyebab belum suksesnya IKM di dalam online marketplace yaitu dari segi karakteristik produk, yakni produknya tidak dijual eceran atau produknya bersifat B2B, seperti IKM yang memproduksi mesin dan peralatan produksi. Hal ini akan coba dipecahkan melalui kerja sama dengan B2B marketplace seperti Indonetwork, Indotrading, ataupun Alibaba.
Faktor terakhir yang menjadi penyebab belum berhasilnya IKM di e-Smart IKM adalah kurangnya penjualan yang tidak berkaitan dengan faktor-faktor sebelumnya.
“Masalahnya, bisa jadi berkaitan dengan produk atau metode pemasaran yang belum baik. Hal ini akan coba diberikan solusi melalui fasilitator baik dari marketplace atau TPL IKM, mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata, atau konsultasi melalui Pusat Pengembangan Bisnis seperti Inkubator Bisnis,” pungkas Gati.
STEVY WIDIA
Discussion about this post