10 Startup Inovator Produk Kemasan Alternatif Non Plastik

Plepah

Plépah produksi kemasan dan alat makan ramah lingkungan menggunakan bahan mentah limbah komoditas pohon pinang. (Foto: istimewa)

youngster.id - Merujuk dokumen laporan Manfaat Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan dari Ekonomi Sirkular di Indonesia tahun 2021, sebanyak 74% sampah plastik di Indonesia adalah sampah plastik kemasan. Untuk itu butuh pengembangan usaha yang ramah lingkungan atau berkelanjutan.

Hal ini mendorong Instellar menggelar Hack-SUP Innovation yang berfokus pada keberlanjutan dan sirkularitas ini membahas masalah plastik sekali pakai dalam industri makanan dan minuman (F&B) di Indonesia. Kegiatan ini juga menampilkan 10 inovator ramah lingkungan yang terlibat dalam menciptakan perubahan dan gerakan berkelanjutan.

“Kami memberikan ruang bagi para inovator lingkungan dari Hack-SUP Innovation Lab untuk menunjukkan produk mereka dan berbagi cerita kepada audiens yang lebih luas dan lebih terfokus. Ada solusi yang bisa kita lakukan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, khususnya kemasan makanan. Kita tidak bisa melakukan ini sendirian dan harus melakukannya bersama-sama untuk membuat kemasan alternatif dari bahan non-plastik,” kata Romy Cahyadi CEO Instellar dalam keterangannya Senin (19/9/2022).

Ke-10 eco-innovators tersebut adalah EcoplastID (Bandung), Go Purun (Banjarmasin), Rumah Jambe-e (Jambi), Plépah (Jakarta) yang memproduksi wadah makanan atau peralatan makan dan minum yang ramah lingkungan.

Kemudian,Allas (Jakarta) dan Koinpack (Jakarta) yang menyediakan wadah makanan minuman yang dapat dikembalikan dan digunakan kembali. Biopac (Bekasi) dan Evoware (Jakarta) yang memproduksi wadah atau kemasan makanan yang dapat dimakan. Juga Izifill (Bandung) dan Econesia (Jakarta) menyediakan stasiun air isi ulang atau dispenser.

Rengkuh Banyu Mahandaru, CEO dan Co-Founder Plépah, produsen kemasan makanan berkelanjutan yang menggunakan bahan daun pinang, mengumumkan dan membagikan inisiatif terbarunya, yaitu Fostering Futures yang akan diluncurkan 2023.

Foresting Future, lanjutnya, merupakan ruang merayakan inklusivitas kolektif, menyatukan gerakan kolaboratif, menuju masyarakat yang lebih ramah lingkungan, dengan bertanggung jawab secara sadar.

“Tujuan utamanya adalah untuk menyatukan semua kemungkinan positif dan kolaborasi yang menarik, sehingga secara kolektif kita dapat bergerak menuju gaya hidup sehari-hari yang berkelanjutan,” katanya.

Kasubdit Tata Laksana Produsen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ujang Solihin Sidik mengatakan, bisnis berkelanjutan atau ramah lingkungan merupakan bisnis masa depan.

“Semoga forum ini dapat menangkap minat para investor yang hadir, sehingga mereka semakin tertarik untuk menanamkan modalnya. Kami dari pemerintah siap untuk berkolaborasi, siap untuk mempromosikan dan bekerja sama untuk meningkatkan bisnis ini,” katanya.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version