Harland Firman Agus : Dari Idealisme Jadi Inovasi

Harland Firman Agus, CEO Newbee Corporation

youngster.id - Jangan terkecoh dengan penampilan pemuda yang satu ini. Penampilannya yang kasual dan terkesan santai. Padahal dia adalah pendiri sekaligus CEO Newbee Corporation sebuah perusahan teknologi informasi (TI) dengan omzet mencapai milyaran rupiah. Dia adalah Harland Firman Agus.

Technopreneur yang satu ini mulai bisnis dengan idealisme agar dapat hidup mandiri. “Ketika saya masih menjadi mahasiswa saya adalah aktifis dan sangat idealis. Prinsip saya setelah lulus ingin buka lapangan pekerjaan. Setidaknya kalau tidak bisa buka lapangan pekerjaan, ya tidak menyusahkan orang tua,” ungkap Harland kepada Youngsters.id.

Prinsip itu dibuktikan pemuda kelahiran Duri, Riau 25 Maret 1990 ini dengan membangun Newbee Corporation, sebuah perusahaan TI yang berkantor di Gegerkalong, Bandung. Perusahaan itu lahir ketika dia baru berusia 22 tahun.

“Awal memulai usaha itu hampir tidak pakai modal. Hanya indomie, kopi untuk begadang, ide dan ilmu untuk membuat program serta laptop dan internet lab kampus,” ujar Harland sambil tertawa.

Meski hanya bermodal seadanya dari tangan Harland lahir sejumlah aplikasi yang menarik perhatian publik.

Salah satu aplikasi karyanya adalah AortaLife. Produk ini merupakan aplikasi kesehatan yang mampu mengakuisisi tanda-tanda vital manusia, yang meliputi jantung, irama jantung, elektrofisiologi jantung (EKG), suhu serta pantauan pergerakan motorik. Aplikasi ini dapat dikembangkan menjadi sistem cerdas yang mampu menganalisis kondisi kesehatan seseorang secara real time. Berkat aplikasi ini Harland diundang ke Silicon Valley dan juga mendapat Chief Medical Officer di California pada tahun 2012.

Harland juga membuat aplikasi pelayanan rumah sakit bernama SMCare. Aplikasi ini bisa membantu pihak rumah sakit dan pasien dalam mengatur jadwal pemeriksaan, sehingga pasien tidak mengantri terlalu lama di rumah sakit.

Kepiawaian dan kreativitasnya dalam mengembangkan aplikasi membuat Harland dihujani beragam predikat. Di antaranya Industry Creative Festival (2013), Anugerah TIK Jawa Barat (2012), Telkom Indigo Fellowship (2012), Android Competition (2012), Sang Penemu TVRI (2012), Wirausaha Muda Mandiri (2012), The Best Tenant Telkom Bandung Digital Valley (2013), dan Indonesia ICT Award (2013).

Tak hanya itu, Harland pun menjadi ambassador untuk ajang kompetisi wirausaha Bank Mandiri. Dia disebut sebagai wirausaha muda dengan omzet Rp 2 miliar per tahun. Sungguh sebuah pencapaian yang luar biasa. Pencapaian yang tak pernah dia duga, karena sesungguhnya ini bukan yang dia cita-citakan.

 

Bukan Impian

Berkecimpung di bidang TI bisa dibilang adalah “kecelakaan” bagi Harland.”Saya bukan anak-anak yang suka main internet. Hobi saya malah kegiatan- kegiatan outdoor,” ungkap mantan atlet hoki PON Riau itu.

Impian alumni SMA Cendana Chevron itu adalah bekerja di dunia perminyakan. Selama sekolah Harland berusaha keras mewujudkan impian itu. ”Riau kan kota minyak. Ayah juga bekerja di bidang itu. Jadi lingkungan telah membuat saya ingin bekerja di perminyakan,” kisahnya.

Namun cita-cita itu kandas ketika Harland tidak diterima di jurusan pertambangan ITB. Kadung sudah merantau ke Bandung, maka Harland pun memutuskan untuk kuliah di Telkom University. Padahal Harland mengaku tidak memiliki ketertarikan sedikitpun di bidang TI. Bahkan, dia termasuk gagap teknologi waktu itu.

Karena tidak punya passion, supaya betah kuliah dia memilih aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan. Itu membuat kuliahnya terganggu. Bahkan, indeks prestasinya tiarap di angka dua koma. Sampai akhirnya Harland dipanggil pihak universitas untuk konseling. Di situlah titik balik terjadi. “Saya akhirnya menyadari rezeki yang digariskan Allah tidak pernah tertukar. Dan Allah itu selalu memberi yang terbaik. Dari situ saya yakin bidang ini yang terbaik untuk saya,” ungkapnya.

Sejak itu Harland memutuskan untuk mengejar ketertinggalannya. Putra kedua dari pasangan H. Agusnar dan Hj. Neng Deswita ini bahkan bisa lulus kuliah tepat 3,5 tahun. Menjelang kelulusan Harland membuat tim dengan nama Newbee Corp tahun 2012. Tim ini dia bentuk untuk bisa menghasilkan aplikasi yang dapat diikutsertakan dalam lomba.

Harland menjelaskan, nama Newbee punya dua makna. Pertama, Newbee dapat mewakili anak baru, dan sampai kapan pun Newbee tetap rendah hati. Sedangkan makna kedua bisa juga diartikan sebagai lebah baru. Diharapkan, Newbee berfilosofi seperti lebah yang memiliki team work yang kuat dan penuh manfaat, sehingga harus terus berinovasi.

Menariknya, aplikasi yang dibuat Newbee ditujukan guna mencari solusi untuk permasalahan di masyarakat. Yang pertama dikenal adalah SM Care, untuk customer relationship management (CRM) RS ke pasien. Tak disangka aplikasi itu menjadi finalis dalam Industry Creative Festival (Increfest) yang diselenggarakan Kementerian Perindustrian.

Setelah mengikuti banyak perlombaan, Harland jadi tahu betapa luasnya bisnis di bidang TI. Makin banyak perusahaan yang memanfaatkan TI untuk meningkatkan pelayanannya pada konsumen. ”Karena itu, saya lalu masuk di usaha ini,” ujarnya.

Apalagi, menurut Harland, saat itu belum banyak wirausaha yang melirik start up. Harland juga mendapat pelajaran berharga tentang pentingnya badan usaha. Maka, dia lalu meresmikan Newbee Corporation sebagai badan usaha berbentuk perseroan terbatas (PT) pada 25 Maret 2012.

Semenjak AortaLife mengantarkan Harland ke markas Google, ia semakin giat berinovasi. Lahirlah sejumlah game dan aplikasi lain seperti Korankoe, Envious, Pinterus, ieGamelan, Mandiri Regional Environmental Management System, Hi indonesia, ERP Bebek Goreng KALEYO, SIMONAS, Raja Ampat Adventure Game, Game AGUSTUSAN, dan Quran digital.

 

Harland Firman Agus dan tim Newbee Corporation
Harland Firman Agus dan tim Newbee Corporation

 

Fokus

Melihat perkembangan bisnis ini semakin baik, maka Harland tidak ingin Newbee dianggap sebagai start up yang timbul tenggelam. Untuk itu ia membuat sistem manajemen. Akibatnya bongkar pasang tim pun terjadi di Newbee Corp. “Saya membutuhkan tim yang komit dan solid untuk terus berkompetisi dengan ide-ide baru,” ucapnya. Sekarang ada lima tim inti yakni Harland, Yasmin, Azmi, Cecep dan Emils serta 20 orang tenaga lepas.

Selain membuat aplikasi sesunguhnya Harland juga kerap menjadi konsultan. Awalnya ia memang hanya mau membuat program saja. Tapi karena jasa konsultasi juga dibutuhkan, akhirnya ia jadi ikut mengerjakan berbagai proyek juga. Di antaranya mengurus CSR Bank Mandiri dan Wirausaha Muda Mandiri. Newbee juga membangun sejumlah situs untuk pemerintah seperti travel Indonesia, setkab.go.id hingga pembuatan database UKM di Bandung.

Berbagai peluang besar ini ternyata menjadi tantangan tersendiri bagi Harland. “Ada begitu banyak aplikasi dan bisa menang di berbagai kompetisi itu menyenangkan. Tapi dukanya, kami menjadi tidak focus: mana yang akan dikerjakan dengan aplikasi yang dimiliki karena banyak aplikasi yang kami buat,” ungkap suami dari Aisya Nafiisyati.

Perubahan itu juga terkait peta persaingan start up yang semakin ketat. “Sekarang banyak perusahaan start up dibanding dulu. Dulu idealime saya adalah ingin berdikari. Sekarang saya mulai membuka diri untuk investor,” jelasnya.

Karena itu di tahun 2016 ini Harland memutuskan Newbee akan fokus untuk membangun satu aplikasi e-Resto. Ini adalah aplikasi untuk menajemen restoran. “Kami ingin fokus dan mengembangkan e-Resto. Kami ingin menjadi provider utama di bidang resoran. Dan apabila e-Resto sudah berkembang, kami akan kembali mengembangkan inovasi baru dan membuat karya aplikasi baru lagi,” ucap Harland menutup pembicaraan.

 

=========================================

Harland Firman Agus

Proyek yang dikembangkan :

Prestasi :

===========================================

 

ANGGIE ADJIE SAPUTRA

Editor : STEVY WIDIA

Exit mobile version