youngster.id - Perkembangan transformasi digital di Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang pesat. Hal ini berdampak signifikan terhadap percepatan digitalisasi di berbagai sektor, khususnya dalam industri kreatif, terutama bisnis kuliner atau F&B (Food and Beverage).
Berdasarkan laporan terbaru dari Kemenkeu RI (Kementerian Keuangan Republik Indonesia) tahun 2023, interaksi antara pelanggan dan pembeli telah mengalami peningkatan digital sebesar 36% sebelum pandemi. Angka ini melonjak menjadi 58% selama masa pandemi, dan kembali meningkat hingga 80% setelah pandemi. Sisanya, 20% UMKM belum memanfaatkan potensi ruang digital.
Di sisi lain, dukungan pemerintah dan mendesaknya keadaan turut mempercepat momentum transformasi digital. Tak heran, para pelaku bisnis masa kini dihadapkan pada tuntutan untuk segera beradaptasi dengan perubahan.
Dalam upaya memahami hambatan yang dihadapi pelaku bisnis kuliner, aplikasi kasir Tantri (PT Sasana Solusi Digital) melakukan survei menyeluruh terhadap 500 pedagang F&B, termasuk kafe dan restoran di kota Bandung. Survei ini dilaksanakan selama kuartal 1 dan 2 (Q1-Q2) tahun 2023, dengan tujuan mengungkapkan alasan di balik keengganan dan kendala yang dihadapi dalam menerapkan teknologi kasir digital sebagai bagian dari transformasi.
Hasil riset mengungkapkan empat alasan utama yang menjadi latar belakang keengganan pelaku bisnis F&B untuk mengadopsi transformasi digital, yakni faktor pandangan atau pemikiran (Mindset), orientasi pada pelanggan (Customer Centric), proses pengambilan keputusan (Decision Making Process), dan cakupan fitur-fitur canggih (Advanced Features).
“Dengan memahami empat poin kunci ini, pelaku bisnis F&B dapat mengambil keputusan yang lebih terinformasi mengenai langkah-langkah transformasi yang mereka perlukan. Para pengembang teknologi pendukung industri F&B juga akan mendapatkan wawasan lebih menyeluruh,” kata pihak pengembang aplikasi Tantri dalam keterangannya, dikutip Rabu (8/11/2023)
Menurut laporan itu, sejatinya para pelaku bisnis di industri F&B tidak mengabaikan peluang transformasi digital, namun mereka memiliki pertimbangan khusus sebelum terlibat dalam inisiatif tersebut.
Sebanyak 7,46% pelaku bisnis mengungkapkan bahwa faktor mindset atau persepsi mempengaruhi keputusan mereka untuk belum menggunakan aplikasi kasir. Hal ini menunjukkan bagaimana pandangan mereka terhadap transformasi bisnis sebagai solusi terhadap tantangan yang dihadapi.
Sebanyak 5,41% dari pelaku bisnis kuliner menunjukkan pertimbangan yang berbeda ketika memutuskan untuk mengadopsi aplikasi kasir. Mereka melakukan evaluasi lebih mendalam terhadap dampak yang akan dirasakan oleh pelanggan (customer centric), apakah mereka akan merasa terbantu atau sebaliknya.
“Dengan pendekatan yang lebih cermat terhadap kebutuhan dan preferensi pelanggan, pelaku bisnis berharap mempertahankan hubungan yang kuat dan positif dengan basis pelanggan mereka,” tambahnya.
Sebanyak 40,86% dari pelaku bisnis masih mempertimbangkan apakah menerapkan transformasi digital adalah langkah yang tepat. Kondisi ini tidak hanya menyulitkan mereka dalam mengambil keputusan, tetapi juga memperlambat proses digitalisasi.
Laporan itu menyebutkan 46,27% pelaku bisnis F&B masih enggan untuk sepenuhnya beralih dari sistem konvensional ke digital. Hal ini dilandaskan pada kebutuhan mereka yang beragam. Sehingga muncul pertanyaan di benak mereka, “Bagaimana teknologi digital bisnis dapat memberikan bantuan yang memadai?”
Para pelaku bisnis F&B menginginkan fungsi sistem komprehensif, yang dapat mendukung efektivitas dan efisiensi operasional kerja. Mereka menginginkan sistem multifungsi yang terintegrasi antara; Business Management (Kebutuhan Internal Bisnis) → Reporting, Laporan Order, dan Shift Pegawai. Lalu Order Management (Antara Bisnis dengan Pelanggan) → Open bills, Integrasi Sistem Layanan.
Keempat alasan tersebut menjadi tantangan yang menghadang pelaku bisnis F&B dalam mengadopsi transformasi digital. Padahal, masih banyak manfaat lain yang secara signifikan berdampak pada bisnis. Bahkan QSR Magazine dalam studinya “The Benefits of Going Digital with Your Menu”, mengungkapkan: “Restoran mengalami kenaikan pemesanan hingga lebih dari 30% setelah menggunakan menu digital dan aplikasi pemesanan.” (*AMBS)
Discussion about this post