youngster.id - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) menargetkan sebanyak 40 inovasi baru anak bangsa akan dimunculkan tahun 2017. Sebelumnya tahun 2016 sebanyak 26 inovasi telah dimunculkan. Inovasi ini berada pada tingkat siap diadopsi industri untuk diproduksi massal.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan, 40 inovasi tersebut sudah dalam level 7,8 dan 9 atau sudah siap masuk industri. “Riset jangan hanya pada riset dasar saja tetapi harus ditingkatkan pada prototipe dan inovasi,” katanya di sela-sela Rapat Koordinasi Lembaga Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan di Jakarta, Selasa (6/12).
Ia berharap perguruan tinggi dapat membangun konsep bahwa riset menuju purwarupa penting. Bahkan selain menggenjot riset, Kemristekdikti pun menargetkan jumlah publikasi internasional naik dua kali lipat dari 9000 di tahun 2016 menjadi 18.000 jurnal internasional di tahun 2017.
Saat ini lanjutnya, peringkat publikasi internasional Indonesia berada pada urutan ke empat di Asia Tenggara yakni hanya 9000 jurnal internasional. Posisi pertama diduduki Malaysia dengan 23.000, Singapura 17.000 dan Thailand 13.000 jurnal internasional. Namun meski jumlah publikasi internasional Indonesia mengalami kenaikan, namun di tahun 2016 dari ratusan purwarupa hanya 26 yang menjadi inovasi.
Untuk menggenjot penerbitan publikasi internasional, Kemristekdikti akan membuat regulasi pada Januari mendatang. Nantinya guru besar dari perguruan tinggi negeri wajib menghasilkan satu publikasi internasional. Sedangkan lektor kepala dua tahun sekali.
“Nanti akan dievaluasi tunjangan kinerja, tunjangan kehormatan. Saya yakin 2017, 2018 akan menghasilkan publikasi yang jauh lebih baik,” ucapnya.
Sementara itu terkait inovasi, Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Jumain Appe mengungkapkan, 40 inovasi baru itu siap masuk ke industri dan diproduksi massal.
Ia mencontohkan, gula merah kristal (palm sugar) bisa mengatasi ketergantungan impor gula asal tebu dari luar negeri. Per tahunnya Indonesia mengimpor sekitar 5 juta ton gula. Sebenarnya, potensi kelapa, aren dan lontar di Indonesia sangat besar, dengan luasan lahan tebu yang berkurang tidak efisien dan terlalu mahal jika hanya mengandalkan gula putih.
“Potensi gula merah itu sekarang mulai banyak dikonsumsi dibanding gula putih. Oleh karena itu dibuat gula nasional dalam bentuk kristal seperti gula putih,” katanya.
Selain itu inovasi lainnya yang akan dimunculkan ke taraf industri adalah diagnostik dengue (kesehatan), baja laterit, metro kapsul -kendaraan berbasis listrik yang diakui lebih murah dibanding kereta mass rapid transit atau light rail transit-, pesawat N219, gambir pewarna alami batik dan bahan kosmetika, diagnostik diabetes dan minuman layaknya wine namun berasal dari ubi ungu.
“Untuk mendukung 40 inovasi baru itu kita butuh Rp 750 miliar hingga Rp 1 triliun. Sebelumnya dengan Rp 400 miliar untuk 26 inovasi saja masih tertatih-tatih,” ucapnya.
STEVY WIDIA