Minggu, 28 September 2025
No Result
View All Result
youngster.id
Pratesis Ads
  • News
  • Technopreneur
  • Creativepreneur
  • Sociopreneur
  • Innovation
  • Youth Development
No Result
View All Result
youngster.id
  • News
  • Technopreneur
  • Creativepreneur
  • Sociopreneur
  • Innovation
  • Youth Development
No Result
View All Result
youngster.id
No Result
View All Result
Home News Analyze

Affluenza, Ancaman Bagi Kelas Menengah Milenial Indonesia

8 April 2018
in Analyze, Headline
Reading Time: 4 mins read
mahasiswa Indonesia

Populix: 45% Mahasiswa Indonesia Nekat Manipulasi Data Skripsi Agar Lulus (Foto: Ilustrasi/Dok. youngster.id)

0
SHARES
0
VIEWS

youngster.id - Diperkirakan, pada tahun 2020 kalangan menengah dari generasi milenial di Indonesia terancam terjangkit affluenza. Mereka beranggapan bahwa uang dapat membeli kebahagiaan. Bagaimana agar para milenial ini terhindar dari affluenza?

Sejak awal tahun 2000-an, Hollywood telah menggambarkan bahwa budaya konsumtif dapat menyebabkan adiksi yang merugikan. Bahkan dalam beberapa kasus budaya konsumtif ini bersifat “menular”. Gambaran ini beberapa kali disajikan dalam berbagai film produksinya. Sebut saja Confession of Shopaholic, film besutan Hollywood tahun 2009 yang berhasil menyedot perhatian dunia. Melalui film ini, Rebecca Bloomwood yang diperankan oleh Isla Fisher “menampar” jutaan penonton bioskop yang memiliki kesamaan dengannya, yaitu berhutang kartu kredit untuk meningkatkan gaya hidup.

Serupa tapi tak sama, pesan moral lainnya mengenai gaya hidup konsumtif diceritakan dalam film The Joneses. Film ini bercerita mengenai sebuah keluarga mewah nan harmonis yang memancing orang-orang sekitar untuk membeli produk mewah yang mereka pamerkan.

Kini, prediksi Hollywood tersebut menghantui kalangan kelas menengah milenial Indonesia pada 2020 mendatang. Seperti diungkapkan oleh berbagai studi bahwa pada 2020, Indonesia akan digerakan oleh para generasi milenial dengan perpaduan masyarakat kelas menengah dan juga masyarakat urban.

The Boston Consulting Group (BCG) menyebutkan di tahun 2012 jumlah MAC (middle-class and affluent consumers) di Indonesia berjumlah 74 juta jiwa, dan diprediksi akan terus meningkat hingga 141 juta jiwa di tahun 2020 nanti. Masyarakat kelas menengah dikenal selalu menjadi motor perubahan, terutama terkait dengan aspek ekonomi dan perubahan sosial, dalam sejarah berbagai negara.

Lalu, bagaimana ”affluenza” dapat menghantui milenial Indonesia?

Kata “affluenza” pertama kali muncul dalam sejarah pada salah satu artikel MAP di tahun 1908 muncul pada James Douglas yang berjudul “Things I Think About”. Namun belakangan, istilah ini kembali muncul ke permukaan setelah pada 2013, seorang anak konglemerat kaya asal Texas, Amerika Serikat, bernama Ethan Couch dengan arogannya telah menewaskan 4 orang karena ulahnya berkendara dalam keadaan mabuk. Publik Amerika menjadi geram akan ulah anak ini, namun pengacara menyebutnya menderita affluenza yaitu penyimpangan perilaku akibat pola asuh yang penuh dengan kemewahan dan berbagai faktor eksternal lainnya seperti gaya hidup mewah.

Baca juga :   Amazon AWS Akan Berinvestasi di Indonesia

Topik ini kembali menjadi pembicaraan hangat saat ini setelah Ethan Couch dibebaskan pada tanggal 2 April 2018 lalu setelah menjalani 2 tahun masa tahanan.

Setelah mendalami kasus ini, beberapa pendukung teori affluenza menetapkan bahwa orang-orang yang menderita affluenza memiliki pemikiran bahwa uang dapat membeli kebahagiaan, yang sering kali hal ini membuat mereka tidak dapat memaknai kekayaan yang dimiliki karena “usaha untuk terus menjadi kaya” ini membuat mereka tidak pernah merasa puas. Selain itu, mereka sering mengalami masalah dalam masyarakat normal, mulai dari sulitnya membedakan antara benar dan salah hingga berkurangnya empati seiring meningkatnya arogansi.

Gejala inilah yang terdapat pada generasi milenial kelas menengah Indonesia, bahkan di berbagai negara. Beberapa gejala affluenza di antaranya adalah perasaan depresi akan citra diri yang terkait langsung dengan status keuangan. Salah satu yang paling familiar di antara generasi milenial kelas menengah ini adalah “perlombaan” untuk meningkatkan citra diri melalui unduhan foto di sosial media.

Bila tren ini terus ada di kalangan milenial kelas menengah kita, maka hal ini dapat berdampak pada ignoran-nya mereka untuk berinvestasi. Berbagai asumsi bermunculan dari pola gaya hidup milenial. Salah satunya adalah kemungkinan bahwa mereka sulit untuk memiliki rumah karena tingkat konsumsi yang berlebihan untuk sekedar meningkatkan citra diri. Oleh karena itu, penting bagi para wealth advisor untuk memiliki kemampuan psikologi pengelolaan kekayaan atau the psychology of wealth.

Walaupun psikologi pengelolaan kekayaan ini biasanya diberikan kepada orang tua yang ingin mewariskan kekayaan mereka kepada anak masing-masing, sehingga terjadi transfer emosional dari kekayaan yang akan diterima oleh sang anak, namun psikologi pengelolaan kekayaan harus dimiliki oleh setiap individu yang memilki penghasilan. Termasuk generasi milenial kelas menengah agar terhindar dari affluenza.

Disarankan, generasi milenial kelas menengah ini melengkapi diri mereka dengan psikologi pengelolaan kekayaan untuk masa depannya. Selain itu, setiap relationship officer dari institusi finansial juga memasilitasi layanan wealth management yang diberikan kepada klien mereka dengan berlandaskan pada the psychology of wealth.

Beberapa hal yang harus diterapkan oleh generasi milenial kelas menengah dari The Psychology of Wealth agar terhindar dari affluenza adalah sebagai berikut:

Baca juga :   Islands Hackathon, Mencari Startup Yang Beri Solusi Sampah Plastik di Kepulauan Seribu

Tetapkan Batas Pengeluaran

Kebebasan Finansial (Financial Freedom) pada dasarnya adalah memiliki pendapatan pasif (passive income) yang terus mengalir tanpa dipengaruhi oleh kondisi pendapatan dari hasil bekerja seseorang. Ada dua variabel yang dapat di sesuaikan untuk mencapai kebebasan finansial yaitu:

  1. Meningkatkan pendapatan pasif
  2. Mengurangi pengeluaran

Menetapkan batasan pengeluaran adalah hal pertama yang harus dilakukan satu hari sebelum menerima gaji di rekening kita. Setiap bulan, kita tentu memiliki pengeluaran tetap dan pengeluaran yang tidak terduga. Tetapkanlah batasan pengeluaran yang harus dikeluarkan setiap bulannya. Layaknya membuat target, kurangilah pengeluaran tak terduga dan biaya hiburan secara bertahap di tiap bulannya. Untuk dapat mencapai kesuksesan dalam melakukan pengurangan yang telah kita capai, rekap semua tagihan untuk menjadi catatan evaluasi di bulan berikutnya.

Baca juga :   Startup Indonesia Paling Banyak Menerima Kucuran Dana Modal Ventura Tahun 2021

Jangan Biasakan “Shortcut”

Banyak penelitian yang mengatakan bahwa milenial adalah generasi “impulse buying” yang menyebabkan banyak dari mereka tidak dapat mengendalikan keinginan untuk menunggu waktu dalam mendapatkan sesuatu. Sehingga berhutang bisa dijadikan sebagai jalan pintas atau shortcut dibandingkan mengumpulkan uang. Hal dapat berdampak buruk manakala mereka mengalami ketidakmampuan dalam membayar hutang karena hutang adalah salah satu gejala yang paling yang paling banyak ditemui dari affluenza.

Buat Smart Shopper

Dengan bantuan teknologi, berbagai aplikasi untuk mengatur keuangan telah banyak tersedia. Salah satunya adalah ragam aplikasi smart shopping. Jenis aplikasi ini mampu membantu pengguna dalam memaksimalkan kantong belanjaan sesuai dengan yang dibutuhkan.

Mulailah Berinvestasi – Walau dalam Jumlah Kecil

Seperti disampaikan di atas, kunci dari kebebasan finansial (financial freedom) adalah dengan memiliki pendapatan pasif yang salah satunya dapat dicapai melalui investasi.

Bila tidak tahu harus memulai investasi karena terbatasnya pengetahuan, maka mulailah dengan menjadi investor konservatif dengan toleransi resiko rendah. Ini akan memberi alternatif cara untuk membuat uang berkembang, sementara itu kita dapat belajar lebih banyak tentang investasi.  

Mintalah penasihat investasi yang ada di bank Anda untuk memberikan saran dalam proses pembelajaran ini. Walaupun dalam jumlah yang kecil, namun kita telah belajar untuk mengembangkan dana yang kita miliki agar lebih produktif.

 

FX Iwan – Independent Wealth Management Advisor

Tags: affluenzainvestasikelas menengah generasi milenialpsikologipsikologi pengelolaan kekayaanthe psychology of wealth
Previous Post

Koleksi Jason Wu Grey dan Sometime Eksklusif di Zalora

Next Post

XTREAM, Ponsel Pintar 4G Dengan Akses YouTube Unlimited Selama Setahun

Related Posts

Startup Pengadaan Global Zinit Berinvestasi Hingga Rp30 Miliar di Indonesia
Headline

Startup Pengadaan Global Zinit Berinvestasi Hingga Rp30 Miliar di Indonesia

21 Juni 2025
0
Investasi
Headline

Mau Investasi? Pahami Dulu Empat Prinsip Dasar Investasi Ini

31 Mei 2025
0
OpenAI
Headline

OpernAI Berinvestasi Pada Startup Keamanan Siber

7 April 2025
0
Load More
Next Post
XTREAM, Ponsel Pintar 4G Dengan Akses YouTube Unlimited Selama Setahun

XTREAM, Ponsel Pintar 4G Dengan Akses YouTube Unlimited Selama Setahun

SEKAR Telkom Fun Run 2018

SEKAR Telkom Fun Run 2018

70 CEO Startup Digital Tampil Bersama Pecahkan Rekor MURI

70 CEO Startup Digital Tampil Bersama Pecahkan Rekor MURI

Discussion about this post

Recent Updates

Karya Raya 2025 Jaring 1.870 Buku Cerita Karya Anak, Harapan Bagi Peningkatan Literasi

Karya Raya 2025 Jaring 1.870 Buku Cerita Karya Anak, Harapan Bagi Peningkatan Literasi

27 September 2025
Indodana Paylater Permudah Pengguna BNPL Batalkan Transaksi Bermasalah

Indodana Paylater Permudah Pengguna BNPL Batalkan Transaksi Bermasalah

27 September 2025
Akademi Edukreator Jangkau 4.000 Kreator Untuk Jadikan YouTube Ruang Kelas Berkualitas

Akademi Edukreator Jangkau 4.000 Kreator Untuk Jadikan YouTube Ruang Kelas Berkualitas

27 September 2025
Koperasi Desa Merah Putih

Koperasi Desa Merah Putih Berperan Bagi Pemerataan Akses Energi Bersih

26 September 2025
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Dera Perdana Shopian : Ajak Milenial Berdonasi Digital

Dera Perdana Shopian : Ajak Milenial Berdonasi Digital

27 Juni 2019
Startup Hayokerja

Startup HayoKerja Hadirkan Solusi PHL bagi Perusahaan Pencari Tenaga Kerja

25 September 2023
pendanaan Fintech

Inilah 5 Fintech dengan Pendanaan Terbesar di Indonesia Tahun 2025

15 Mei 2025
Fastwork Raih Pendanaan Seri A US$4,8 Juta

Fastwork Luncurkan Fitur Baru Untuk Pengguna Jasa Freelancer

11 Agustus 2020
Junaidi : Bikin Bimbel Karena Cinta Jadi Guru

Junaidi : Bikin Bimbel Karena Cinta Jadi Guru

0
Brother Indonesia Rilis Aplikasi Mobile Brother iShop

Brother Indonesia Rilis Aplikasi Mobile Brother iShop

0
Bangun Bagian Dapur, IKEA Dukung Pembuatan Film “Ini Kisah Tiga Dara”

Bangun Bagian Dapur, IKEA Dukung Pembuatan Film “Ini Kisah Tiga Dara”

0
Ferdian Yosa : Menangkap Tren di Bisnis Kuliner

Ferdian Yosa : Menangkap Tren di Bisnis Kuliner

0
Karya Raya 2025 Jaring 1.870 Buku Cerita Karya Anak, Harapan Bagi Peningkatan Literasi

Karya Raya 2025 Jaring 1.870 Buku Cerita Karya Anak, Harapan Bagi Peningkatan Literasi

27 September 2025
Indodana Paylater Permudah Pengguna BNPL Batalkan Transaksi Bermasalah

Indodana Paylater Permudah Pengguna BNPL Batalkan Transaksi Bermasalah

27 September 2025
Akademi Edukreator Jangkau 4.000 Kreator Untuk Jadikan YouTube Ruang Kelas Berkualitas

Akademi Edukreator Jangkau 4.000 Kreator Untuk Jadikan YouTube Ruang Kelas Berkualitas

27 September 2025
Koperasi Desa Merah Putih

Koperasi Desa Merah Putih Berperan Bagi Pemerataan Akses Energi Bersih

26 September 2025
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Layanan Bisnis
Copyright © 2016 - PT Inovasi Muda Mandiri. All rights reserved
No Result
View All Result
  • News
  • Technopreneur
  • Creativepreneur
  • Sociopreneur
  • Innovation
  • Youth Development

Copyright © 2016 - PT Inovasi Muda Mandiri. All rights reserved

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.
Go to mobile version