Anak Muda Indonesia Optimis Menatap Masa Depan Pasca Pandemi

mahasiswa Indonesia

Populix: 45% Mahasiswa Indonesia Nekat Manipulasi Data Skripsi Agar Lulus (Foto: Ilustrasi/Dok. youngster.id)

youngster.id - Di tengah pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini, anak muda Indonesia tetap optimis akan masa depan mereka. Meskipun mereka tetap memperhatikan bagaimana perkembangan pandemi saat ini di Indonesia.

Bahkan, di tengah kekhawatiran krisis ekonomi yang timbul, sebagian besar anak muda Indonesia menghargai hal-hal yang telah dilakukan pemerintah berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh masyarakat. Seperti kesehatan dan pendidikan, serta adanya ekosistem sosial yang mendukung wacana terbuka mengenai kewarganegaraan mereka.

Hal itu terungkap dari hasil survei “ASEAN Youth Survey 2021” yang dilakukan oleh Redhill. Studi ini mencoba untuk mengetahui bagaimana aspirasi dan kekhawatiran mereka tentang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, perawatan kesehatan, pilihan hidup, dan aktivitas online – melalui pendapat dari hampir 3.000 orang berusia 18-35 tahun di tujuh negara ASEAN.

“Dua tahun terakhir ini adalah waktu yang sangat menantang bagi anak muda di Indonesia, tetapi hal ini tidak mengurangi optimisme mereka untuk masa depan yang lebih baik – tidak sedikit karena sikap mereka yang sebagian besar sangat positif terhadap bagaimana cara pemerintah menangani situasi pandemi di berbagai bidang. Meskipun ada kekhawatiran tentang pemulihan jangka panjang, namun anak muda Indonesia masih percaya bahwa mereka memiliki platform untuk membangun sesuatu, bersamaan dengan usaha mereka untuk menjalani kehidupan yang lebih baik di era new normal,” ujar Pranav Rastogi, Managing Director Redhill, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (22/12/2021)

Pendapat anak muda Indonesia terhadap penanganan pandemi COVID-19 yang dilakukan oleh pemerintah sebagian besar masih dapat berubah (tentatif). Meskipun sebagian besar responden, yaitu sebanyak 52% memberikan komentar positif, hal tersebut diimbangi respon sebanyak 41% yang masih ragu-ragu dan sebanyak 7% berpendapat kritis.

Berkaitan dengan ekonomi, sebagian besar anak muda Indonesia (sebanyak 61%) merasa bahwa pemerintah telah menerapkan kebijakan yang memadai untuk pemulihan dan pertumbuhan pasca pandemi. Sementara 30% lebih merasa kebijakan pemerintah masih normatif, dan 10% merasa khawatir. Dengan mempertimbangkan ketidakpastian pasar kerja saat ini, sebanyak 47% anak muda Indonesia secara tentatif optimis pada peluang peningkatan keterampilan secara lokal.

Dalam hal layanan kesehatan, sebagian besar anak muda Indonesia yang disurvei percaya bahwa penyediaan layanan kesehatan dasar di Indonesia baik (56%). Dan, sebagian besar percaya bahwa keterjangkauan dan aksesnya memadai (58%). Sebagian besar responden lokal (87%) masih memiliki komentar positif tentang kecukupan peluncuran vaksin COVID-19.

Di seluruh wilayah, sebagian besar responden percaya bahwa memperoleh pendidikan dasar dan tinggi itu mudah – tren yang diikuti di Indonesia pada 70% (pendidikan dasar) dan 83% (pendidikan tinggi) responden lokal. Dalam hal apakah sistem pendidikan Indonesia sangat kompetitif, hampir 60% responden setuju. Namun, ada sentimen positif yang lebih rendah terhadap kemampuan mereka untuk menangani stres terkait pendidikan, tercermin pada sebagian besar responden (46%) yang tidak yakin, dibandingkan dengan 43% yang lebih positif.

Ketika ditanya tentang pilihan hidup mereka, responden diberi daftar hal-hal yang ingin dicapai dalam hidup untuk mengukur tingkat kepentingannya. Di Indonesia, kesehatan ada di peringkat tertinggi (94%), diikuti oleh keluarga dan pendidikan (keduanya 93%), perlindungan terhadap lingkungan (90%) dan pengembangan pribadi (87%).

Dengan pandemi yang sedang berlangsung, anak muda Indonesia memilih untuk berhemat. Sebagian besar (54%) menyatakan bahwa mereka tidak merasa sering menghabiskan uang untuk kemewahan seperti hiburan dan liburan. Namun, mereka lebih optimis dengan rencana masa depan mereka; di mana sebagian besar (82%) berpendapat bahwa memiliki rumah sendiri merupakan hal yang realistis secara finansial. Namun, hal tersebut diimbangi oleh sebanyak 36% yang percaya bahwa membangun keluarga tidak akan menantang secara finansial, karena mayoritas (37%) lebih ambivalen sementara 27% merasa khawatir.

Survei juga menemukan bahwa anak muda Indonesia terhubung secara digital. Sebagian besar responden utamanya mendapat sumber berita mereka dari media sosial (83%), dan sebanyak 46% menghabiskan antara 5-10 jam sehari pada platform tersebut. Dengan ketergantungan digital ini, sebagian besar pemuda Indonesia (80%) percaya bahwa harus ada lebih banyak pendidikan untuk membantu masyarakat dalam menentukan keakuratan berita. (*AMBS)

Exit mobile version