youngster.id - Berkat kreativitas peluang bisnis terbuka lebar di mana-mana. Salah satunya adalah bisnis iklan luar ruangan. Jika dulu hanya terbatas pada baliho, billboard atau neon box, kini dengan inovasi iklan luar ruangan dapat disematkan pada badan kendaraan, atau jaket pengemudi.
Walau sekarang era digital, namun peran dari sebuah media periklanan advertising (cetak) masihlah sangat diperlukan. Namun sekarang media iklan luar ruang tidak lagi terbatas di satu lokasi tertentu. Beberapa perusahaan periklanan telah memanfaatkan kendaraan sebagai media mereka. Salah satu pemicu adalah trafik jalanan di ibukota yang semakin padat.
Seperti yang dilakukan oleh Karta, sebuah perusahan teknologi yang membuka peluang bagi para pengendara motor untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan membantu beriklan ketika berkendara setiap hari.
Inovasi ini yang dilakukan oleh Andrew T. Setiawan, founder dari startup bernama Karta. “Jadi inspirasi atau ide ini muncul, karena kami ingin membantu masyarakat terutama mereka yang bekerja sebagai pengemudi ojek online. Di sisi lain kami kesulitan mencari media beriklan yang terjangkau bagi startup kecil seperti kami. Kesulitan ini yang membuka kesempatan bagi kami untuk membuat perusahaan baru,” kata Andrew, CEO Karta kepada youngster.id saat ditemui di @america di kawasan Pacific Place SCBD Sudirman Jakarta belum lama ini.
Ide sederhana itu lalu dieksekusi oleh Andrew bersama dua rekannya Jeff Hendrata (CTO) dan Tjokro Wimantara (COO/CFO). Mereka mendirikan usaha layanan iklan bernama PT Karta Indonesia Global (Karta) pada Januari 2016.
Lewat layanan ini mereka menghubungkan para perusahaan yang ingin beriklan dengan para pengendara motor yang menginginkan uang tambahan. Para perusahaan tersebut bisa mengirimkan sebuah konten iklan, yang kemudian akan dipasang pada jaket maupun papan yang berada di belakang sepeda motor.
“Kami membuka peluang bagi para pengendara motor untuk mendapatkan penghasilan tambahan hanya dengan membantu beriklan ketika berkendara setiap hari. Rekan Karta itu akan mendapatkan pembayaran berdasarkan jarak yang ditempuh ketika beriklan setiap harinya. Jadi disini perusahaan atau klien yang bergabung dengan kami bisa memilih para pengendara motor yang berkendara di lokasi target pasar mereka. Para pengemudi tersebut nantinya akan mendapat kompensasi berdasarkan jarak yang mereka tempuh dengan iklan tersebut,,” jelas Andrew.
Ternyata ide inovatif ini menarik perhatian para perusahaan pengiklan seperti Unilever, P&G, Astra dan Telkomsel. Sehingga dalam waktu singkat Karta menjadi media marketing dan advertising dengan perkembangan yang pesat. Bahkan layanan ini sudah hadir di lebih dari 20 kota di Indonesia. Berkat ide inovatif itu, Andrew dan Jeff masuk dalam daftar 30 Under 30 Asia versi majalah Forbes awal 2018 lalu.
Pertama di Dunia
Sesungguhnya layanan media luar ruangan dengan memanfaatkan kendaraan sudah cukup banyak di Indonesia. Namun yang membedakan Karta dengan yang lain adalah dia memanfaatkan pengendara motor.
Andrew mengklaim bahwa bisnis iklan berjalan yang didirikannya merupakan usaha iklan berjalan dengan menggunakan sepeda motor yang pertama kali ada di dunia. Dan dia yakin prospek bisnis ini cukup menjanjikan.
“Kami bisa mengklaim di seluruh dunia kami yang pertama bikin iklan di belakang motor. Jadi kami dapat paten yang sederhana yaitu paten lebih global iklan di belakang motor. Jadi kalau ada orang tanda kutip, nyontek gitu, paling kami kasih tahu bahwa kami sudah memiliki hak paten, dan kalau mau kerjasama kami siap,” kata Andrew dengan tegas.
Pemuda berusia 23 tahun ini mengaku mendapatkan ide bisnis ini karena mendengar cerita keluhan dari para pengemudi ojek online akan turunnya pendapatan mereka. “Saya mendirikan Karta dengan visi ingin membantu masyarakat yang memiliki motor, terutama pengemudi ojek online. Kami terus berpikir bagaimana nanti bisa membantu mereka untuk mendapatkan income ekstra. Jadi buat bantu mereka hidup sehari-hari,” ucap Andrew.
Di sisi lain, sebagai pengusaha muda yang mendirikan startup dia mendapat kesulitan untuk mendapatkan media beriklan dengan harga yang terjangkau.
“Dari sana kami terpikir bahwa industri iklan sangat bagus untuk saat ini, karena tujuannya yang diutamakan adalah kreatifitas. Oleh karena itu kami pakai dunia adverstising ini, bisa bantu masyarakat. Jadi kalau melihat sebelumnya, banyak papan iklan, yang merupakan sebuah advertising besar, dari situ terpikir oleh saya kenapa kami nggak bisa pindahkan dari harga yang senilai 1 milyar, 3 milyar kenapa kami nggak pindahkan untuk masyarakat ini. Umpamanya untuk iklan senilai Rp 300 juta bisa untuk 300 motor, kenapa nggak dan dari situlah kami bisa profit sharing,” jelasnya menambahkan.
Untuk syarat bergabung dalam layanan iklan on demand ini, Andrew menetapkan para pengemudi memiliki motor yang aman, dan minim bawa barang biar mereka lebih nyaman. “Kami juga minta motor yang bergabung di platform kami tidak terlalu tua tahun pembuatannya, karena kan ini mesti menggunakan aki motor mereka. Dan, kami minta sama mereka agar bisa jalan sekitar 500 km atau 1500 km per bulan itu aja,” ungkapnya.
Di awal mulai hanya ada 10 mitra yang bergabung. Namun berkat pendekatan dan transparansi dari Karta maka jumlah itu terus meningkat.
Kini setelah dua tahun, bisnis iklan on demand ini sudah berkembang di 20 kota di Indonesia dengan jumlah mitra pengemudi sebanyak 10 ribu orang.
Bangun Reputasi
Lulusan Loyola Marymount University ini percaya bisnis bisnis yang dikembangkannya dapat bertahan panjang. Hal itu karena mereka menjaga reputasi dengan para klien. Awalnya mereka juga mengalami sejumlah masalah. Mulai dari sulit untuk merancang papan reklame yang mudah dibawa para pengemudi, hingga masalah pegemudi yang nakal.
Menurut Andrew semua masalah itu mereka carikan solusinya. “Awalnya bikin papan yang aman itu agak susah. Belum lagi itu menyangkut reputasi karena ini adalah brand dari produk, sehingga kami nggak mau asal-asalan,” ujarnya.
Untuk itu mereka melakukan riset untuk terus mempelajari masalah yang ada. Termasuk ketika ada pengemudi nakal yang suka terlambat mengembalikan papan iklan. “Kami menjalin komunikasi dengan mereka dan melakukan kerjasama secara transparan. Sehingga sudah tidak ditemukan lagi driver yang nakal. Kami juga tidak mencurangi mereka karena benefit yang kami berikan selalu transparan,” ucap Andrew.
Tak hanya itu, menurut Andrew, tim Karta juga melakukan banyak riset untuk memperkecil masalah yang ada. Alhasil dari 10 unit driver, kini sudah ada 10 ribu pengemudi yang bergabung. “Kami terus mempelajari problem yang ada. Jadi setiap ada problem kami selalu riset dan mencobanya kembali. Jadi kami selalu bikin usaha atau produk yang bisa membawa kami bisa mencapai sukses itu, supaya klien-klien yang sudah bekerja sama bisa merasa bangga ketika melihat produknya dipasarkan melalui perusahaan kami bisa sampai pesannya ke masyarakat,” jelasnya.
Andrew menjelaskan, data itu mereka peroleh berkat teknologi. Misal, di motor mitra driver kami, selalu menggunakan kamera atau GPS. “Jadi dari situ data itu bisa menjadi fakta sebagai pegangan kami untuk diberikan ke klien, disitu kami kasih lihat videonya berapa banyak orang yang melihat iklan di papan ini disitu bisa terlihat datanya. Selain itu cara lain kami menyiasatinya dulu dengan kode dari situ klien bisa melihat track untuk mudah di cek. Yang perlu diingat disini ketika siapapun ingin mengembangkan sebuah perusahaan mereka termasuk kami nggak bakal pernah bisa menggunakan data dari orang lain apalagi untuk memercayai investor. Makanya untuk mendapatkan semua itu termasu mendapatkan investor, kami harus punya spesial reviwew sendiri dan dengan data kami bisa membutikan kepada mereka termasuk investor, “ jelasnya.
Berkat reputasi yang baik itu, maka Karta kini telah mendapat investasi tahap awal dengan nominal yang tidak disebutkan dari VIAEight, perusahaan pembuat neon box dan stiker iklan di berbagai tempat, seperti bus TransJakarta, kereta Commuter Line, dan stasiun kereta.
“Dana yang kami dapat dari investor itu intinya kami untuk mengembangkan sisi operasional dan pemasaran kami,” imbuhnya.
Andrew yakin bahwa inovasi adalah kunci dari keberhasilan perusahaan tersebut. “Menurut saya, ketika seseorang tidak berani mencoba hal-hal yang baru, pastinya nanti mereka akan mundur sendiri. Makanya, di sini kami nonstop selalu developing program baru, cuma saat ini masih discloses karena masih dalam area device. Tapi kami always pure bisnis itu bentuk pengembangan kami ke depannya,” tutup Andrew.
====================================
Andrew Tanner Setiawan
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 1994
- Pendidikan Terakhir : Bachelor of Business Administration, Loyola Marymount University
- Mulai Usaha : 2016
- Nama Perusahaan : PT Karta Indonesia Global
- Jabatan : Founder & CEO
- Layanan : Iklan on Demand
- Jumlah Tim : 128 karyawan
- Jumlah Mitra Pengemudi : sekitar 10.000
======================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post