youngster.id - Riset sangat penting dalam perkembangan kehidupan dan peradaban. Melalui riset, berbagai pengetahuan baru bermunculan, teknologi baru dikembangkan dan solusi akan berbagai masalah manusia. Hasil riset di laboratorium juga dapat menjadi bisnis yang berkembang pesat.
Di Indonesia terjadi tren kenaikan kuantitas periset terjadi sejak 2010. Jumlah peneliti mulai dari 7.502 orang pada 2010 naik menjadi 9.128 orang pada 2014. Meski jumlahnya terus bertambah, namun jumlah ini masih terbilang sedikit dibandingkan negara lain di kawasan ASEAN.
Sebab, rasio jumlah peneliti di Indonesia masih sedikit dibandingkan negara lainnya di ASEAN.
Misalnya, di Singapura rasio jumlah penelitinya lebih dari 7000 ribu peneliti per satu juta penduduk. Sedangkan Malaysia sebanyak 2.590 peneliti per satu juta penduduk. Sementara di Indonesia, rasionya sebesar 1.071 peneliti per satu juta penduduk.
Dunia riset di Indonesia memang masih harus banyak dibenahi. Tetapi belakangan ini mulai bermunculan para periset muda yang mengembangkan hasil riset mereka menjadi bisnis. Salah satunya adalah Tech Prom Lab, startup yang jadi juara Go Startup Indonesia (GSI) 2018 yang digelar oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
Tech Prom Lab adalah startup asal Bandung yang digawangi oleh peneliti dari Laboratorium Pemrosesan Material Maju ITB, yaitu Adi Surya Pradipta, Rizqi dan Anisah Azizah. Startup yang dibangun sejak 2017 ini telah berhasil memproduksi beton berpori dan batu bata ringan berbahan baku sisa limbah pembuangan batu baru. Dan kini hasil riset itu telah dikomersilkan ke sejumlah pengembang infrastruktur.
“Kami tertantang untuk mengomersilkan teknologi-teknologi yang ada di lab dapat diaplikasikan langsung ke masyarakat. Kami tidak ingin hasil penelitian kami hanya berhenti saja di lab tetapi juga bisa bermanfaat dan berdampak luas,” ungkap Anisah, Cofounder dan Chief Marketing Officer Tech Prom Lab kepada youngster.id.
Menurut Anisah, sebagai peneliti mereka merasa gelisah melihat hasil penelitian yang telah dilakukan dalam waktu yang panjang dan memakan waktu serta biaya yang tidak sedikit hanya berakhir menjadi laporan dan buku saja. Apalagi ketika itu bersama tim, mereka berhasil membuat produk untuk konstruksi berupa batu bata yang ringan yang bahan dasarnya dari limbah dengan harga yang sangat murah. Bahkan, produk ini dapat dimanfaatkan menjadi material infrastruktur jalan seperti untuk jalur pedestrian dan bahu jalan.
Menariknya penelitian yang dikenal dengan Geopori ini sempat menjadi berita viral di masyarakat. Apalagi telah dipergunakan menjadi salah satu bahu jalan dan lapang parkir di ITB.
“Kami melihat ada peluang pasar untuk mengomersilkan produk yang kami buat ini. Apalagi selama ini banyak orang lebih memilih produk dari luar, padahal produk hasil dalam negeri juga tak kalah kualitasnya. Kam ingin Tech Prom Lab menjadi jembatan antara produk hasil riset dengan pasar,” ungkap alumni Tehnik Fisika ITB itu.
Meneruskan Riset
Anisah bercerita, produk Geopori ini dimulai dari penelitian dia dan kedua rekannya untuk tugas akhir di Laboratorium Pemrosesan Material Maju ITB. Melihat bahwa produk ini dapat diaplikasikan dan memiliki nilai ekonomi maka akhirnya Adi, Anisah dan Rizqi memutuskan untuk membuat startup Tech Prom Lab dengan basis teknologi pemrosesan material.
“Nama itu kami pelesetkan dari kalimat dalma bahasa Inggris Take From Lab yang artinya, mengambil sesuatu dari lab. Apa sih yang diambil? Ya, solusinya. Jadi melalui bisnis ini kami mau menjadi solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat,” jelas Anisah tentang arti nama perusahaan mereka itu.
Menurut Anisah, bisnis yang mereka kembangkan itu mulai dengan modal sekitar Rp 10 juta. Kemudian proposal hasil penelitian mereka akan beton berpori mendapat perhatian dari Kementerian Riset Pendidikan Tinggi (Kemenrisetdikti) sehingga Anisah dan kawan-kawan pun mendapat pendanaan sebesar Rp 400 juta.
Dengan modal tersebut, mereka pun mulai memproduksi dua jenis produk, yaitu beton berpori dan batu bata ringan, sekaligus menyediakan tim pemasangan produk tersebut. Dan sejak awal 2018 mereka mulai memperkenalkan produk ini melalui kemitraan dengan sejumlah vendor, terutama yang terkait dengan infrastruktur.
Diklaim Anisah, produk beton berpori milik Tech Prom Lab dijamin dapat menjaga siklus air dari hujan karena cepat dalam prosesnya masuk kedalam tanah jika dibanding produk sejenis lainnya.
“Jadi kalau paving blok yang lain bisa nembus air tapi lambat banget karena panas dari matahari, maka produk yang kami miliki ini proses penyrapannya lebih cepat. Selain itu, produk ini dapat menjaga siklus air dari hujan masuk ke tanah sehingga dapat mencegah genangan atau banjir karena air langsung menyerap ke tanah,” klaim Anisah.
Sebagai produk inovasi teknologi, mereka pun memberi perlakuan khusus. Oleh karena itu, untuk penjualannya, produk ini harus barsama dengan pemasangan. “Ada treatment khusus sih, untuk memastikan drainasenya baik dan semua berfungsi dengan baik. Misal kultur tanah di suatu tempat seperti apa, dan setelah pemasangan beton berpori dipasang setelah air bisa masuk ke tanah air itu akan larinya kemana. Jadi ada strategi khusus juga dan itu service yang kami tawarkan juga,” jelas perempuan yang memiliki hobi membaca dan berolahraga itu.
Anisah juga menegaskan, material berpori ini sudah sama kuatnya dengan material infrastruktur pada umumnya, khususnya untuk yang pedestrian dan bahu jalan, tetapi bisa sangat cepat menyerap air.
“Jika di Bandung kita mengenal banjir cileuncang karena limpasan air yang tidak dapat diserap oleh infrastruktur yang sudah ada, maka dengan Geopori ini kita dapat mengembalikan fungsi lahan sebagai daerah resapan,” ujarnya.
Penelitian material berpori ini berhasil mendapatkan penghargaan dalam kategori Program Kerjasama Riset Kebutuhan Produk Iptek untuk Pembangunan Jawa Barat pada akhir tahun 2017 dari Gubernur Provinsi Jawa Barat. Penghargaan ini diberikan dalam rangka Kolokium Hasil-hasil Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat.
Kolaborasi
Meski memiliki keunggulan namun Anisah mengakui tidak mudah memasarkan produk Geopori ini. Oleh karena itu, sebagai perusahaan startup, untuk saat ini Tech Prom Lab lebih memilih berkolaborasi dengan perusahaan konvensional yang telah lebih dulu ada jika dibanding melakukan head to head dengan perusahaan besar tersebut.
“Jadi ada beberapa skema yang bisa kami lakukan, bisa dengan lisencing aja sebenarnya kami ada formulanya dan lain-lain karena kami nggak harus produksi atau pabrik. Tapi kami bisa me-lisensi ini ke perusahaan-perusahaan yang sudah besar. Daripada kami harus bersaing head to head sama perusahaan-perusahan tersebut, akan bijaksana kalau kami lisensi aja. Tapi kami bisa cukup pede untuk produksi sendiri. Jadi skema bisnisnya banyak sih untuk ini,” kata Anisah.
Meski startup ini belum mendapatkan revenue, namun Anisah yakin bisnis ini akan membuahkan hasil. “Kami sudah memproyeksi cashflow akan mencapai Rp 4 miliar, karena permintaan untuk pembangunan infrastruktur tinggi,” ujarnya optimis.
Selain itu, Anisah juga terus membuka kesempatan bagi peneliti untuk berkolaborasi dengan Tech Prom Lab sehingga visi mereka untuk menjebatani hasil penelitian di laboratorium dengan masyarakat akan dapat terwujud.
“Kami tahu potensi penelitian masih banyak, jadi kami akan membuat sistem yang melingkupi semuanya, bikin sistem freelance peneliti misalnya. Kami ingin bermimpi nanti Indonesia bisa mandiri teknologi dan dapat menggunakan solusi untuk menyelesaikan berbagai masalah di masyarakat,” pungkas Anisah.
======================================
Anisah Azizah
- Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 4 November 1995
- Pendidikan Terakhir : S1 Tehnik Fisika, ITB
- Nama Usaha : Tech Prom Lab
- Jabatan : Cofounder & Chief Marketing Officer
- Produksi : Beton Berpori dan Bata Ringan
- Mulai Usaha : 2017
- Modal Awal : Rp 10 juta
- Jumlah Tim : 6 Orang
Prestasi :
- 10 Startup Terbaik Kompetisi GSI, Bekraf 2018
- Penghargaan dalam kategori Program Kerjasama Riset Kebutuhan Produk Iptek untuk Pembangunan Jawa Barat pada akhir tahun 2017 dari Gubernur Provinsi Jawa Barat.
======================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post