youngster.id - Perusahaan modal ventura tahap awal (early-stage) Antler mengumumkan putaran investasi pre-seed terbesarnya hingga saat ini, dengan memberikan US$5,1 juta kepada 37 startup di Asia Tenggara.
Jussi Salovaara, Co-founder dan Managing Partner Asia, Antler mengatakan, putaran ini juga menandai jumlah tertinggi kesepakatan awal (pre-seed) yang diselesaikan dalam satu putaran di kawasan ini, yang menunjukkan komitmen Antler untuk mendukung generasi wirausaha teknologi Asia Tenggara berikutnya.
“Sebagai investor multi-tahap, kami menyadari potensi besar yang dimiliki startup tahap awal di Asia Tenggara. Dalam iklim yang dinamis dan menantang ini, kami secara khusus tertarik pada investasi awal, khususnya pada AI vertikal dan startup industri 4.0 yang mengatasi permasalahan mendalam dan merevolusi cara model dan data diterjemahkan menjadi produk nyata. Pada momen penting ini, kami sangat fokus dalam membantu para pendiri membangun fondasi yang kuat untuk model bisnis berkelanjutan dan mendorong inovasi jangka panjang dalam ekosistem teknologi global yang lebih luas,” papar Salovaara, seperti dilansir TN Global, Rabu (31/1/2024).
Menurut Salovaara, posisi Antler sebagai pendukung awal startup secara unik memungkinkan mereka mengidentifikasi dan mendorong tren teknologi yang sedang berkembang. Investasi Antler pada putaran ini menggarisbawahi keyakinan akan tren-tren berikut:
- Peralihan ke AI vertikal
Gelombang kedua startup AI diperkirakan akan muncul pada tahun 2024 seiring dengan semakin matangnya AI dan solusi yang disesuaikan dengan industri tertentu.
Anther mencatat adanya pergeseran yang lebih besar ke arah membangun bisnis yang tahan lama dalam AI yang divertikalisasi, terutama di bidang media, manajemen siklus hidup pelanggan, dan integrasi LLM. Tercatat 34% startup di putaran ini menggunakan AI vertikal.
- Bangkitnya Industri 4.0 di Asia Tenggara
Meskipun Industri 3.0 pada awalnya didorong oleh sektor manufaktur, teknologi Industri 4.0 kini memiliki potensi transformatif untuk mendorong semua vertikal industri.
Prinsip-prinsip intinya yaitu keterhubungan, pengambilan keputusan berdasarkan data, dan otomatisasi semakin banyak diterapkan pada sektor-sektor yang biasanya non-digital, termasuk konstruksi, transportasi, dan layanan kesehatan. Tercatat 34% startup yang berinvestasi berada di Industri 4.0.
- Startup di Asia Tenggara membangun solusi hiperlokal dengan skalabilitas global
Dengan ekonomi digital global yang diperkirakan mencapai US$17,5 triliun pada tahun 2025, bermunculan gelombang baru startup yang mengembangkan produk yang memenuhi kebutuhan hiperlokal di Asia Tenggara sambil mempertahankan potensi ekspansi global.
Winnie Khoo, Partner Antler mengatakan, Antler melihat peluang di bidang e-commerce, fintech, produktivitas, dan perjalanan, memanfaatkan lanskap pasar yang beragam dan berkembang pesat di kawasan ini, mengembangkan solusi yang mengatasi permasalahan lokal tertentu, dan menggabungkan teknologi yang dapat diperluas untuk audiens global.
“Dengan kesadaran dan adopsi AI prediktif yang lebih besar, startup di Asia Tenggara kini memiliki peluang untuk menerapkan paradigma baru hiper lokalisasi dan ambisi global. Pendekatan ini menuntut para pendiri untuk memikirkan kembali kemungkinan-kemungkinan produk yang mampu memenuhi beragam pasar lokal secara massal, sembari tetap menjaga potensi skalabilitas yang lancar di seluruh platform global,” kata Khoo.
Dengan rekor jumlah lebih dari 5.000 aplikasi dalam putaran ini, Antler secara konsisten mendukung lebih dari 1.000 startup di seluruh dunia, sejak diluncurkan pada tahun 2018. Tujuan perusahaan ini adalah untuk mendukung lebih dari 6.000 startup pada tahun 2030. (*AMBS)
Discussion about this post