Attina Nuraini : Sukses Berkat Produk Yang Bercerita

Attina Nuraini, Cofounder & Creative Director Mannequin Plastic (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

youngster.id - Industri kreatif dari para pelaku industri lokal terus bergulir. Mereka menggunakan segala daya kreativitas untuk menghasilkan produk yang menarik. Batasannya hanyalah imajinasi dan kreativitas dari para pemiliknya. Alhasil banyak bisnis industri kreatif mampu bertahan hingga kini.

Belakangan industri kreatif menjadi sorotan karena ketangguhannya menghadapi krisis. Data statistik ekonomi kreatif Indonesia hasil kerja sama Bekraf-BPS menunjukkan, PDB ekonomi kratif yang tercipta pada tahun 2016 menembus angkat Rp 922,9 triliun. Bahkan industri ini mampu menyerap 54,3% tenaga kerja.

Kemampuan dari ekonomi kreatif bisa dibilang karena kegiatan usaha ini fokus pada kreasi dan inovasi. Hal itu sudah dibuktikan oleh banyak pelaku industri kreatif. Salah satunya brand fashion lokal berlabel Mannequin Plastic. Merek yang dilahirkan dari pasangan suami istri Evan Driyana dan Attina Nuraini ini telah berkibar sejak tahun 2010. Produk yang mereka tawarkan adalah tas, apparel hingga aksesori dan ikat pinggang.

Menariknya, Mannequin Plastic ini menawarkan tak sekadar fesyen tetapi cerita di balik setiap produk tersebut.

“Setiap produk yang kami luncurkan ini ada story dan series ceritanya. Ketika ada pelanggan yang ingin tahu jelas bisa melihat di Instagram atau di blog kami. Biar fun aja. Begitu juga di setiap kami adakan event, kami ini selalu memiliki tema,” terang Attina, Cofounder & Creative Director Mannequin Plastic saat ditemui youngster.id di Jakarta belum lama ini.

Hal ini dilakukan dengan sengaja. Rupanya, Attina dan Evan tidak sekadar ingin membuat produk, tetapi menawarkan proses kreativitas seni di dalamnya “Kami berdua tertarik dengan benda-benda tiga dimensi. Bersamaan dengan itu kami juga menyukai fesyen. Karena itu kami menggabungkan apa yang menjadi ketertarikan itu pada bisnis ini. Jadi orang bisa merasakan nilai seni dari setiap produk yang kami tawarkan,” papar Attina.

Produk yang mereka hasilkan memang terbilang unik. Masing-masing koleksi memiliki latar cerita yang berbeda. Menurut Attina, itu sumber inspirasi datang dari berbagai hal di sekitar mereka.

“Kami banyak terinspirasi dari kebahagiaan, keajaiban, mimpi, ruang bermain, dongeng, dan deformasi objek. Ide ini yang kemudian kami olah dan aplikasikan menjadi produk fesyen,” ungkapnya.

 

Produk Mannequin Plastic kini diminati, tidak hanya dari pasar lokal tapi juga mancanegara (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

 

Seni Mainan

Attina berpendapat memulai bisnis baru bisa diawali dengan mengenal diri sendiri, terutama soal ketertarikan pada sesuatu, kesukaan pribadi, serta menyadari kemampuan yang dimiliki. Dari situ, baru bisa memutuskan untuk memulai suatu bisnis.

Ia dan Evan memiliki latar pendidikan seniman patung lulusan jurusan Seni Rupa di IKIP Bandung yang sekarang dikenal sebagai Universitas Pendidikan Indonesia. Mereka memiliki ketertarikan yang sama terhadap pop culture, fashion dan pergerakan seni mainan, membuat pasangan ini pun memutuskan untuk membangun bisnis ini.

“Kami berdua awalnya kolektor mainan. Tapi kami juga tertarik sama dunia fesyen dan aksesoris. Karena itu ketika ingin membangun bisnis tidak jaulah dari hal-hal itu,” ujarnya sambil tersenyum.

Nama Mannequin Plastic dipilih karena dinilai menjadi perlambang dari penggabungan itu. “Kami pilih nama Mannequin sebagai perlambangan dari sebuah boneka, tetapi di dalam fesyen. Sedangkan plastik identik dengan material mainan,” lanjut Attin.

Bisnis ini mereka dirikan pada tahun 2010 di Bandung. Menurut Attina, bisnis itu dimulai ketika dia dan Evan melihat banyak teman mereka yang dandanannya out standing dan tampil beda. Misal dengan tas yang ada dinosaurus. Melihat hal itu, terpikirlah mereka untuk membuat aksesoris yang unik. Modalnya hanya sekitar Rp 50 ribu yang disisihkan dari uang jajan mereka. Produk ini lalu ditawarkan ke teman-temannya. Bahkan Attina berani menawarkan ke butik langanannya di Bandung.

Ternyata banyak yang tertarik dan membeli produk tersebut. Sehingga Attina dan Evan pun mulai memproduksi aksesoris lainnya. Dari sanalah lahir terus ide kreatif yang tak terbatas itu membuat mereka pun membuat tas dengan bahan vegan leather (kulit imitasi) dan resin (fiber) dengan teknik mematung.

“Kami membuat tas secara hand made. Mulanya kami buat design dan cetakan dengan tehnik pematungan. Kemudian bahan resin atau fiber yang dicampur dengan bahan kimia, lalu kami cetak seperti patung.  Pembuatan menggunakan resin ini sudah kayak bikin agar-agar,” kata Attina sambil tertawa.

Menurut Attina, mereka juga memilih menggunakan vegan lether sebagai bahan baku dari produk. Selain karena kualitasnya cukup baik, mereka berdua tidak tega membayangkan jika itu terbuat dari kulit asli. “Kami tidak menggunakan kulit asli karena saya dan Evan punya banyak peliharaan, dan kami sensitif mengenai produk yang menggunakan bahan dari binatang,” ujarnya.

Sejatinya, Attina mengaku sempat ragu apakah bisnis mereka akan berjalan. Tetapi ternyata dengan konsep yang unik itu mereka berhasil menciptakan pasar sendiri.

“Awal berdiri kami sempat ragu, nanti siapa orang yang mau pakai produk kami. Tapi ternyata marketnya ada. Melihat itu kami jadi semangat untuk makin mengembangkan dan menciptakan market sendiri. Tentu sekarang bantuan media sosial membuat kami cepat dikenal, dan didukung dengan event-event yang mendukung bisnis industri kreatif ini,” ucapnya.

Dalam satu bulan mereka bisa memproduksi 500 pieces dan mengisi sejumlah gerai dan stokies di Bandung, Jakarta, Surabaya dan Makasar. Selain itu, Attina juga menerima pemesanan melalui toko online.

 

Attina Nuraini & Evan Driyana sukses mengembangkan Mannequin Plastic hingga diminati pelanggan di mancanegara (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

 

Produk Bercerita

Keunggulan dari produk Mannequin Plastic ini ada pada desainnya yang bercerita. Menurut Attina, untuk series atau produk yang memiliki muatan cerita diluncurkan setiap 4 – 6 bulan sekali. Ceritanya selalu berganti. Dan menariknya, ide itu tidak hanya datang dari Attina atau Evan, tetapi dari berbagai pihak yang bekerja sama dengan mereka.

“Kadang ada juga produk yang memang limited edition, atau misalnya di kami menerima anak magang, yang punya design. Dari rancangan mereka kami buatkan produknya sebagai untuk pembelajaran jadi dengan kaminya juga untuk saling melengkapi,” imbuhnya.

Konsep ini membuat produk dari Attina dan Evan ini mampu  bertahan di tengah serbuan produk impor. “Pasar Indonesia itu gampang diserang oleh fast fashion, terutama dari produk impor. Tetapi kami tidak takut, karena saya percaya dengan karakter dari produk kami,” ucap Attina dengan pasti.

Menurut Attina, mereka ibarat mencari ikan di kolam kecil. Oleh karena itu, jangan sekadar mengikuti tren. “Kami tidak pernah membuat desain yang sama dengan tren di pasar, tetapi kami lebih berimprovisasi sendiri. Memang sebagai desainer ketika di luar ada tren tentu kami ikuti tetapi bukan sama persis. Yang kami lakukan adalah memperkuat brand image sendiri,” katanya.

Oleh karena itu, selama delapan tahun mereka mampu bertahan. Justru, yang menjadi kendala, kata Attina, adalah lebih pada idealisme.

“Kendalanya itu berbagi ide dan mengurus sumber daya manusia. Karena mungkin kami seniman kali ya, idealis kami lebih senang bekerja berdua. Sehingga ketika bisnis ini tumbuh kami harus sadar ini bukan hanya berdua saja. Ada pegawai, tukang jahit, juga vendor yang menuntut tanggung jawab kami,” ungkapnya.

Dia mengaku awalnya sulit. Banyak vendor yang mundur karena produk mereka tidak mainstream. Belum lagi karena desiannya beda, pengerjaannya tidak bisa cepat dan banyak. Demikian juga dengan pasar yang cepat berubah. Tetapi, semua itu berhasil dijawab oleh Attina dan Evan.

Kini omset Mannequin Plastic sudah berlipat ganda. “Omzet naik turun, berkisar Rp 100 juta sampai Rp 200 juta per bulan. Tapi kalau waktu tertentu bisa sampai Rp 300 juta omsetnya,” ujar Attina.

Dengan demikian Attina dan Evan pun mulai mengembangkan toko mereka. Apalagi pelanggan mereka juga mulai berdatangan dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, Korea hingga Jepang. “Kami berharap bisa punya stokies di luar negeri dan bekerjasama dengan industri kreatif di Singapura atau Jepang. Kami juga ingin bisa growing terus dengan brand image Mannequin Plastic yang fun. Karema meski kami umur semakin bertambah kami ingin brand kami steel young dengan value youth,” pungkasnya.

 

=====================================

Attina Nuraini

======================================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version