youngster.id - Artificial Intelligence (AI) merupakan teknologi masa depan yang tengah menjadi tren dunia. Indonesia termasuk membutuhkan banyak talenta digital yang mahir akan kecerdasan buatan ini. Untuk itu, Google Indonesia melalui Program Bangkit 2024 kembali membuka peluang bagi lebih dari 4.500 mahasiswa untuk mengikuti pembekalan di bidang ini.
Program yang diberikan gratis ini spesialisasi di bidang Machine Learning, Mobile Development, dan Cloud Computing. Selain itu, kurikulum program tahun ini sudah dilengkapi kompetensi AI pada tiap bidang pembelajarannya.
“Untuk menjadi negara tangguh, mandiri, dan inklusif di 2045, Indonesia membutuhkan talenta digital yang mahir AI sebagai salah satu teknologi masa depan. Lewat Bangkit, kami ingin mendukung upaya pemerintah dalam mengembangkan potensi talenta digital ini,” ungkap Putri Alam, Director of Government Affairs & Public Policy, Google Indonesia dikutip Rabu (11/9/2024).
Program Bangkit ini mendapat dukungan dari Kemendikbudristek, mitra universitas, dan mitra perusahaan seperti GoTo, Tokopedia, Traveloka, dan Deeptech.
Dirjen Diktiristek, Kemendikbudristek RI Prof Abdul Haris mengatakan, melalui kemitraan bersama Google Indonesia, Kemdikbudristek mendukung visi Bangkit untuk mencetak talenta digital berkualitas tinggi, khususnya untuk perusahaan global dan startup. Bangkit telah melibatkan 500 kampus di Indonesia untuk mengirimkan mahasiswa mengikuti pembelajaran terstruktur dan daring selama 900 jam.
“Kami berharap para peserta dapat mempelajari dan mengembangkan teknologi canggih berbasis AI untuk kemajuan Indonesia,” ujarnya.
Sejak tahun 2020, program Bangkit telah diminati oleh peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari perempuan, non IT, dan mahasiswa vokasi. Di tengah transformasi digital yang semakin pesat, representasi dan keberagaman sangatlah penting. Google yakin bahwa perkembangan AI yang positif, inklusif, etis, dan bertanggung jawab akan membawa manfaat bagi semua pihak.
Staff research scientist, Google DeepMind Adhiguna Kuncoro mencontohkan, bagaimana keahlian AI tidak hanya diperlukan bagi mereka dari latar belakang IT. Ide-ide kreatif menciptakan model AI baru yang solutif juga datang dari lintas bidang.
“Tidak semua orang harus menjadi menjadi AI expert yang membuat model AI. Keberagaman latar belakang justru menjadi kesempatan besar untuk berkolaborasi. Misalnya, seorang domain expert di bidang ekonomi berkolaborasi dengan AI expert untuk menciptakan model AI yang mampu memprediksi tingkat inflasi di Indonesia,” katanya.
Saat ini, Bangkit telah mencetak lebih dari 20.000 talenta digital bersertifikat dan sebanyak 74% lulusan Bangkit juga berhasil mendapatkan pekerjaan setelah menyelesaikan program.
STEVY WIDIA
Discussion about this post