youngster.id - Data dari Pusat Investasi Pemerintah Kemenkeu per Oktober 2024 menyebutkan bahwa sekitar 44 juta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia belum memiliki akses ke pembiayaan formal. Hal ini mendorong Bank DBS Indonesia mengalokasikan pendanaan senilai SG$ 2 juta atau sekitar Rp24 miliar melalui skema blended finance, solusi pendanaan tanpa jaminan yang ditujukan bagi wirausaha sosial.
Executive Director, Head of SME Banking, Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Angela Thenaria mengatakan, di Indonesia, UMKM menyerap lebih dari 97% tenaga kerja, namun masih sedikit yang memiliki akses ke pembiayaan formal. Bagi wirausaha sosial (sosiopreneur), tantangannya lebih kompleks karena model bisnis mereka sering kali belum memenuhi kriteria kelayakan bank (bankable).
“Skema blended finance hadir sebagai solusi konkret, dengan memperkecil risiko bagi perbankan dan mendorong terciptanya pertumbuhan yang berkelanjutan. Langkah ini untuk mengatasi kesenjangan akses permodalan yang kerap menghambat pertumbuhan wirausaha sosial di Tanah Air,” katanya dikutip Rabu (25/6/2025).
Angela menjelaskan, skema blended finance adalah kombinasi antara dana hibah dan pembiayaan lunak. Skema blended finance ini didukung oleh proses seleksi yang ketat, termasuk uji kelayakan menyeluruh saat penerima dana hibah mengikuti DBS Foundation Grant Program. Bank DBS Indonesia juga memastikan adanya pemantauan berkala serta transparansi dalam setiap tahap pencapaian milestone.
Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika menambahkan, sejalan dengan pilar keberlanjutan Impact Beyond Banking, dengan menggabungkan dana hibah dari DBS Foundation dan skema blended finance, pihaknya berharap solusi ini dapat mendukung wirausaha sosial dalam mengakselerasi pencapaian bisnis mereka.
“Dengan ini, kami dapat memperkecil hambatan akses pendanaan, mendorong kolaborasi lintas sektor, dan menciptakan model pembiayaan inklusif yang dapat direplikasi dan diperluas untuk sektor wirausaha sosial atau bisnis berdampak sosial. Karena kami percaya bahwa bisnis tidak melulu memperhatikan profit, namun juga penciptaan dampak bagi lingkungan dan masyarakat sekitar,” katanya.
Penerima blended finance pertama dari Bank DBS Indonesia adalah Adena Coffee, sebuah wirausaha sosial yang fokus pada produksi dan pengelolaan kopi secara berkelanjutan. Pendanaan ini akan mereka gunakan untuk memperkuat dan memperluas dampaknya. Saat ini, Adena Coffee bekerja dengan lebih dari 2.000 petani kopi, di lebih dari 30 desa.
“Bagi kami, dukungan ini bukan sekadar bentuk pendanaan, melainkan juga wujud apresiasi terhadap wirausaha sosial seperti Adena Coffee dalam mendorong perubahan. Dukungan ini juga memberikan kami ruang untuk terus berkembang, agar dapat menghadirkan dampak positif yang lebih luas bagi masyarakat, khususnya kelompok petani kopi,” ungkap Abyatar Founder and CEO of Adena Coffee.
Sebelumnya, Adena Coffee telah menerima dana hibah dari program DBS Foundation Grant Program 2024. Kini, Adena Coffee berhasil mengekspor biji kopi hasil petani lokal ke Jepang, Prancis, dan Amerika Serikat. Selain itu, program pemberdayaan mereka juga mencakup pelestarian nilai-nilai budaya masyarakat adat melalui dukungan terhadap fasilitas dan infrastruktur tradisional yang ada.
STEVY WIDIA
Discussion about this post