Batik Ditargetkan Jadi Produk Mode Global

Gelar Batik Nusantara 2017 bertema Nuansa Hayati. (Foto: Istimewa/Youngsters.id)

youngster.id - Batik merupakan warisan budaya tak benda asli Indonesia yang dikukuhkan UNESCO sebagai Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity. Pengakuan internasional ini harus didukung dengan perkembangan industrinya.

Untuk itu Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menargetkan batik menjadi mode global yang dikembangkan oleh pelaku industri mode di seluruh dunia.

“Jadi, bagaimana mendudukan batik jadi mainstream pengembangan modern dan gaya di pasar global,” ujar Airlangga usai meresmikan Gelar Batik Nusantara (GKN) 2017, Rabu (7/6/2017) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.

Menurutnya, pengakuan internasional ini membangkitkan semangat para perajin dan industri batik nasional untuk terus mengembangkan usahanya, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan.

“Industri batik berperan penting bagi perekonomian nasional, karena menjadi penggerak perekonomian regional maupun nasional, penyedia lapangan kerja, serta penyumbang devisa negara” paparnya.

Ia menambahkan, industri batik didominasi oleh industri kecil dan menengah yang tersebar di 101 sentra.

Jumlah tenaga kerja yang terserap di sentra industri kecil dan menengah (IKM) batik mencapai 15 ribu orang hingga saat ini, dengan nilai ekspor kain batik dan produk batik mencapai 149,9 juta dolar AS pada 2016. Adapun pasar utama untuk produk batik dari Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat dan Eropa.

Airlangga berharap, pergelaran GKN mampu mempromosikan batik Indonesia ke seluruh dunia.Dalam hal ini, lanjutnya, Kementerian Perindustrian terus berupaya mengembangkan industri batik nasional dengan berbagai program.

Beberapa program tersebut, yakni peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), pengembangan kualitas produk, serta standarisasi.

Selain itu, fasilitas mesin atau peralatan serta promosi dan pameran diberikan kepada para perajin dan pelaku usaha untuk meningkatkan daya saing dan kapasitas produksinya.

“Untuk meningkatkan akses pasar, Kemenperin juga memilik program e-smart IKM. Kami juga mendorong agar industri batik memanfaatkan berbagai fasilitas pembiayaan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), LPEI dan insentif lainnya untuk memperkuat struktur modal,” ujar Airlangga.

STEVY WIDIA

Exit mobile version