youngster.id - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) terus berupaya untuk mempertemukan pelaku ekonomi kreatif dengan perbankan. Dengan harapan perbankan mengetahui dan memahami nature business dari pelaku ekonomi kreatif dan bisa menyalurkan pembiayaan.
Untuk keempat kalinya, Bekraf menggelar Bekraf Financial Club (BFC). Acara ini bertujuan mendapatkan pola pembiayaan perbankan yang sesuai untuk pelaku ekonomi kreatif subsektor Desain Produk, Desain Interior, dan Desain Komunikasi Visual.
“Kami berharap, perbankan mengetahui dan memahami nature business dari rantai nilai subsektor desain produk, interior, dan komunikasi visual. Sehingga, perbankan bisa menyalurkan pembiayaan kepada pelaku ekonomi sub sektor ekonomi kreatif,” ucap Direktur Akses Perbankan Bekraf Restog K. Kusuma pada BFC yang berlangsung Jumat (7/4/2017) di Hotel Aryaduta, Bandung
BFC sebelumnya telah dilaksanakan di Jakarta pada 21 Februari 2017 terkait subsektor animasi dan film dan 28 Februari 2017 tentang subsektor sektor aplikasi dan game. BFC ketiga pada 17 Maret 2017 perihal subsektor kriya, seni rupa dan seni pertunjukan diselenggarakan di Yogyakarta
Menurut Restog, Bekraf menyadari bahwa pemodalan adalah salah satu kendala dalam mengembangkan usaha kreatif dan perbankan masih belum mengenal nature business dari subsektor ekonomi kreatif. BFC di Bandung mempertemukan keperluan pelaku ekonomi kreatif dan 50 peserta dari kalangan perbankan konvensional dan syariah.
“BFC merupakan salah satu fasilitasi Bekraf untuk bisa mengetahui angka realisasi jumlah modal yang disalurkan perbankan kepada pelaku ekonomi kreatif,” tegas Restog.
Pada kegiatan ini , tampil sebagai pembicara kunci Ismet Inono selaku Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat. Selain itu, narasumber dari subsektor desain interior yang dihadirkan yaitu Imelda Astri Rosalin, Anwar Subkiman, dan Aing R. Nayadilaga, narasumber dari subsektor desain produk adalah Adhi Nugraha dan Damang Sarumpaet, dan Hastjarjo Boedi Wibowo dan Dahlia Zinnia Nizar adalah narasumber dari subsektor desain komunikasi visual (DKV).
Salah satu narasumber dari subsektor DKV Hastjarjo Boedi Wibowo menjelaskan jika DKV unik karena mendukung subsektor lainnya. “DKV support desain lainnya, misalnya desain arsitektur pada environment design, dan fashion pada tekstil printing yaitu motif-motif grafis,” ungkap Has.
Has mengakui jika kebanyakan dari sumber permodalan DKV adalah modal pribadi. “Kebanyakan modal sendiri melalui freelance. Saat usahanya berkembang, merekrut orang untuk menjadi tim dalam melaksanakan pekerjaan,” imbuh Has.
DKV merupakan subsektor berbasis pelayanan, bukan produk. Kebutuhan pembelian software adalah modal utama dalam menjalankan pekerjaan. Kredit Tanpa Agunan (KTA) yang ditawarkan perbankan bisa mendukung pelaku ekonomi kreatif subsektor DKV bagi yang belum masuk ranah produksi, misalnya konsep, supervisi, dan desain. Sedangkan bagi pelaku ekonomi kreatif subsektor DKV yang bergerak di ranah produksi, membutuhkan modal kerja besar. Harapan Has kedepan yaitu Surat Perintah Kerja (SPK) bisa dijadikan jaminan bank.
STEVY WIDIA
Discussion about this post