Bekraf Kembangkan Ekosistem Film Lewat ICINC

Peluncuran Indonesia Creative Incoporated (ICINC) oleh Bekraf. (Foto: Fahrul Anwar/Youngsters.id)

youngster.id - Bekraf bentuk Indonesia Creative Incoporated (ICINC) untuk film. Ini adalah langkah untuk mengembangkan ekosistem film di Indonesia.

“Pertama tujuan semua ini dibentuk kepingin membentuk ekosistemnya dulu. Kemudian dengan adanya ICINC ini agar kami lebih fokus pada pengembangan film dan program bersama dengan steakholder untuk mengembangkan sektor perfilman Indonesia, ” kata Triawan Munaf Ketua Bekraf Rabu (7/2/2017) di Gedung BUMN kawasan Merdeka Selatan Jakarta.

Selain itu, Bekraf juga turut melakukan sinergi dan berkolaborasi dalam menyusun kebijakan dan akses matching fund, box office system dan capacity building terkait rantai nilai kreasi melalui lab film, investasi dengan project market dan komersialisasi melalui film market serta festival film.

“Kami akan melibatkan komunitas kreatif dan masyarakat konsumen karya kreatif serta media. Karena keberhasilan program ini sangat tergantung kepada pendekatan menyeluruh fengan kilaborasi yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, ” ungkap Triawan.

Triawan menuturkan, film merupakan salah satu dari 16 sektor industri kreatif yang ”Žmenjadi prioritas untuk dikembangkan. Namun Indonesia masih kekurangan ruang pertunjukan film atau bioskop yang tentunya hal ini mempengaruhi ”Žperkembangan industi perfilman dalam negeri. Saat ini ”Ž bioskop di Indonesia sebanyak 1.200 layar. Keberadaan bioskop tersebut tidak sebanding dengan jumlah masyarakat Indonesia. Idealnya, di Indonesia harus ada 70 ribu layar.

”Ž” Melalui program ini kami juga akan menggandeng beberapa perusahaan lain untuk menambah gedung pertunjukkan nantinya. Karena keterbatasan jumlah layar lebar di Indonesia menjadi penghambat perkembangan indusri perfilman di Indonesia,” ucap ayah dari Penyanyi Sherina Munaf.

Menurut Triawan keterbatasan jumlah layar lebar di Indonesia menjadi penghambat perkembangan indusri perfilman di Indonesia. Untuk mendukung perkembangan industri tersebut dia telah membuka Daftar Negatif Investasi (DNI) pada bidang perfilman.

“Indonesia terkenal juga sebagai pemilik bioskop terbaik di dunia. Hanya saja kondisi ini masig dikatakan masiv dan penontonnya terbatas. Disinilah tantangan kami. Jadi untuk mewujudkan itu semua kami juga merangkul beberapa kementrian seperti Depnaker, Mendikbud untuk bersinergi mendukung program ini sekaligus menjadi awal bangkitnya industri perfilman di Indonesia agar bisa bersaing di pasar Internasional ” tuntasnya.

 

FAHRUL ANWAR

Exit mobile version