youngster.id - Setelah bertahun-tahun menyiapkan landasan, para pelaku pasar kini berfokus pada eksekusi serta implementasi berbagai inisiatif untuk meningkatkan efisiensi dan mendorong inovasi. Kini, industri post-trade global siap menghadapi transformasi lebih lanjut dalam hal kecepatan, ketahanan dan efisiensi biaya pemrosesan perdagangan. Hal itu terungkap whitepaper Citi terbaru bertajuk ‘Securities Services Evolution’.
Chris Cox, Head of Investor Services, Citi, mengatakan, mulai dari percepatan penyelesaian transaksi hingga otomatisasi dalam layanan aset, serta meningkatnya partisipasi pemegang saham dan tata kelola, visi kolektif para pelaku pasar di seluruh dunia kini mengarah pada tema yang sama. Industri saat ini berada di titik perubahan siginifikan mengingat para pelaku pasar semakin fokus pada inisiatif penyelesaian transaksi dengan siklus T+1 , mengadopsi aset digital, dan menguji coba GenAI dalam operasional mereka.
“Di Citi, kami tidak hanya mengamati perubahan ini, tetapi juga secara aktif membantu nasabah memanfaatkan peluang dan menciptakan nilai melalui penerapan solusi digital dan data secara strategi,” kata Cox, Selasa (9/9/2025).
Beberapa temuan utama dari whitepaper, antara lain menyebutkan bahwa 10% perputaran pasar diperkirakan akan menggunakan aset digital dan tokenisasi sekuritas pada tahun 2030. Stablecoin yang diterbitkan bank dianggap sebagai enabler utama untuk mendukung efisiensi jaminan, tokenisasi dana, dan sekuritas pasar non-publik.
Menurut temuan itu, beban kerja kumulatif untuk percepatan penyelesaian transaksi T+1 saat ini sangat tinggi secara historis. Mayoritas perusahaan (76%) secara aktif mengerjakan inisiatif T+1 pada tahun 2025, sementara 48% perusahaan masih menjalankan proyek Amerika Utara yang terkait dengan percepatan penyelesaian transaksi T+1 untuk mengoptimalkan proses internal.
Sebanyak 86% responden menyebutkan perusahaan mereka tengah menguji coba penggunaan GenAI, dengan 57% di antaranya khusus untuk post-trade. Perusahaan dari sisi pembeli menjadi pionir dalam pemanfaatan GenAI di back office, sementara 67% investor institusional memprioritaskan uji coba penggunaan GenAI untuk rekonsiliasi, pelaporan, serta penyelesaian transaksi posttrade.
Kawasan Asia Pasifik menjadi yang terdepan dalam adopsi aset digital, didorong oleh tingginya penggunaan kripto di kalangan ritel dan dukungan regulasi untuk mempercepat implementasi proyek aset digital.
Batara Sianturi, CEO Citi Indonesia menambahkan, transformasi yang terjadi secara global juga semakin relevan untuk Indonesia. Percepatan pembayaran, adopsi aset digital dan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dapat membuka peluang baru bagi industri keuangan serta memperkuat ekonomi digital dalam negeri.
“Citi Indonesia, melalui keunggulan jaringan global Citi serta layanan dan solusi digital yang menyeluruh, selalu berkomitmen untuk mendukung klien institusional kami agar siap menghadapi perubahan ini,” ujar Batara. (*AMBS)



















Discussion about this post