Danamon Salurkan Kredit Rp 130,2 T di Q1 2018

Direksi PT Bank Danamon Indonesia pada pemaparan kinerja Kuartal I 2018. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Bank Danamon) membukukan penyaluran kredit sebesar Rp130,2 triliun pada kuartal I 2018. Meski demikian bank ini hanya menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 1%-2% sepanjang 2018.

Satinder Ahluwalia, Chief Financial Officer dan Direktur Bank Danamon mengatakan, penyaluran kredit kali ini meningkat 3% dibandingkan posisi setahun sebelumnya yang sebesar Rp126,4 triliun.

Chief Financial Officer dan Direktur Bank Danamon Satinder Ahluwalia mengatakan, pertumbuhan kredit pada kuartal I 2018 mulai menunjukkan tren positif, sejalan dengan portofolio kredit Danamon yang terus bergeser menuju segmen non-mass market.

“Terkait kinerja, kuartal I tahun ini sudah menunjukkan tanda-tanda positif, seiring dengan kredit yang mulai tumbuh di beberapa segmen usaha, seperti segmen consumer mortgage, UKM, dan pembiayaan kendaraan bermotor,” kata Satinder dalam Paparan Kinerja Bank Danamon Kuartal I 2018, Jumat (20/4/2018) di Menara Danamon, Jakarta.

Dia menjelaskan, kredit pada segmen UKM tumbuh 12% menjadi Rp29,3 triliun. Sementara kredit consumer mortgage atau KPR tumbuh 40% menjadi Rp6,6 triliun. Dalam hal pembiayaan kendaraan bermotor, pembiayaan total Adira Finance tumbuh 5% menjadi sebesar Rp46 triliun.
“Pembiayaan baru Adira Finance tumbuh 17% untuk roda dua dan 30% untuk roda empat secara setahunan, didorong oleh industri otomotif yang sudah mulai pulih,” katanya.

Di luar perbankan mikro, dia mengatakan, total portofolio kredit dan trade finance tumbuh 6% menjadi Rp124,5 triliun dibandingkan setahun sebelumnya. Sementara terkait rasio kredit bermasalah (non-performing loans/NPL), Bank Danamon mencatatkan NPL sebesar 3,1%, lebih rendah dari posisi 3,2% pada kuartal pertama tahun lalu.

“Bank Danamon terus meningkatkan kualitas asetnya melalui penerapan prosedur pengelolaan risiko yang pruden serta proses collection dan credit recovery yang disiplin,” ungkapnya.

Biaya kredit (cost of credit) juga menurun 4% menjadi Rp798 miliar. Rasio niaya kredit (cost of credit ratio) berada pada tingkat 2,5% atau membaik dibandingkan 2,7% pada setahun sebelumnya dan 3,1% pada kuartal sebelumnya.

Satinder juga mengatakan, jika mengeluarkan DSP dalam baki kredit maka sampai akhir 2018 diperkirakan, pertumbuhan kredit bisa mencapa 8% yoy. “Bisnis DSP ini menyumbang penurunan laba sebesar 4%-5% di tahun ini,” kata Satinder.

STEVY WIDIA

Exit mobile version