youngster.id - Saat ini, doodle art merupakan salah satu bidang seni kreatif yang digemari anak muda. Pasalnya, dengan cara menggambar tidak biasa, seperti corat-coret ini ternyata bisa menghasilkan karya yang menarik dan artistik. Di sisi lain, hasil karya doodle art ini ternyata bisa menghasilkan keuntungan yang menggiurkan.
Pernah menggambar coret-coret di atas buku catatan ketika mengisi kebosana di ruang kelas atau saat rapat? Itu bisa dibilang doodle. Istilah ini sebenarnya kata kerja di abad ke 18 yang ditujukan untuk kegiatan mencoret-coret. Ada juga yang menyebut salah satu gaya doodle art tertua adalah pada coret-coretan di gua purba.
Presiden AS Thomas Jefferson, atau Bill Clinton dikenal suka mencoret-coret di pinggiran catatan mereka dengan gambar. Belakangan teknik menggambar doodle berkembang. Tidak lagi secara spontan, tetapi mulai terkonsep dan rapi. Gambarnya pun mulai menceritakan sesuatu.
Tak heran jika pada perkembangannya karya seni ini juga dipakai untuk mempromosikan sesuatu atau menyampaikan pesan. Komunitas seni ini pun berkembang ke seluruh dunia. Dan yang menarik, produk dari doodle art ternyata dapat menjadi bisnis yang menjanjikan.
Seperti David Wijaya yang mengusung brand DWS Kellington. Pemuda asal Medan ini berhasil mempopulerkan doodle art karyanya sebagai produk souvenir, hadiah, bahkan koleksi yang bernilai tinggi.
“Awalnya ini saya hobi mencoret gambar secara acak tanpa konsep. Lalu dengan teknologi yang ada, saya mulai menerapkan cara menggambar doodle secara digital yang kemudian hasil coretan tersebut dicetak pada kertas, digunting, lalu ditempelkan hingga membentuk sebuah susunan pada kartu yang memiliki dimensi (pop up). Ternyata banyak yang memberi respon positif. Dari sinilah terpikir kenapa tidak ini saya coba tawarkan sebagai produk,” ungkap David saat ditemui youngster.id di Jakarta.
Kreasi doodle art David memang terdiri dari berbagai jenis produk lain seperti bingkai foto, kotak hadiah hingga kartu ucapan yang berbentuk pop up box. Akhirnya, David pun memutuskan serius menjadikan karya doodle art ini sebagai bisnis.
Awalnya, produk doodle art karyanya ditawarkan dari mulut ke mulut ke teman dan kerabatnya. Ternyata peminatnya berkembang luas. Apalagi setelah David membuka toko online di Tokopedia pada tahun 2016.
“Ternyata coretan tangan saya ini disukai banyak pelanggan. Bersyukur sekali, karena sekarang bukan cuma jadi sumber penghasilan, tapi juga bisa bikin bangga orang tua,” ungkapnya.
Langkah Nekad
David mengaku mulai belajar membuat doodle art sejak tahun 2009. Namun dia mulai serius menekuninya ketika selesai kuliah tahun 2014. Bahkan, kemudian menjadikan ini usaha yang layak dijadikan sandaran hidup.
Langkah David memulai bisnis produk doodle art sebenarnya terbilang nekad. Pasalnya, selepas kuliah dengan IPK 3,98 dia telah mendapatkan tawaran beasiswa untuk melanjutkan kuliah magister di sebuah universitas di Medan. Dia juga sempat mendapat tawaran bekerja di beberapa perusahaan dan sempat bekerja di bidang desain. “Waktu itu saya memang belum yakin penuh, bahkan saya sempat mengajar les private. Tapi passion saya lebih kuat untuk berwirausaha lewat karya doodle art daripada bekerja atau meneruskan pendidikan,” ungkpanya sambil tersenyum.
Akhirnya di tahun 2016 dia memutuskan untuk nekad terjun berwirausaha meskipun tidak ada yang mendukung langkahnya. “Awalnya sempat banyak sekali hambatan untuk saya memulai bisnis ini. Orangtua inginnya saya bekerja di perusahaan besar yang sudah terjamin masa depannya, belum lagi melepaskan kesempatan beasiswa dan tawaran pekerjaan dan pertimbangan lainnya,” ungkap David.
Namun hal itu tidak menggoyahkan David. “Saya harus berani mengambil langkah awal dan tetap semangat menjalaninya, walaupun berbagai konsekuensi bisa saja terjadi,” ucapnya.
David lalu melihat peluang lewat jalur online sebagai langkah awal usahanya ini. Dia mulai dengan membuka toko online di Tokopedia. “Saya banyak belajar bagaimana memasarkan produk secara online, menemukan angle foto yang menarik hingga menonjolkan produk. Bagaimana saya menjawab pertanyaan calon pelanggan dengan ramah dan yang paling penting adalah disiplin dalam pengiriman produk kepada pelanggan,” papar David.
David juga mengembangkan produknya. Pada awalnya, DWS Kellington hanya menjual kartu ucapan, namun kini terus berkembang hingga lebih banyak produk, yakni bingkai foto, tumbler, tas, sticky notes memo, dan casing handphone.
Akhirnya, David pun mulai memetik buahnya. Dengan menekuni bisnis doodle art David mampu memperoleh penghasilan bulanan hingga puluhan juta. Dia juga mulai memperkerjakan dua orang pegawai untuk membantunya dalam produksi. Penghasilan ini bisa melonjak hingga 2 kali lipat pada momen-momen tertentu, seperti Hari Valentine, Natal, dan momen istimewa lainnya.
Di Tokopedia, DWS Kellington merupakan jajaran top merchant dengan reputasi toko bintang lima. Jika dilihat lagi ke dalam akunnya, terlihat hampir semua konsumen memberikan rate bintang 5 serta ulasan-ulasan positif. Menanggapi hal ini, David mengucapkan banyak syukur. Menurutnya, bisnis ini tidak akan bisa berhasil seperti sekarang jika ia dulu tidak nekat untuk memulainya.
“Untuk membuat sesuatu yang besar, kita harus mulai dulu. Nekat, berani dan terus belajar ini menjadi modal saya untuk memulai,” ucap David. “Dengan memulai, saya sudah ambil satu langkah ke depan. Setelahnya bergantung pada diri sendiri, apakah sudah puas dengan pencapaian saat atau ingin lebih ditingkatkan lagi,” katanya penuh semangat.
Dalam perjalanan bisnisnya bersama dengan DWS Kellington, David memiliki banyak cerita. Termasuk dalam hal menangani pelanggan. Ia bercerita pernah suatu ketika mendapatkan pesanan dari Puteri Indonesia Lingkungan Hidup 2016, Sarah Desideria.
“Ketika dapat pesanan ini saya kaget, kok fotonya pake selempang Puteri Indonesia. Saya jadi penasaran apa benar yang pesan ke saya ini Puteri Indonesia. Akhirnya saya coba stalking, dan ternyata benar fotonya sama,” kenang David sambil tertawa.
Diakui David, ketika tahu bahwa itu adalah pesanan dari Puteri Indonesia, ia merasa sangat gugup, sekaligus semangat.
“Wah pengerjaan frame photo pop art yang biasanya saya kerjakan dalam waktu 15 menit itu bisa sampai 2 jam, karena saya gugup luar biasa. Saya gunting dan tempel gambarnya dengan hati-hati sekali, agar jangan sampai salah, terlipat, miring dan sebagainya. Pertama kali itu saya mengerjakan pesanan dengan perasaan deg-degan luar biasa,” cerita David sambil tertawa.
Hasil kreasinya ternyata berbuah manis, Sarah Desideria melalui akun Instagramnya mengungkapkan apreasiasinya atas produk DWS Kellington dan mengunggahnya dalam Instastory yang mencantumkan namanya. Menurut David, pengalaman ini jadi salah satu pemanis yang mengiringi perjalanan bisnisnya.
“Semua cerita-cerita ini saya jadikan sebagai penyemangat, sekaligus motivasi untuk membuat kreasi yang lebih bagus dan beragam, sehingga semakin banyak masyarakat yang tahu tentang produk saya,” ucap David.
Tantangan Baru
Kesuksesan yang diraihnya saat ini tidak lantas membuat David berpuas diri. Ia ingin menantang dirinya untuk dapat mencapai yang lebih besar lagi.
“Sekarang, tantangannya adalah bagaimana managemen bisnis itu sendiri dimana bisa menciptkan sistem bisnis yang dapat tetap memberikan pelayanan maksimal kepada pelanggan dengan kondisi produk baru yang semakin bertambah, respon pembeli yang semakin bertambah, dan desain doodle art yang harus dikerjakan sendiri sebagai originalitas produk Doodle Art DWSkellington,” ucapnya.
Diakui David, antusiasme pelanggan terhadap produk karyanya menjadi motivasi terkuat baginya untuk terus mengembangkan bisnis ini.
“Ketika itu, saya hanya berpikir bahwa jika saya bekerja, mungkin saya tidak akan punya banyak waktu untuk mengekplorasi apa yang sebenarnya ingin saya jalani untuk masa depan saya. Dan berangkat dari adanya pembeli, hal itu yang memotivasi saya untuk tetap melanjutkan bisnis ini. Karena jika tidak ada pembeli, bisnis ini tidak akan berjalan. Jika ada yang beli, walaupun hanya satu, setidaknya masih ada harapan,” terangnya.
Di sisi lain, David pun sangat faham masalah harga sebagai bagian penting dalam kesuskesan produk. Untuk itu ia tak membanderol harga mahal untuk produk karyanya.
Produk doodle art yang ditawarkan David dibanderol mulai dari harga Rp 25 ribu seperti pop up card. Sedangkan yang paling mahal dijual mulai Rp 1 jutaan, untuk custom khusus Pop Up Frame dengan ukuran yang lebih besar dan desain yang baru. “Karena saya nggak menjual lukisan, namun lebih ke produk doodle art itu sendiri,” ucapnya.
Menurut David, untuk saat ini bisnisnya masih akan tetap fokus mengeksplorasi doodle art ke media yang baru, seperti boneka, jam tangan, kayu, buku, kain, sepatu, tas, dan media lainnya. “Saya ingin pelanggan tetap dimanjakan dengan kreasi yang baru namun tetap mempertahankan originalitas doodle art itu sendiri. Suatu hari, ingin membuka lapangan pekerjaan yang lebih besar kepada ibu rumah tangga di bidang kerajinan tangan sehingga masyarakat sekitar dapat terbantu dengan adanya usaha ini,” harapnya.
Atas capaian bisnisnya tersebut, David mengaku merasa bahagia. Terlebih sekarang dia sudah mampu mempekerjakan 2 orang karyawan, Bahkan, ia berharap, ke depan berkah dari usahanya ini tidak hanya dinikmati oleh dirinya sendiri, tetapi juga dapat dibagikan kepada mereka yang kurang beruntung.
“Mimpi saya, suatu hari saya mau buat proyek jualan kartu pop-up card yang hasilnya dapat disumbangkan untuk membantu anak-anak penderita kanker dan memberdayakan ibu mereka untuk bantu saya diproses produksi. Selain itu, pastinya saya kepingin sekali memperkenalkan produk Doodle Art DWS Kellington ke semua daerah khususnya semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Dengan begitu, mereka dapat menikmati desain doodle art dengan pilihan produk yang semakin variatif dan kreatif. Ini mimpi sih, tapi semoga bisa terwujud,” pungkas David penuh harap.
===============================
David Wijaya
- Tempat Tanggal Lahir : Medan, 1 Januari 1991
- Pendidikan Terakhir : S1 Teknik Informatika di STMIK-STIE Mikroskil Medan
- Nama usaha : DWS Kellington
- Mulai Usaha : 2016
Modal awal : Rp 200 ribu - Omset per bulan : puluhan juta per bulan
- Jumlah Karyawan : 2 orang
=================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post