youngster.id - Tahun 2023 merupakan tahun kelabu bagi pendanaan startup di kawasan Asia Tenggara. Modal yang dikumpulkan oleh startup di kawasan ini anjlok 51% dibandingkan tahun lalu menjadi US$7,96 miliar. Penyebabnya, faktor makroekonomi sangat membebani sentimen investor.
Hal itu terungkap dari laporan yang dirilis perusahaan media DealStreetAsia bekerja sama dengan perusahaan investasi Rigel Capital, bertajuk “Southeast Asia Deal Review 2023”.
Laporan itu menyebutkan, startup yang berbasis di Asia Tenggara mencapai 718 kesepakatan ventura tahun lalu, turun 30% dibandingkan tahun 2022.
Perusahaan e-commerce milik Alibaba, Lazada, berhasil mengumpulkan dana sebesar US$1,89 miliar pada tahun 2023, atau menyumbang sekitar 24% dari total penggalangan dana ekuitas yang dilakukan oleh startup di Asia Tenggara pada tahun lalu.
“Besarnya peran yang dimainkan oleh Lazada dalam menopang nilai transaksi secara keseluruhan membuat penurunan pendanaan startup menjadi lebih nyata,” kata laporan, Kamis (25/1/2024).
Perolehan penggalangan dana besar lainnya pada tahun 2023 jauh tertinggal dibandingkan Lazada—perusahaan fintech Kredivo menyelesaikan kesepakatan Seri D senilai US$270 juta, perusahaan insurtech Bolttech mengumpulkan pendanaan Seri B senilai US$246 juta, Investree mengumpulkan US$231 juta dalam pendanaan Seri D, dan budidaya perikanan startup eFishery menyelesaikan putaran Seri D senilai US$200 juta.
“Ini merupakan salah satu kesepakatan langka tahun lalu yang bernilai lebih dari US$100 juta, karena investor yang skeptis enggan menulis cek dalam jumlah besar di tengah ketidakpastian geopolitik, suku bunga tinggi, dan inflasi yang terus-menerus,” tambahnya.
Walau bagaimanapun, fintech tetap menjadi vertikal bisnis paling aktif di Asia Tenggara, meskipun jumlah transaksi yang dilakukan oleh startup di sektor ini turun 39% dibandingkan tahun lalu menjadi 142 transaksi. Nilai transaksi untuk sektor fintech turun 67% menjadi US$1,82 miliar—yang merupakan nilai tertinggi kedua. Startup e-commerce mengumpulkan dana paling banyak, yaitu US$2,32 miliar, berkat Lazada.
Di belakang fintech, sektor teknologi kesehatan mencatat transaksi terbanyak yaitu sebesar 60, naik 20% dibandingkan tahun lalu, sehingga mampu melawan tren penurunan yang mempengaruhi dunia startup di wilayah tersebut. Namun, nilainya turun 34% menjadi US$582 juta karena ukuran kesepakatan teknologi kesehatan yang lebih kecil.
Laporan itu juga menyebutkan, unicorn baru, atau startup yang bernilai US$1 miliar atau lebih, masih sulit ditemukan pada tahun lalu. Pada bulan Mei, perusahaan akuakultur Indonesia eFishery menjadi unicorn pertama di kawasan ini yang dicetak pada tahun 2023. Wilayah ini menunggu hingga bulan Desember untuk mendapatkan unicorn keduanya—penyedia layanan integrasi semikonduktor yang berbasis di Singapura, Silicon Box, yang menyelesaikan tahap pertama putaran Seri B senilai $200 juta .
Pada tahun 2022, delapan startup telah mendapatkan label unicorn yang paling banyak dicari. Sedangkan pada tahun 2021, tercatat ada 23 startup di wilayah ini yang valuasinya melampaui US$1 miliar.
Tahun lalu, Singapura dan Indonesia meraup hampir 90% dari total pendanaan ekuitas di Asia Tenggara. Laporan tersebut menunjukkan bahwa negara kota ini memperoleh US$5,5 miliar dari 415 transaksi, sementara Indonesia memperoleh US$1,51 miliar dari 131 transaksi.
Thailand dan Malaysia mengalami koreksi paling besar dalam total perolehan modal swasta—Thailand mengalami penurunan tajam nilai kesepakatan sebesar 86% dan Malaysia mencatat penurunan sebesar 83%. Di Vietnam, startup tampaknya relatif tangguh dengan penurunan nilai transaksi sebesar 9,55% saja.
Vietnam berhasil mengantongi US$0,51 miliar dari 54 kesepakatan yang ditandatangani oleh perusahaan swasta pada tahun 2023. Filipina memperoleh US$0,19 miliar dari 34 kesepakatan, sementara Thailand memperoleh total US$0,13 miliar dari 28 Kesepakatan. Malaysia mencatat 52 transaksi yang menghasilkan total US$0,11 miliar.
Laporan DealStreetAsia-Rigel itu mencatat bahwa kesulitan penggalangan dana pada tahun 2023 melampaui perusahaan-perusahaan tahap akhir karena kesepakatan tahap awal turun 29% YoY menjadi 659 kesepakatan sementara total modal yang dikumpulkan turun 49% menjadi US$3,42 miliar.
“Pendanaan awal, yang dianggap sebagai penentu tren investasi tahap awal, telah menunjukkan tren penurunan sejak kuartal kedua tahun 2022, menandakan kemunduran dari puncak kegembiraan yang menjadi ciri pasar pada tahun 2021,”tutup laporan itu. (*AMBS)
Discussion about this post