youngster.id - Masih dalam bulan memperingati Hari Kartini, Universitas Multimedia Nusantara gelar acara talkshow bertajuk Women in Business: Advice for Entrepreneurs dengan tema ‘wonder women of the 21st Century’. Tampil Alice Norin, founder 8wood dan Fransiska Hadiwidjana, founder Prelo.
Alice Norin mengatakan pernah mengalami kegagalan dalam bisnis. Namun itu tak membuatnya patah semangat untuk mendirikan jenis wirausaha lainnya.
“Jadi dengan semangat kegagalan saya mencoba bangkit. Karena melihat pengalaman di bisnis pertama di bidang telekomunikasi pernah dibohongi sama teman dan membuat saya harus merugi. Di situ saya tak mau patah semangat. Justru hal itu menjadi pembelajaran buat saya untuk membangun usaha atau bisnis yang lain seperti brand 8Wood (fesyen) yang saya jalani bersama suami hasilnya bisa survive sampai sekarang,” kisah Alice saat ditemui di Teater Hall Gedung D, kampus UMN Serpong Tangerang Banten (25/4/2018) malam.
“Pesan saya, ketika kalian ingin membentuk sebuah usaha maka carilah partner yang solid. Hal itu sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan bisnis yang kita jalankan nanti,” ujarnya menambahkan.
Senada dengan Alice Norin, Fransiska Hadiwidjana, founder Prelo menjelaskan membangun dan membuat perusahaan rintisan dengan nama Prelo bisa terus tumbuh dan berkembang awalnya memang bukan perkara mudah baginya. Kerja sama tim yang baik, serta memiliki strategi untuk meraih market menjadi kunci utama Fransiska bersama tim membesarkan Prelo.
“Semua butuh proses, termasuk strategi bisnis untuk meraih market agar membuat perusahaan yang kita bangun bisa semakin berkembang. Selain itu, tentunya juga harus di dukung dengan tim yang solid. Di Prelo saya selalu memberlakukan ini dimana founder dan tim tentu akan menentukkan kemajuan perusahaan yang akan kita bangun nantinya, ” ucap Fransiska.
“Kalau bisa, ketika Anda mencari partner carilah rekan kerja yang benar-benar memahami tugasnya masing-masing. Misalnya di perusahaan startup yang saya pimpin, di sini saya bertugas sebagai founder yang mengerti dan mengerjakan tentang IT-nya. Sementara untuk mengurus bisnisnya saya memerlukan seorang Co-Founder yang benar-benar bisa menjalankan tentang bisnisnya. Dengan begitu, semua kekurangan tentu bisa diminimalis karena masing-masing dari CEO-nya sudah tahu tugas dan kewajiban yang mereka jalankan nantinya. Hal ini yang pertama kami terapkan dalam menejemen Prelo,” papar Fransiska.
FAHRUL ANWAR