youngster.id - Indonesia berada di atas rata-rata kawasan Asia Pasifik dalam penggunaan media sosial sebagai kanal transaksi. Sebanyak 52% konsumen Indonesia melakukan pembelian melalui media sosial dalam 12 bulan terakhir, dibandingkan 40% di APAC.
Hal itu terungkap dalam laporan terbaru DoubleVerify bertajuk 2025 Global Insights: How Consumers and Marketers Use Walled Gardens, yang mengungkap perilaku konsumen dan pemasar dalam memanfaatkan platform media sosial atau walled gardens. Laporan ini disusun berdasarkan survei terhadap 22.000 konsumen dan 1.970 pemasar global, termasuk Indonesia.
Laporan itu menyebutkan, untuk riset sebelum membeli, 38% konsumen Indonesia menempatkan media sosial sebagai tiga sumber utama, setelah online reviews (64%) dan video reviews (55%).
YouTube menjadi platform yang paling sering digunakan mingguan oleh konsumen Indonesia (90%), disusul Instagram (78%) dan Facebook (72%). Pengaruh influencer juga tercatat kuat, dengan 61% konsumen terpengaruh Mega Influencer dan 63% oleh Macro Influencer dalam keputusan pembelian.
CEO DoubleVerify Mark Zagorski mengatakan daya tarik beriklan di media sosial terletak pada kombinasi komunitas, hiburan, dan personalisasi. Namun ia menegaskan bahwa transparansi tetap menjadi faktor penentu.
“Meskipun walled gardens menjanjikan skala dan kinerja, nilai berkelanjutannya bergantung pada transparansi dan kepercayaan,” ujar Zagorski, dikutip Jum’at (12/12/2025).
Di sisi pemasar, 66% pengiklan di APAC mengaku khawatir pada aspek brand safety di media sosial. Di Asia Tenggara, kekhawatiran berada pada angka 52%. Tantangan utama lain adalah menjangkau audiens yang tepat (48%), mengikuti tren konten (42%), serta menghitung ROAS/ROI (40%). Meski demikian, kepercayaan pengiklan SEA meningkat terhadap YouTube (85%) dan Instagram (70%), dengan fokus belanja pada tahap upper funnel.
Senior Enterprise Sales Director DoubleVerify Indonesia, Theodorus Caniggia, mengatakan pasar lokal membutuhkan pengukuran independen karena tingginya kompleksitas algoritma, tingginya volume konten pengguna, serta kemunculan deepfake.
“Tanpa verifikasi pihak ketiga, risiko eksposur brand pada konten yang tidak sesuai meningkat secara eksponensial,” kata Theodorus.
Untuk menjawab tantangan tersebut, DoubleVerify menawarkan DV Authentic AdVantage, solusi verifikasi yang dirancang untuk mengoptimalkan kualitas media dan efektivitas kampanye di lingkungan walled gardens. Solusi ini memberikan metrik terukur terkait viewability, fraud, dan kesesuaian brand untuk membantu pengiklan meningkatkan ROI secara real-time. (*AMBS)
