youngster.id - Perusahaan modal ventura East Ventures menyatakan akan fokus pada pendanaan startup di sektor kecerdasan buatan (AI), teknologi kesehatan (healthtech), konsumer ritel (consumer tech), dan teknologi lingkungan (climate tech).
Meskipun ekosistem AI di kawasan ini masih berada pada tahap awal, East Ventures melihat potensi pertumbuhan yang kuat di aplikasi hilir, terutama dalam pemanfaatan GenAI. Dalam konteks ini, East Ventures menegaskan kembali keyakinannya untuk terus berinvestasi di sektor AI, dengan menempatkan startup berbasis AI-first sebagai salah satu fokus utama pada tahun 2025.
Partner East Ventures, Avina Sugiarto mengungkapkan, penerapan AI dalam kehidupan bisnis sehari-hari pada tahun 2025 sudah mencapai 25%. Kemudian, persentasenya diproyeksikan mencapai 50% di 2027. Untuk itu, mereka mengutamakan pendanaan startup di sektor AI lantaran pengguna kian banyak mengadopsi teknologi ini.
“Kami yakin investasi AI akan tumbuh lebih besar, dan dari sisi East Ventures, kami terus melihat banyaknya pipeline, portofolio startup, dan portofolio kami yang mengimplementasikan AI/generatif AI di Asia Tenggara dan Indonesia,” kata Avina dikutip Rabu (30/7/2025).
Data internal East Ventures menunjukkan startup berbasis AI didominasi produk berupa aplikasi, kemudian disusul platform, model fondasi, dan terakhir infrastruktur AI.
Karena itu, meskipun East Ventures adalah VC untuk segala sektor atau sector agnostic, fokus perusahaan terhadap AI dilihat dari peluang pasar dan sumber daya manusia, dalam hal ini para pendiri atau founder, yang dapat mendukung ekosistem bisnis kecerdasan buatan tersebut.
“Kita belum punya model bahasa besar (LLM) yang mungkin akan menyaingi DeepSeek atau ChatGPT, tetapi bagaimana pendiri mencari studi kasus dan AI bisa mempercepat atau punya solusi lebih tepat,” kata Melisa Irene Partner East Ventures.
Sementara Managing Partner East Ventures Roderick Purwana yakin pengembangan AI generatif atau AI agentic (AI yang mampu beroperasi secara otonom) akan berjalan secara natural. “Sekarang dari AI generatif ke AI agentic, agen AI itu bisa membuat keputusan Physical AI adalah selanjutnya,” ujarnya.
Dia juga menilai, investasi juga melirik pada inovasi- inovasi sektor Kesehatan, consumer technologi dan teknologi iklim. Apalagi East Ventures sejak awal berdiri penggeraknya adalah Business to Consumer (B2C), diantaranya berinvestasi di marketplace hingga vertical long-term.
“Jadi, kita mencari opportunity kalau di bidang consumer istilahnya segmen-segmen yang masih under-penetrated. Kita melihat timenya masih besar, tapi juga pemainnya belum terlalu banyak, mungkin seperti itu,” ujar Melisa.
Sementara itu, investasi di sektor teknologi iklim, Partner East Ventures Avina Sugiarto mengatakan East Ventures akan berinvestasi dan memberikan solusi untuk mengatasi masalah-masalah pemanasan global.
“Kita lihat, kita telah investasi di bidang waste management dan recycling, yang mana telah mendapatkan pendanaan lanjutan setelah kita investasi di bidang tersebut,” ujar Avina.
STEVY WIDIA
Discussion about this post