Ekstrasi Lithium dari Geothermal Brine Kurangi Emisi Nol Karbon

ITS Geothermal Brine

(ki-ka) Dina Yulianita, Hilda Liliana Sihombing, dan Rizka Amelia memamerkan hasil gagasannya berupa ekstraksi langsung lithium dari geothermal brine di Indonesia. (Foto: istimewa/its)

youngster.id - style="text-align: justify;">Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dari Departemen Teknik Geofisika ITS menggagas sebuah ide untuk menghasilkan ekstraksi lithium langsung dari geothermal brine di Indonesia untuk mengurangi emisi karbon.

Tim yang terdiri dari Dina Yulianita, Rizka Amelia, dan Hilda Liliana Sihombing menyoroti masalah terkait isu lingkungan yang kerap menjadi perbincangan hangat masyarakat, terutama perubahan iklim karena banyaknya emisi karbon.

Ketua Tim Dina menjelaskan, produk brine merupakan salah satu hasil dari geotermal yang nantinya akan diinjeksikan kembali ke dalam bumi. Seperti yang sudah diketahui, potensi Indonesia akan sumber energi geotermal sangat kaya karena terletak di “Cincin Api”, sehingga bukan menjadi suatu masalah besar untuk menghasilkan ekstraksi lithium.

“Sudah saatnya untuk menggunakan energi bersih dan terbarukan guna mengurangi dampak perubahan iklim tersebut, salah satunya dengan baterai lithium. Cadangan lithium sendiri dapat ditemukan di batuan pegmatite dan brine water,” kata Dina yang dilansir Humas ITS.

Salah satu titik PLTU di Indonesia yang diproyeksikan dapat menghasilkan ekstraksi lithium langsung dari geothermal brine.

“Terdapat tiga cara yang sudah terbukti optimal untuk ekstraksi langsung lithium dari geothermal brine, yaitu adsorpsi, pertukaran ion, dan elektrodialisis,” ungkap Dina. Meskipun terdapat tiga cara yang berbeda, lanjut Dina, ekstraksi langsung ini memiliki prinsip pemisahan ion lithium dari geothermal brine sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku baterai lithium.

Ilustrasi proses pemisahan ion litium dengan geothermal brine sehingga dapat dijadikan bahan baku baterai lithium

Menurut Dina, metode ekstraksi ini sudah dilakukan di beberapa lapangan geotermal di luar negeri, sebut saja di lapangan geotermal Salton Sea, California, Amerika Serikat. Namun, Indonesia baru melakukan eksplorasi besar-besaran untuk mencari cadangan nikel yang juga menjadi bahan baku pembuatan baterai lithium. “Jadi kami ingin ide ini diterapkan di Indonesia agar nantinya dapat memproduksi baterai lithium secara mandiri,” tuturnya.

Gagasan ini mendapatkan apresiasi juara 3 dalam ajang Petroleum Euforia 2021 yang diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Seksi Mahasiswa STT Migas Balikpapan secara daring, belum lama ini. Dengan segala keterbatasan dan dalam waktu singkat, mereka melakukan berbagai riset terkait isu lingkungan dan energi sehingga melahirkan sebuah gagasan hebat yang dapat menjadi solusi bagi Indonesia.

“Kami berharap dari banyak pihak dapat mendengar aspirasi kami dan dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga gagasan kami dapat direalisasikan,” harapnya. Lebih lanjut, dengan direalisasikannya gagasan tersebut, Indonesia diharapkan dapat menghemat biaya untuk melakukan impor lithium dari luar negeri dan ikut berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon secara global.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version