youngster.id - Indonesia menjadi salah satu negara dengan konsumsi terbesar di dunia pada busana muslim. Tak heran jika para “pemain” di industri ini terus bertambah. Menariknya, meski industri fesyen muslim didominasi oleh kalangan perempuan, ada juga pengusaha pria yang sukses dengan segmen busana muslim pria.
Harus diakui Indonesia memiliki potensi besar menjadi pusat fesyen muslim dunia. Pada tahun 2016, Indonesia menghabiskan konsumsi untuk busana muslim sebesar US$ 13.5 miliar atau terbesar kelima di dunia (The State of Global Islamic Economy Report, 2016). Angka ini semakin mengindikasikan tingkat konsumsi yang tinggi dari negara Indonesia, yang juga dipengaruhi oleh total populasi muslim Indonesia yang merupakan terbesar di dunia saat ini.
Sejatinya, potensi ini yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menjadikan Indonesia tidak hanya sebagai “pasar” saja, tetapi menjadi produsen utama fesyen muslim dunia. Performa sektor fesyen pada umumnya di Indonesia sangat baik. Pada tahun 2016, sektor fesyen menyumbang total 18% terhadap PDB sektor ekonomi kreatif atau yang paling besar dibanding subsektor ekonomi kreatif lainnya.
Tak heran jika pemerintah menjadikan busana muslim sebagai salah satu andalan komoditas industri fesyen nasional. Apalagi Global Islamic Economy memprediksi pertumbuhan pasar fesyen muslim dunia pada 2020 akan mencapai US$ 327 miliar.
Peluang ini yang ditangkap oleh Fahmi Hendrawan CEO, sekaligus fashion designer dari brand Fatih Indonesia. Jika industri fesyen muslim didominasi oleh kalangan perempuan, Fahmi justru menghadirkan produk busana muslim untuk pria.
“Jujur saja, bukan hanya perempuan yang memiliki hobi berbelanja, tetapi kaum Adam juga. Itulah yang membuat saya memutuskan produk ini khusus bagi kaum pria, karena kalau mereka sudah merasa nyaman dengan satu produk, mereka (konsumen) tidak akan beralih merek, tetap loyal,” ungkap Fahmi kepada youngster.id belum lama ini di Jakarta.
Brand Fatih Indonesia ini mulai diluncurkan pada tahun 2015 lalu. Menurut Fahmi, dia memiliki visi dan misi untuk mengangkat level baju muslim pria se-fenomenal busana hijab. “Karena baju koko itu tidak hanya untuk beribadah saja kok, tapi juga untuk bebagai aktivitas non-formal, semi formal bahkan formal sekalipun. Itulah mengapa tagline kami mengangkat tema ‘busana pria muslim modern ke level yang lebih tinggi’,” ujar pria kelahiran Garut itu sambil tersenyum.
Dia memaparkan, label fesyen Fatih Indonesia mengedepankan desain pakaian muslim laki-laki–yang populer dengan sebutan baju koko–kreasinya terbilang modern dan stylish tapi bernuansa khas Indonesia. Pasalnya, Fahmi memadukan kreasinya dengan kombinasi batik Garutan sehingga menjadi alternatif baru di lini desain baju koko Indonesia. Hasil karyanya pun tidak hanya bisa dikenakan untuk beribadah, tapi juga bisa untuk kegiatan sehari-hari baik pada acara formal maupun non-formal.
“Pilihan desain ini saya lakukan berdasarkan riset. Sehingga ada kesan eksklusif atas produk yang kami luncurkan dengan sasaran kaum pria urban kelas menengah,” ujarnya.
Modal Otodidak
Sejatinya, Fahmi bukanlah pegiat mode sebelum membangun Fatih Indonesia. Bahkan, awalnya dia sempat bekerja sebagai Relationship Manager di Bank Bukopin pada 2010-2013. Namun, motivasi terbesarnya masuk ke dunia bisnis ini adalah ingin membantu dan bermanfaat buat banyak orang dengan membuka lapangan pekerjaan.
Di sisi lain, pria yang sempat banting stir jadi penyanyi ini kemudian terinspirasi untuk membuat lini bisnis pakaian muslim. Ide ini dia dapat ketika sedang mengaji dan membuka Alquran secara acak. Saat itu, dia membuka Surat Al A’raf ayat 31 yang artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaian bagus saat memasuki masjid.”
“Enggak tahu kenapa rasanya ayat itu menyentuh sekali, dekat dengan kenyataan bahwa saya kalau salat merasa enggak pernah pakai baju bagus. Saya merasa enggak nyiapin baju khusus yang bagus untuk salat, biasa-biasa saja gitu. Dari sana saya kepikiran untuk membuat baju muslim laki-laki,” terangnya.
Nama Fatih dipilih dengan harapan agar bisa menaklukan hati para konsumen. “Kalau nama Fatih sendiri berasal dari bahasa arab, yang artinya sebagai penakluk. Harapannya kehardiran produk-produk saya ini mampu mengambil hati konsumen. Sedangkan makna lain dari pemimpin atau sebagai sebagai pembuka. Saya harap ini menjadi pembuka jalan untuk berbisnis secara barokah dan membantu orang-orang sekitar,” kata Fahmi lagi.
Fahmi mulai meriset bisnis pakaian muslim dan fokus membuat rencana bisnis. Tak ingin ditipu dan gagal dalam berbisnis, dia turun langsung ke lapangan untuk melakukan survei bisnis, mencari bahan terbaik, merekrut sendiri penjahit, sampai belajar membuat baju.
Karena tekadnya yang kuat untuk berbisnis, Fahmi pun tak sungkan untuk magang di Pasar Mayestik, Jakarta. Di sana, dia mengikuti apa saja kegiatan yang dilakukan si penjahit di tempatnya magang. Mulai dari membeli dan memilih bahan, mengangkut bahan yang akan dibuat, membuat pola, hingga proses jahit selesai.
Akhirnya, Fahmi memutuskan untuk membuka bisnis fesyen busana muslim dengan fokus pada produk untuk kaum pria. “Tren busana muslim perempuan memang lebih terlihat perkembangannya, banyak sekali desainer-desainer yang membuat lini baju muslim untuk perempuan. Di satu sisi saya berpikir kenapa busana muslim laki-laki tidak terlalu terlihat? Oleh karena itu, saya pun memutuskan untuk memilih segmen ini,” kata sulung dari empat bersaudara itu.
Tentu perjalanan Fahmi tak selalu mulus. Bahkan, di awal membangun usahanya itu, Fahmi pernah ditipu hingga hampir kehilangan seluruh sisa tabungannya. “Modal tabungan saya sebesar Rp 400 juta ditipu oleh seorang kawan. Akibatnya saya harus mulai bisnis ini dengan modal kecil, hanya sebesar Rp 10 juta. Sempat capek dan tidak ingin melanjutkan bisnis karena beberapa bulan ke depan bisnis berjalan saya selalu keluar modal terus, dan keuntungan yang saya dapat saat itu sangat kecil,” kenang Fahmi.
Toh, semangat dan passion di bisnis fesyen yang membuat Fahmi bisa melewati masalah itu. “Yang jelas, kebahagiaan itu datang dan saya dapat rasakan setelah saya menemukan peluang baru yang sesuai passion saya, yakni menjadi seorang entreprenur jika dibandingkan ketika saya menjalani karir sebagai seorang karyawan. Pastinya sekarang saya mencoba lebih bijak dalam memaknai hidup, ketika apa yang saya jalani sekarang ini bisa tercapai dan sesuai dengan kemampuan, saya sangat bersyukur,” ucap Fahmi.
Garut Mendunia
Sekarang Fahmi sudah merasakan buah kerja kerasnya dan bahkan tahun 2017 lalu Fatih Indonesia mampu membukukan pendapatan bersih senilai Rp1,2 miliar. Karyanya pun mulai mendapat tempat khusus di sejumlah fashion show dunia. Antara lain di Malaysia, Singapura, Rusia, dan beberapa waktu lalu di Jepang.
“Nggak nyangka aja, 2017 itu akhirnya dapat tawaran dari Jakarta Fashion Week, dan karya saya ditampilkan di ajang tersebut. Saya menganggap karya yang saya luncurkan belum lama ini bisa diterima di event sebesar itu. Nah, tak lama berselang saya dapat kesempatan lagi tawaran show yang berbeda bersama brand Dian Pelangi, bazaar muslim di Malaysia,” ungkapnya bangga.
Pencapaian itu, menurut Fahmi, salah satunya berkat ciri khas baju Fatih Indonesia yang menghadirkan aksen batik Garutan. Selain itu, potongan baju koko Fatih Indonesia juga modern dengan dengan model slim fit. Warna yang digunakan juga relatif lebih cerah dibandingkan merek-merek lainnya. Selain putih dan warna netral lainnya, Fahmi tak ragu menggunakan warna hijau, merah, biru, ungu, pastel, toska, dan lain-lain.
Ada dua hal yang menjadi alasan Fahmi memilih batik motif Garut. Alasannya, dia berasal dari Garut, dan dia juga ingin memperkenalkan batik asal daerahnya itu.
Di sisi lain, Fahmi juga bersyukur usahanya dapat membantu orang lain. “Ketika saya datang main ke rumah salah satu penjahit langganan saya, dia memberitahukan rumah yang sedang dia bangun ini adalah hasil selama dirinya menjahit dan mendapat orderan jahitan dari saya. Dengar cerita itu, saya semakin yakin, dikala saya susah ternyata ada orang lain yang justru terbantu dengan produk Fatih yang saya luncurkan,” ungkapnya.
Walaupun harga jual produk Fatih Indonesia ini terbilang mahal, yakni mulai Rp 450 ribu per potong, toh produk busana muslim pria yang dikembangkan Fahmi ini diminati pasar. Bahkan, pada momen jelang Lebaran, pesanan yang datang bisa meningkat hingga 5 kali lipat.
“Produk Fatih, baju muslim koko dari harga paling murah bisa mencapai Rp 450 ribu. Kalau di bulan biasa, kami juga selalu ada model baru yang kami keluarkan sebanyak 300 pcs. Tetapi kalau melihat momen Lebaran, jumlah pesanan itu bisa meningkat hingga 5 kali lipatnya. Kalau hari-hari biasa, omset kami hanya mencapai Rp 100 hingga Rp 200 juta. Nah, kalau Lebaran ya bisa lebih jumlahnya,” klaim Fahmi bangga.
Menurut anak pertama dari empat bersaudara ini, untuk lebih memperkenalkan dan memperluas pasar Fatih Indonesia, pihaknya pun menyesuaikan produk dengan era digital. Caranya, dengan mempromosikan diri di media sosial, seperti Instagram. Untuk offline, brand ini cukup sering mengikuti bazaar pakaian di pusat perbelanjaan di Jakarta.
Gelaran fesyen besar pun tak lupa diikuti, baik di dalam maupun di luar negeri. Misalnya, Muslim Fashion Festival, Indonesia Fashion Week, Asia Islamic Fashion Week di Malaysia, Japan Halal Expo, dan sebagainya.
Pada 2017, Fatih Indonesia sempat diajak oleh Pemerintah Indonesia untuk berangkat ke Moskow, Rusia untuk pameran. Meski demikian dia menegaskan masih fokus ke pasar dalam negeri. “Saya ingin fokus ke seluruh Indonesia aja dulu. Kepingin sih meluaskan wilayah pemasaran paling tidak ke Asia Tenggara, bahkan Eropa, tapi saya ingin fokus dulu di dalam negeri,” ujarnya memberi alasan.
Bahkan, dia telah menyiapkan beberapa second line produk yang disesuaikan dengan segmentasi pasar. Termasuk membuka butik dikawasan Kalibata Jakarta. “Kedepannya, saya juga sedang melakukan pengembangan lain dan menambah rpduk Fatih, seperti sandal, peci, dan keperluan untuk muslim lainnya sampai keperluan baju muslimm untuk anak-anak,” ungkap penggemar main musik dan baca ini.
Fahmi meyakini potensi pasar muslim yang besar akan menjadikan Indonesia sebagai pusat fesyen Muslim dunia tahun 2020. “Perkembangan dunia fesyen Muslim ini bergerak sangat signifikan. Banyak bermunculan brand-brand baju muslim wanita maupun pria serta aksesorisnya. Diprediksikan tahun depan akan semakin banyak,” katanya.
Toh, bagi Fahmi, menjadi entrepreneur (busana) muslim bukan saja soal berwirausaha dan menjual produk-produk muslim, tetapi lebih ke sifat dan mental seorang muslim yang menerapkan sistem dan unsur keislaman dalam menjalankan bisnisnya.
“Tentu saja diniatkan ibadah dan melakukan sesuatu dengan niat untuk Allah SWT. Di perusahaan, saya terapkan sistem syariah, sebagai contoh karyawan yang bekerja di Fatih, absennya tidak perlu pakai alat atau tulisan. Tetapi absennya sholat Dhuha. Jujur saja, tujuan saya bukan hanya berwirausaha saja, tetapi saya ingin membuka lapangan pekerjaan bagi yang lain,” ungkapnya.
Kepada generasi muda yang akan memulai bisnis, Fahmi memberikan tips dan beberapa pesan. “Pertama, mulai dulu jangan banyak takut dan berfikir karena tidak akan pernah tahu di mana potensi dan kapasitas kita berada. Kedua, fokus dan sabar dalam merintis usaha. Ketiga, cari mentor, datangi workshop atau seminar bisnis, jangan berhenti belajar. Terakhir, libatkan Allah dalam setiap aktivitas bisnis kita,” pungkasnya.
====================================
Fahmi Hendrawan
- Tempat Tanggal Lahir : Garut Jabar 1 Desember 1986
- Pendidikan Terakhir : Master of Business Administration (M.B.A.), Creative & Culture Entrepreneur ITB
- Brand : Fatih Indonesia
- Jabatan : Founder & CEO Fatih Indonesia
- Mulai Usaha : 2015
- Modal Awal : Rp 10 juta
- Jumlah Karyawan : 20 karyawan
- Omset : Rp 100 juta – Rp 200 juta/bulan
====================================
FAHRUL ANWAR
Editor: Stevy Widia
Discussion about this post