Fairbanc Peroleh Pendanaan dari Pegadaian Sebesar US$13,3 Juta

Fairbanc x Pegadaian

Fairbanc Peroleh Pendanaan dari Pegadaian Sebesar US$13,3 Juta (Foto: Istimewa)

youngster.id - Fintech B2B Fairbanc mendapatkan suntikan dana dalam bentuk utang (debt financing) sebesar US$13,3 juta atau Rp209 miliar dari Pegadaian.

CEO Fairbanc Mir Haque mengatakan, peningkatan finansial strategis ini akan mendorong upaya Fairbanc untuk memperluas operasinya di seluruh Indonesia, dengan fokus pada peningkatan penawaran Beli Sekarang, Bayar Nanti (BNPL) untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Dengan pendanaan segar ini, Fairbanc memberikan kontribusi yang lebih besar ke Indonesia, dimana 95 juta orang dewasa masih belum memiliki rekening formal di lembaga keuangan.

“Indonesia menawarkan latar belakang yang tepat bagi perusahaan untuk mewujudkan solusi terukur yang dapat direplikasi di banyak negara berkembang lainnya,” kata Mir Haque, seperti dilansir Dealstreet Asia, Senin (4/3/2024).

Survei Unilever yang dikutip oleh Fairbanc menunjukkan bahwa 80% penerima manfaat dari startup fintech tersebut tidak memiliki rekening bank dan sekitar 70% adalah pedagang perempuan yang mampu meningkatkan penjualan mereka rata-rata sebesar 35%.

Pendekatan unik Fairbanc terhadap pembiayaan memanfaatkan data rantai pasokan ekstensif dari distributor FMCG untuk mengotomatiskan proses penilaian kredit dan pemantauan risiko. Inovasi ini memungkinkan startup untuk menawarkan modal kerja penting kepada UMKM, sehingga mereka dapat membeli inventaris berdasarkan BNPL.

Pemberian pembiayaan modal ini menandai tonggak sejarah penting bagi Fairbanc dan menyoroti meningkatnya minat terhadap solusi keuangan inovatif untuk UMKM. Dengan memperluas gerbang BNPL, Fairbanc siap memberdayakan lebih banyak bisnis, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan mendorong inklusi keuangan di seluruh Asia Tenggara. Kemitraan strategis dan rencana ekspansi yang dilakukan oleh startup ini menggarisbawahi potensi embedded finance (pembiayaan tertanam) untuk mengubah lanskap pinjaman dan pembayaran tradisional, sehingga memberikan gambaran sekilas tentang masa depan pembiayaan UMKM.

Seiring Fairbanc terus menavigasi perjalanan pertumbuhannya, dampak layanannya terhadap sektor UMKM dan ekosistem keuangan yang lebih luas akan diawasi dengan ketat. Dengan pendekatan inovatif dan kolaborasi strategisnya, Fairbanc berada di garis depan dalam mendefinisikan kembali akses terhadap modal bagi dunia usaha, menjanjikan lanskap ekonomi yang lebih inklusif dan sejahtera bagi negara-negara berkembang di Asia Tenggara.

Chief of Transformation Office PT Pegadaian mengatakan, kerja sama ini merupakan bentuk transformasi Pegadaian pada sektor digital lending, yakni produk pendanaan bagi pelaku usaha kecil dan menengah dengan  jaminan surat tagihan (invoice).

“Melalui kerjasama ini kami berharap membantu mendapatkan nasabah yang terpercaya untuk meminimalisir terjadinya gagal bayar. Selain itu, kolaborasi ini akan mengubah tantangan menjadi peluang untuk mewujudkan visi bersama, yaitu mendukung inklusi keuangan di Indonesia,” jelas Mulyono.

Pada prakteknya Fairbanc akan turut melakukan monitoring pinjaman dan transaksi nasabah, sehingga memungkinkan transaksi nasabah yang telah direkomendasikan dapat berjalan dengan lancar.

“Kami menyambut baik kerja sama ini, dengan harapan dapat membentuk ekosistem dimana para pelaku usaha bisa mendapatkan kredit dengan mudah dan nyaman untuk pembelian produk retail bernilai tinggi,” kata Mir Haque.

Awalnya bermitra dengan Unilever di Bangladesh, Fairbanc memperluas operasinya ke Indonesia pada tahun 2021, menarik perhatian lebih dari 550.000 pedagang. Kunci dari cepatnya penerimaan pedagang terletak pada kebijakan tidak memerlukan jaminan, riwayat kredit, kepemilikan ponsel pintar, atau literasi digital, sehingga layanannya dapat diakses oleh berbagai macam bisnis.

Sejak didirikan pada tahun 2019 oleh Mir Haque, alumni Wharton School, Fairbanc telah berada pada jalur pertumbuhan dan inovasi yang kuat. Sebelum putaran pendanaan terbaru ini, startup ini telah mengumpulkan dana sebesar US$4,8 juta dalam putaran pra-Seri A yang dipimpin oleh Vertex Ventures, dengan kontribusi signifikan dari Lippo Companies, Asian Development Bank, dan Accion Venture Lab.

Sebelumnya, pada 2020, Fairbanc yang berbasis di AS ini mengumpulkan dana yang tidak diungkapkan dari 500 miliarder Global dan Indonesia, termasuk dari CEO Sampoerna Strategic, Michael Sampoerna. Lalu, pada tahun 2021, ADB Ventures, cabang investasi ventura dari Asian Development Bank, menyetujui investasi ekuitas hingga US$2 juta di Fairbanc untuk mendorong ekspansinya di Indonesia.

“Ke depan, Fairbanc tidak hanya mengkonsolidasikan kehadirannya di Indonesia tetapi juga berencana melakukan ekspansi ke Vietnam dan Filipina,” tutup Mir Haque.

Ambisi Fairbanc itu didukung oleh kolaborasi berkelanjutan dengan Unilever, yang bertujuan untuk meniru model suksesnya di pasar-pasar baru ini. (*AMBS)

 

Exit mobile version