youngster.id - Bank Dunia memperkirakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia memiliki kebutuhan kredit yang belum terpenuhi sebesar US$166 miliar. Fairbanc bermitra dengan perusahaan Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) untuk menawarkan opsi ‘pay later‘ melalui penilaian kredit berbasis AI yang memungkinkan keputusan kredit mikro instan.
Startup fintech Fairbanc mengumumkan perolehan tambahan dana segar dalam putaran pra-seri A senilai US$4,8 juta atau senilai Rp72 miliar. Pendanaan baru ini ditujukan untuk ekspansi di Indonesia dan akan membantu perusahaan mengeksplorasi pasar baru seperti Vietnam dan Filipina dalam kemitraannya dengan Unilever.
Pendiri dan CEO Fairbanc, Mir Haque mengatakan dibandingkan sejumlah penyedia fintech lainnya, Fairbanc lebih unggul sebab terintegrasi dengan jaringan gerai merek konsumer yang tersebar luas, seperti Unilever.
“Dengan demikian, Fairbanc dapat menawarkan opsi pinjaman ‘Buy Now Pay Later’ kepada puluhan ribu peritel tanpa memakai aplikasi kredit atau ponsel pintar. Setelah terintegrasi dengan aplikasi distribusi produk milik sejumlah merek, Fairbanc bisa mengakses histori pemesanan dan pembayaran gerai-gerai tersebut,” ungkapnya di laman eastventures.
Lewat integrasi ini, Fairbanc memanfaatkan ilmu data dan machine learning dalam penyaluran pinjaman, dan meningkatkan penjualan gerai-gerai sekaligus mencegah kasus gagal bayar serta menghemat biaya operasional.
Berkat kemitraannya dengan brand FMCG besar, Fairbanc memungkinkan memberikan pinjaman BNPL ke peritel tanpa perlu mengajukan melalui smartphone. Perusahaan menggunakan credit scoring berbasis AI yang dapat membantu memproses pinjaman microcredit secara instan.
“Dengan sistem yang terintegrasi ke berbagai brand consumer, Fairbanc dapat mengakses pesanan merchant dan rekam jejak pembayarannya. Perusahaan dapat mengutilisasi data ini lebih lanjut untuk melakukan underwriting pinjaman serta mendongkrak penjualan merchant dengan menjaga biaya operasional tetap rendah,” ungkapnya.
Konsep bisnis ini sedikit berbeda dengan lainnya. Fairbanc menghasilkan uang dengan mengoptimalkan pembayaran tunai langsung ke distributor dan penggunaan diskon dari volume penjualan. Dengan begitu, pedagang mikro tidak dibebankan bunga dan tambahan biaya dari merchant FMCG dan para distributornya.
Sejak terbentuk pada 2019, Fairbanc telah bermitra dengan kalangan perusahaan FMCG berskala besar, termasuk Unilever, L’Oréal, dan Danone. Fairbanc membantu UMKM meningkatkan omzetnya hingga lebih dari 35%, dan menjaga tingkat kredit macet hingga mendekati nol.
Perusahaan telah menerima lebih dari 350.000 merchant dalam satu tahun terakhir. Sekitar 75.000 merchant ini menggunakan layanan BNPL di Fairbanc, yang memungkinkan mereka membeli produk dengan margin tinggi. Fairbanc ingin meningkatkan skala dengan cepat dengan memanfaatkan jaringan pedagang besar dari merek konsumen mitra.
Pendanaan kali ini dipimpin oleh Vertex Ventures, dengan partisipasi dari Asian Development Bank, Accion Venture Lab, dan konglomerat Indonesia Lippo Group. Sebelumnya, pada 2020, Fairbanc yang berbasis di AS ini mengumpulkan dana yang tidak diungkapkan dari 500 miliarder Global dan Indonesia, termasuk dari CEO Sampoerna Strategic, Michael Sampoerna.
Menyusul investasi itu, startup tersebut merambah ke Indonesia. Satu tahun kemudian, Sampoerna Strategic Group kembali berpartisipasi dalam putaran pendanaan pra-seri A bersama ADB Ventures, Accion Venture Lab, dan East Ventures.
STEVY WIDIA
Discussion about this post