Faizal Hermiansyah : Hadirkan Solusi IT Untuk UKM

Faizal Hermiansyah, Founder & CEO Eight Code Indonesia (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

youngster.id - Belakangan ini teknologi telah menjadi bagian penting dalam bisnis. Tak hanya bisnis besar tetapi juga usaha mikro, kecil dan menengah. Dengan teknologi, UKM dapat mengembangkan bisnis menjadi lebih luas, terarah dan berkelanjutan.

Pengenalan solusi melalui teknologi inilah yang ditawarkan oleh Eight Code, startup yang menyasar information technology (IT) consultan. Startup ini menyediakan solusi teknologi bagi perusahaan makro, mikro, swasta dan BUMN.

Founder dari statrup ini adalah Faizal Hermiansyah. Meski baru berusia 25 tahun, Faizal sudah cukup makan garam di dunia entrepreneur. Sebagai generasi milenial Faizal telah menekuni dunia kewirausahaan sejak berusia 16 tahun dengan membangun bisnis clothing t-shirt. Kemudian dia menjadi orang “kantoran” selama dua tahun di perusahaan bidang teknologi infromasi. Namun jiwa bisnis membuat dia memutuskan resign dan membangun bisnis Eight Code Indonesia.

Faizal punya alasan kuat mengapa merintis bisnis di sektor ini. Pengalamannya gagal menjalankan bisnis pakaian adalah alasan utama mengapa bisnis teknologi informasi yang dipilihnya saat ini.

“Eight Code ini sebenarnya bukan bisnis pertama saya. Jadi awalnya bisnis saya adalah jualan t-shirt. Persaingan ketat dan meredupnya industri cloting akhirnya membuat saya tak lagi melanjutkan bisnis tersebut,” kata Faizal, Founder & CEO Eight Code kepada youngster.id yang menemuinya di Jakarta belum lama ini.

Dia mengaku bisnis pakaiannya kandas lantaran penjualannya mengalami penurunan. “Tapi dibalik semua itu, akhirnya saya sadar. Ketika mengawali bisnis banyak anak muda saat itu berbisnis mengandalkan media sosial seperti Kaskus. Saat itu saya sudah punya web sendiri dan melakukan bisnis online lewat web pribadi. Dari situ, saya berpikir mungkin ini jalannya dan setelah saya cermati di sinilah rejeki saya, dengan kemampuan menjadi seorang programmer,” ungkap Faizal lagi.

Oleh karena itu, setelah dua tahun bekerja di perusahaan berbasis IT, lulusan Sistem Informasi Universitas Budi Luhur Jakarta ini memutuskan untuk kembali mulai berbisnis. “Jadi, perusahaan rintisan dengan nama Eight Code yang saya bangun ini bergerak dan menyediakan solusi kepada perusahaan-perusahaan seperti UKM, makro, mikro, kementrian, serta BUMN dalam mengefesiensikan dan mengefektifkan kegiatan operasional mereka melalui penerapan IT di perusahaannya. Keunggulan yang dimiliki Eight Code adalah fleksibilitas,” jelas Faizal.

Menurut Faizal, dengan teknologi informasi maka setiap usaha dapat dibuat sistemnya untuk menerima pemesanan dan pelanggan secara otomatif. Semua tercatat, sehingga kemungkinan kesalahan catat pemesanan dan gagal pemesanan dapt diminimalisir. Itulah alasan dia mendirikan Eight Code pada tahun 2011.

Eight Code ini menawarkan beberapa layanan solusi TI, yaitu pengembangan website, integrasi sistem, dan augmented reality. “Kami juga melayani konsultasi, pembuatan website sampai pembuatan aplikasi di telpon pintar yang cara kerjanya disesuaikan dengan kebutuhan client kami,” ujarnya.

 

Resiko Startup

Faizal bercerita, perusahaan rintisan ini didirikan secara tak sengaja. Berawal dari pemintaan seorang seniornya di bangku kuliah menawarkan dirinya untuk membuat sebuah web, untuk keperluan salah satu bank BUMN.

“Jadi dengan kemampuan sebagai seorang programer saya manfaatkan dengan baik. Saya ambil kesempatan itu, saya mengikuti tender dan saya menang. Nah, dari situlah akhirnya Eight Code berdiri,” kisahnya.

Berawal dari itu pula Faizal menayadari bahwa ini adalah bisnis yang tepat untuk dirinya. “Jadi sebenarnya rejeki saya ada di bisnis ini, meskipun diawal berbisnis saya sudah memiliki website pribadi tapi setelah saya sadari akhirnya bidang programer inilah yang membawa saya menjadi seorang entrepreneur. Dan, dari situ pula proyek pertama Eight Code terbesar senilai Rp 250 juta, dan hasilnya terus saya putar untuk membesarkan Eight Code sampai sekarang,” terang Faizal.

Faizal mengungkapkan, upaya dalam membangun bisnis startup memang bukan perkara mudah. Apalagi, ia mengakui menjadi seorang startup tentu memiliki resiko gagal yang juga besar. Tantangan yang paling mendasar dan utama adalah bagaimana ia harus menyikapi kompetitor menjadi teman baik.

“Jadi startup itu tentunya harus berlari. Di situ saya harus menyadari untuk mengejar goal startup itu sendiri. Oleh karena itulah, mengapa kompetitor besar yang selama ini saya temui harus disikapi dengan baik dan tidak menjadikan mereka sebagai musuh. Sebaliknya, sikap yang saya ambil di sini harus menjadikan mereka sebagai rekan dan teman yang baik dalam membangun startup,” ucapnya.

“Yang tak kalah penting di sini saya lebih menjual kualitas, ketimbang harga murah yang saya berikan tetapi web yang saya buat itu malah mengecewakan. Orang sudah banyak mengerti akan hal itu dan mereka membutuhkan kualitas. Makanya di sini saya selalu menekankan untuk selalu memperbaiki jaringan untuk memenangkan pasar,” paparnya lagi.

Faizal bercerita, bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 800 juta untuk satu proyek pembuatan sistem. “Itu dari klien kami yang perusahaan swasta. Kalau saya mau leha-leha, itu cukup untuk operasional dan gaji karyawan setahun. Tapi enggak mungkin kita bisnis cuma begitu saja kan? Jadi kita perluas jaringan terus,” ucapnya sambil tersenyum.

Faizal menyadari sebagai pendatang baru tentu saja upaya marketing dan komunikasi perlu digiatkan untuk mengenalkan Eight Code kekhalayak. Dengan cara menggunakan pendekatan Public Relations (PR) ke beberapa media, memanfaatkan social media, hingga pendekatan ke berbagai komunitas seperti organisasi-organisasi pengusaha nasional. “Kebetulan saat ini, saya sedang aktif dalam organisasi profesi wirausaha HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia),” katanya.

Alhasil dia menjabat sebagai Ketua Umum HIPMI Perguruan Tinggi Provinsi Banten periode 2017-2020.

 

Selain menawarkan layanan pengembangan website, integrasi sistem, dan augmented reality, kini Faizal Hermiansyah melalui Eight Code menawarkan program pelatihan EightCode Class untuk mencetak para programmer andal (Foto: Dok. Pribadi/youngster.id)

 

Darurat Programmer

Kini Eight Code telah berkembang pesat. Dalam kurun waktu 8 tahun startup ini telah memiliki 20 orang karyawan dan telah mengelola hingga 50 klien dengan omset bisa mencapai Rp 100 juta per bulan.

Menurut Faizal, selain menawarkan jasa konsultan TI, Eight Code juga memberlakukan sistem jual beli putus atas website yang nanti akan dipergunakan oleh kliennya. “Sistemnya beli putus, dan nggak termasuk biaya perawatan. Kalau untuk biaya perawatan bagi perusahaan besar biasanya sebesar Rp 5 juta per bulannya,” ucap Faizal.

Sedangkan untuk UKM dan startup, tentunya bisa lebih murah lagi. Dengan begitu, web milik para UKM dan startup tetap bisa terus beroperasi untuk mendukung bisnis mereka. “Jadi, siapapun yang ingin memiliki web dan mobile apps tapi tidak mempunyai tehnisi, kami ini adalah solusinya. Kami ini custom banget. Makanya banyak klien juga agency, bisa dibilang kami ini hadir sebagai software house. Paling murah harganya mulai dari Rp 5 juta sampai Rp 10 juta,” ujarnya menambahkan.

Diklaim Faizal, Eight Code kini telah banyak memiliki klien. Dan, biasanya dalam seminggu timnya bisa menyelesaikan satu pekerjaan web. Rata-rata dalam sebulan pihaknya bias mengerjakan 4 sampai 5 pesanan. Dan, sepanjang perjalanan bisnisnya, ia belum menemui kendala, termasuk complain, yang berarti yang datang dari pelanggannya.

Alhamdulillah, kalau komplen besar belum pernah ada. Tapi, komplen kecil ada, seperti kesalahan warna. Misalnya, mereka pengin warna biru untuk penampilan webnya, tapi yang muncul warna berbeda. Itu pernah terjadi. Tapi kami bisa langsung perbaiki. Paling hanya itu bentuk komplen dari pelanggan,” ujarnya.

Kendati begitu, Faizal tak berpuas hanya sampai di sana. Pemuda yang hobi main gitar ini punya rencana untuk mengembangkan usaha dengan membuka program EightCode Class, yang diperuntukan bagi mereka yang ingin mendalami bidang programer seperti dirinya.

“Saya melihat Indonesia itu darurat programmer. Contohnya, startup besar seperti Gojek punya SDM untuk teknologi atau programmer dari India dan Singapura dan di Indonesia ini masih jarang. Untuk itu, melalui program EightCode Class ini saya menawarkan tiga pelatihan, yaitu frontend development, backend development dan full stack development,” jelasnya bersemangat.

Dijelaskan Faizal, EightCode Class memiliki visi sebagai lembaga training bisnis untuk memudahkan mencapai visi perusahaan. Mereka yang berminat ikut di EightCode Class ini bisa bergabung, baik secara online maupun secara offline. Program EightCode Class ini sudah berjalan sejak tahun 2018. Tim pengajar untuk program ini berasal dari Binus dan Budi Luhur.

“Jaminannya, ketika ada orang yang lulus program full stack development, minimal dia bisa mudah mendapat pekerjaan yaitu di Eight Code. Selain itu, saya juga buka untuk kelas online-nya supaya peserta bisa belajar di manapun dan kapanpun melalui video,” ujar Faizal.

Biaya yang dikenakan berbeda antara yang kelas online dan kelas offline. Untuk online class, biayanya Rp 300 ribu untuk program frontend development, Rp 500 ribu untuk program backend development, dan Rp 700 ribu untuk program full stack development. Jangka waktu kursusnya selama 2 bulan. Sedangkan untuk offline class, biayanya Rp 10 juta selama 3 bulan. Setelah lulus mereka akan mendapat sertifikat. “Murid sekarang ada yang dari Bali, dan paling banyak dari Bandung,” ujarnya.

Faizal mengaku bersyukur masuk di era digital dengan perkembangan teknologinya yang pesat memungkinkan bisnisnya ikut terkerek. Bahkan, mampu mampu membukukan revenue cukup menggembirakan.

Alhamdulillah, dengan perkembangan teknologi saat ini membuat Eight Code juga berkembang pesat dan mampu membukukan revenue hingga ratusan juta rupiah tiap bulannya. Memang, angka itu belum sesuai target, tapi kami optimis dapat membukukan revenue hingga miliaran rupiah di tahun-tahun mendatang,“ tutupnya.

 

====================================

Faizal Hermiansyah

=====================================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version