youngster.id - Platform pembayaran digital LinkAja terus berfokus pada model bisnis dua sisi (two-sided business model) B2B2C (Business to Business to Consumer). Hasilnya, LinkAja berhasil mencapai perbaikan kinerja yang signifikan mulai 2022 lalu hingga melewati semester pertama 2023.
Setelah konsisten mengedepankan fokus perkuat fundamental bisnis, serta melakukan berbagai efisiensi, LinkAja raih EBITDA Positif pertamanya selama tiga bulan berturut-turut (Juni hingga Agustus 2023).
Chief Finance & Strategy Officer (CFSO) LinkAja Reza Ari Wibowo mengatakan, pencapaian ini membuat LinkAja semakin dekat untuk mencapai profitabilitas dan sustainabilitas bisnis.
“LinkAja mencatatkan perbaikan performa keuangan yang cukup baik di 2022 lalu. Persentase EBITDA loss mampu ditekan hingga 90% jika dibandingkan tahun sebelumnya (di 2021). Dari sisi revenue, di 2023 kami menargetkan kenaikan revenue sekitar 30% untuk dua tahun berturut-turut,” kata Reza, Minggu (19/11/2023).
Menurut Reza, LinkAja juga mampu melakukan efisiensi, secara year to date Agustus 2023, komponen biaya pemasaran (marketing expense) mampu diturunkan sebesar lebih dari 80%. Dibarengi dengan kualitas pengguna yang terus membaik, dimana pendapatan per pengguna atau Average Revenue per User (ARPU) meningkat sebesar 58%, jika dibandingkan periode yg sama di 2022.
Kedua tren tersebut mengindikasikan peningkatan loyalitas pengguna dan penurunan dependensi pendapatan operasional perusahaan terhadap short-term incentive seperti cashback. Dari sisi pengguna, saat ini LinkAja memiliki pengguna terdaftar sejumlah 91 juta pengguna, meningkat sebesar 6% dibandingkan semester pertama 2022.
“Bahkan dibandingkan dua tahun lalu (2021), peningkatan ARPU LinkAja saat ini sudah meningkat hingga empat kali lipat. Saat ini kami fokus kepada pengguna setia dan berkualitas, namun kami juga sedang menyiapkan beberapa inisiatif baru untuk meningkatkan jumlah pengguna kami yang loyal dengan penggunaan cost yang efisien dan sangat minimal ” tambah Reza.
Dijelaskan Reza, pencapaian kinerja positif itu karena LinkAja terus berfokus pada model bisnis B2B2C. Pada segmen B2C, LinkAja mengutamakan low-cost user acquisition & retention. Sedangkan, fokus segmen B2B berpusat pada end-to-end value chain dari sisi tradisional maupun digital.
LinkAja masih mengimplementasikan digital financial solutions dengan berfokus pada kolaborasi sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), terutama di dalam ekosistem Telkomsel, Pertamina, dan Himbara (Himpunan Bank Negara). Untuk ekosistem Telkomsel, LinkAja telah mendigitalisasi supply chain bisnis tradisional Telkomsel di lebih dari 400 ribu retailer.
Sedangkan pada ekosistem Pertamina, LinkAja semakin memperkuat positioning di aplikasi MyPertamina, sebagai penyedia infrastruktur sehingga memungkinkan dompet digital lain untuk menjadi alternatif metode pembayaran dalam aplikasi tersebut.
Salah satu inisiatif strategis lainnya, LinkAja menggandeng sejumlah perusahaan di bawah Kementerian BUMN sebagai penyedia layanan disbursement insentif. Dengan demikian, LinkAja mampu mendapatkan user base besar yang bersifat captive tanpa biaya akuisisi dan retensi, dimana hal ini sejalan dengan strategi perusahaan dalam meningkatkan Pengguna loyal dan berkualitas dengan penggunaan biaya, misalnya retensi dan akuisisi, yang efektif dan efisien.
LinkAja juga telah meluncurkan aplikasi LinkAja dengan tampilan khusus (skin) BUMN. Aplikasi ini diperuntukkan bagi para pegawai BUMN dengan fungsi sebagai aplikasi pembayaran dan komunikasi terpadu.
Aplikasi LinkAja skin BUMN juga menjadi media komunikasi efektif dan efisien bagi Karyawan BUMN atas informasi terbaru seputar Kementerian maupun Perusahaan BUMN yang tergabung di dalamnya yang dikirimkan secara rutin dan berkala melalui aplikasi LinkAja. Tak hanya itu, aplikasi tersebut juga dapat diutilisasi sebagai media promosi terkait produk dan layanan masingmasing perusahaan BUMN.
Kolaborasi LinkAja bersama Kementerian dan sejumlah Perusahaan BUMN ini merupakan langkah nyata dalam proses transformasi digital dalam hal layanan pembayaran dan komunikasi terpadu. Melalui kerja sama ini, layanan LinkAja juga akan digunakan sebagai sarana penunjang transaksi karyawan BUMN melalui pemanfaatan saldo LinkAja.
Saat ini lebih dari 200 ribu karyawan BUMN sudah terdaftar untuk dapat menikmati produk, program, informasi, layanan dan telah bertransaksi aktif dalam aplikasi ini. Dengan dukungan dari Kementerian BUMN, LinkAja terus menjajaki potensi kolaborasi ke perusahaan-perusahaan BUMN lainnya dengan potensi sebanyak lebih dari 1 juta karyawan.
“Di LinkAja, kami sudah melakukan shifting menuju profitability dan sustainability secara bertahap semenjak 2021 dengan membaca arah pergerakan industri. Salah satunya yakni dengan memperkuat model bisnis B2B2C kami yang berfokus pada ekosistem BUMN, yang terbukti sangat efektif dan efisien dalam upaya untuk #SatukanPotensiIndonesia yang mampu memenuhi kebutuhan pengguna kami,” tutup Reza.
STEVY WIDIA
Discussion about this post