youngster.id - Fore Coffee, startup “on-demand specialty coffe” perolehan pendanaan lanjutan senilai $8,5 juta atau setara dengan Rp118,7 miliar. Pendanaan kali ini didapat dari sejumlah investor, East Ventures, SMDV, Pavilion Capital, Agaeti Venture Capital, Insignia Ventures Partners, dan beberapa angel investor.
Startup ini didirikan oleh tiga orang co-founder, yakni Robin Boe, Jhoni Kusno, dan Elisa Suteja. Visinya ingin mengembalikan kejayaan kopi di Indonesia, khususnya biji kopi arabika untuk specialty coffee.
Dana modal baru ini akan dimanfaatkan Fore Coffee untuk mempercepat inovasi dalam memberikan pengalaman online-to-offline (O2O) untuk penjualan produknya. Selain itu pihaknya mengaku akan mempergunakan dana untuk berinvestasi pada mesin teknologi guna menghasilkan kopi yang lebih berkualitas.
“Kami menggunakan berbagai teknologi, mulai dari aplikasi mobile yang kami buat sendiri, serta teknologi yang telah ada, seperti MokaPOS untuk memantau pembayaran, Member.id untuk loyalty platform, serta GO-FOOD, GrabFood, dan TravelokaEats sebagai platform distribusi,” terang Robin Boe CEO Fore Coffee dalam keterangannya, Sabtu (2/2/2019) di Jakarta.
Fore Coffee adalah proyek binaan East Ventures, setelah Ev Hive dan Warung Pintar. Sebelumnya Fore Coffe telah terlebih dulu mendapatkan pendanaan awal East Ventures pada September 2018 lalu.
“Visi kami adalah untuk menjadikan Fore Coffee sebagai pemain penting yang bisa memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen kopi berkualitas tinggi nomor satu di dunia. Berbeda dengan pemain lain, kami tidak melihat kopi sebagai tren minuman yang hanya bersifat sementara, namun sebagai sebuah komoditas penting yang bisa mendorong ekonomi domestik dan bisa dinikmati sebagai gaya hidup masyarakat Indonesia untuk jangka panjang,” lanjut Elisa Suteja Co-Founder Fore Coffee.
Gunakan strategi O2O, Fore Coffee mengintegrasikan teknologi seperti aplikasi mobile dengan kehadiran toko ritel. Aplikasi dibuat untuk memudahkan pelanggan dalam mendapatkan produk yang diinginkan. Di sisi outlet, Fore Coffee mendesain beberapa kedai hanya untuk melayani pemesanan secara online saja. Saat ini pihaknya telah mengoperasikan 16 outlet di berbagai lokasi di Jakarta.
Menanggapi investasi ini, Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengatakan, Fore Coffee merupakan persilangan hipotesis antara industri kopi dan ekonomi digital Indonesia. Pihaknya terus berusaha untuk memperbaiki rantai industri kopi melalui konteks ekonomi digital masa kini.
“Fore Coffee adalah UKM baru yang tidak bisa eksis di Indonesia beberapa tahun lalu. Namun sekarang, ekosistem digital yang telah berkembang di Indonesia membuat UKM seperti Fore Coffee mendapatkan momentum. Fore Coffee adalah sebuah model ‘UKM Super’, sebuah UKM yang berhasil memanfaatkan teknologi dan ekosistem digital. Bila kami bisa melakukannya, UKM lain tentu juga bisa,” ungkap Willson.
STEVY WIDIA
Discussion about this post