youngster.id - Industri pariwisata Indonesia menunjukkan performa yang menggembirakan sepanjang tahun 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hingga Oktober 2025 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 12,76 juta orang, meningkat lebih dari 10% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Bagaimana proyeksi pariwsiata tahun 2026 ?
Menjawab momentum tersebut, Kementerian Pariwisata bersama Bappenas dan Bank Indonesia telah merilis Indonesia Tourism Outlook 2025/2026 sebagai panduan strategis sektor pariwisata nasional.
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenpar, Martini M. Paham mengungkapkan, laporan ini tidak hanya berisi proyeksi angka, tetapi juga mengidentifikasi tren utama dan isu strategis yang harus diantisipasi demi pertumbuhan berkelanjutan.
Laporan itu mengungkapkan, generasi milenial dan Gen Z sebagai wisatawan digital-native yang mendorong munculnya berbagai tren pariwisata baru di Indonesia pada tahun 2026.
“Wisatawan generasi milenial dan Gen Z, yang akrab dengan teknologi digital, diperkirakan menjadi penggerak utama industri dengan “digital-native journey”, mereka mencari pengalaman yang lebih personal, efisien, dan imersif. Teknologi seperti AI, IoT, AR, dan VR diperkirakan makin banyak dipakai untuk menciptakan pengalaman perjalanan baru yang menarik,” ungkapnya dikutip Rabu (31/12/2025).
Di sisi lain, pola perjalanan wisatawan domestik saat ini menunjukkan preferensi kuat terhadap quality time bersama keluarga dan pengalaman singkat yang bermakna (micro-vacations). Tren tersebut memicu pertumbuhan perjalanan singkat yang intens sepanjang akhir pekan atau libur nasional, bukan sekadar pergerakan jarak jauh.
Diproyeksikan pula, industri pariwisata Indonesia tidak hanya fokus pada jumlah kunjungan, tetapi juga pada nilai ekonomi dan kualitas pengalaman wisatawan. Hal ini sejalan dengan target pemerintah melalui dokumen perencanaan jangka menengah yang menempatkan sektor pariwisata sebagai salah satu pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
“Beberapa strategi yang tengah ditempuh antara lain pengembangan destinasi prioritas, peningkatan promosi internasional, serta kolaborasi antar lembaga pemerintah dengan sektor swasta untuk memperkuat daya tarik wisata Indonesia secara global,” ungkapnya.
Perubahan pola permintaan wisatawan juga memaksa pelaku industri dan destinasi lokal untuk menyesuaikan diri, bukan hanya dari sisi layanan, melainkan aspek keberlanjutan dan konservasi. Fokus pada quality tourism berarti menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian sumber daya budaya serta lingkungan.
Seiring meningkatnya minat global terhadap pengalaman yang otentik, tujuan wisata Indonesia seperti Bali, Yogyakarta, dan berbagai desa wisata semakin dilirik sebagai destinasi yang tidak hanya menonjolkan keindahan alam tetapi juga nilai budaya lokal yang kental.
Memasuki 2026, kombinasi antara data pertumbuhan wisatawan, dokumen outlook strategis, dan tren perilaku konsumen memberi sinyal bahwa pariwisata Indonesia berada di jalur yang tepat: lebih kuat, lebih cerdas, dan lebih relevan dengan kebutuhan wisata modern. Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan sinergi berbagai pihak, sektor ini diperkirakan tidak hanya menjadi sumber devisa besar bagi negara, tetapi juga pendorong kesejahteraan komunitas lokal di seluruh nusantara.
STEVY WIDIA



















Discussion about this post