Giorrando Grissandy : Bantu Pelaku Usaha Dalam Pemasaran Digital

Giorrando Grissandy, Founder & CEO Garis Temu (Foto: Dok. Pribadi)

youngster.id - Pandemi Covid-19 memicu masyarakat mengalami perubahan yang cenderung bergeser dari offline ke online. Hal ini juga mendorong perubahan perilaku konsumen dalam memilih produk atau brand. Untuk itu peran pemasaran digital semakin dibutuhkan.

Penetrasi pengguna internet di Indonesia terus meningkat. Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) periode 2019-kuartal II/2020 mencatat, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 23,5 juta atau 8,9% dibandingkan pada 2018 lalu

Tentunya, angka yang fantastis ini harus menjadi indikator bagi pelaku bisnis untuk melakukan pendekatan secara digital pada bisnis, produk dan jasanya. Untuk itu, dibutuhkan pendekatan baru dan pemahaman perilaku yang berbeda terhadap pelanggan, termasuk dengan cara branding yang kuat yang dibangun di atas komunitas yang kuat. Disinilah peran dunia marketing sebagai ujung tombak dari keberhasilan suatu perusahaan.

Dengan kata lain, keberhasilan bisnis perusahaan tergantung dengan bagaimana bidang pemasarannya memainkan peranannya dengan semaksimal mungkin. Peluang tersebut mendorong Giorrando Grissandy membangun Garis Temu, startup yang bergerak di bidang pemasaran kreatif sejak Agustus 2018. Melalui layanan Garis Temu, para pemilik usaha dapat mengembangkan produknya secara luas melalui kampanye digital.

“Kami percaya bahwa memanusiakan sebuah brand adalah kunci untuk mencapai terobosan, otentik, kejujuran yang beresonansi dan melekat dengan target masyarakat. Untuk itu kami menawarkan solusi yang dapat membantu brand naik level dan terus berada di atas,” kata Giorrando, Founder dan CEO Garis Temu kepada youngster.id.

Pemasaran di era modern ini memang sangat beragam. Yang tengah digandrungi adalah pemasaran yang unik dan kekinian yang mempromosikan produk atau jasa melalui media sosial. Menurut pria yang akrab disapa Gior ini, Garis Temu sebagai agency creative marketing (kreatif pemasaran) menghadirkan berbagai inovasi dan kreasi dalam memasarkan barang atau jasa melalui media sosial.

“Sebagai agensi media sosial, Garis Temu percaya bahwa hanya ada satu cara yang benar untuk melakukan permainan media sosial, yaitu bersosialisasi, berinteraksi, dan terlibat dengan pengikut kami,” jelasnya.

Menurut Gior, kreativitas dalam bidang marketing akan membantu para konsumen untuk terhindar dari rasa bosan atau kejenuhan dari produk dan layanan jasa yang kita tawarkan kepada mereka. Selain itu, kreativitas di dalam dunia marketing juga bermanfaat agar ranking perusahaan tetap berada di urutan pertama dibandingkan perusahaan kompetitor lainnya.Apalagi pelanggan di era modern seperti sekarang ini sangat hebat dan selektif dalam memilih produk atau layanan jasa yang mereka inginkan. Terlebih lagi ada begitu banyak opsi yang bisa dipilih oleh konsumen, sehingga mereka bebas dalam menentukan pilihannya.

 

Otodidak

Gior mengungkapkan, dia terbilang nekad saat membangun usaha rintisan ini. Sebelumnya lulusan Desaign Product Universitas Pelita Harapan ini sudah pernah menjajal 8 model bisnis. Namun dia kemudian “kepincut” dengan dunia marketing dan agensi. Meski merasa tak memiliki bekal dalam hal visual, desain grafis maupun fotografi, Gior merasa tertantang.

“Jadi ketika membuka usaha ini saya nggak pernah memahami tentang visual, design, dan fotografi. Padahal dunia saat ini sudah mengarak ke arah itu. Akhirnya saya pikir untuk terus belajar dan selalu memncoba untuk memahami setiap hal yang berkaitan pada bidang ini,” tuturnya.

Jadi bisa dibilang Gior belajar secara otodidak. “Kami membangun agensi ini dengan gaya kami sendiri, nggak branchmark ataupun insipirasi dari siapa. Bisa dibilang semua dicoba. Kalau salah kemudian diomelin klien, kami coba lagi sampai pada akhirnya seperti sekarang,” ceritanya.

Keunikan dari Garis Temu, agensi ini memiliki brand. Ini yang menjadi keunggulannya. “Kalau local agency bisa menumbuhkan 200 followers. Tetapi kalau Garis Temu sampai dengan per hari ini followernya sudah mencapai 29 ribu followers kami di Instagram. Dan biasanya, kalau ada klien, kami bersedia juga untuk mengelola Instagram dan menambah jumlah followers,” tambahnya.

Saat ini sejumlah klien yang mereka tangani terus berjalan karena layanan sosial media manajemen yang terjalin. Gior mengungkapkan Garis Temu kini menangani 100 klien dengan biaya sebesar Rp 22 juta untuk setiap proyek yang menggunakan jasa marketing dan agensi.

“Keuntungan buat klien, ketika menggunakan Garis Temu, mereka bisa fokus kepada internal medianya. Sedangkan Garis Temu fokus kepada marketing dan sosial medianya,” ujarnya.

 

Menurut Gior, kini Garis Temu menangani 100 klien dengan biaya sebesar Rp 22 juta untuk setiap proyek yang menggunakan jasa marketing dan agensi. (Foto: Dok. Prinadi)

 

Strategi Kampanye

Gior mengungkapkan, Garis Temu memiliki strategi dalam membuat kampanye bagi setiap klien. Pertama, pelaku bisnis harus mengetahui ciri khas dan spesialisasi produknya yang ditawarkan di pasar.

“Aspek ini seringkali dilupakan. Pemasar hanya memperhatikan hal-hal yang viral, tapi tidak melihat peluang di balik fenomena viral,” ucap Gior.

Tidak jarang, pemilik produk justru meniru kampanye orang lain. Padahal, hal tersebut berbahaya mengingat kampanye dilakukan agar produk menempel pada konsumen. “Saat meniru strategi marketing, bukannya merek Anda yang diingat, melainkan kompetitor,”tegasnya.

Kedua, pastikan pelaku bisnis juga mengenali target pasar. Dengan memahami hal ini, kampanye dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan dan minat konsumen. Pengenalan target pasar dalam bisnis bisa menjadi bahan komunikasi yang relevan dengan konsumen.

Ketiga, aspek terakhir yang dapat mendukung produk dari Garis Temu adalah pelaku usaha harus mengetahu cara berkomunikasi dengan target pasar mereka. “Sekarang, komunikasi jauh lebih mudah. Kehadiran media sosial sangat membantu mereka dalam membangun relasi dengan pembeli,” imbuhnya.

Dengan begitu, merek produk dengan strategi komunikasi yang baik akan bisa bersikap relevan dengan lingkungan bisnis yang biasa digunakan. Lebih dari itu, komunikasi yang baik bisa mempererat hubungan antara penjual dan pembali. Begitu pula dengan pemanfaatan model atau brand ammbassador, sehingga pesan yang dikandung grup lebih tersampaikan.

“Strategi marketing yang tengah tren adalah story telling. Sebenarnya selama ini sudah banyak produk yang memanfaatkan kehidupan sehari-hari sebagai materi kampanyenya,” ungkap penggemar sepak bola itu.

Dengan strategi itu, Gior tidak khawatir dengan peta persaingan usaha yang semakin ketat. “Saya nggak mau terlalu pusing dengan adanya persaingan usaha. Kenapa, karena Indonesia dunia bisnisnya akan terus maju dan akan banyak bisnis baru yang muncul. Jadi saya yakin yang namanya kekurangan klien itu hal yang nggak mungkin,” katanya.

Bahkan, dengan melihat pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia, dia menilai akan banyak pekerjaan bagi marketing agency seperti Garis Temu. “Kami juga nggak bisa nampung job dari brand UKM yang ada di seluruh Indonesia. Tangan kami tidak akan cukup untuk menampung semuanya dan bisnis ini pasarnya masih sangat luas,” ungkap Gior lagi.

Saat ini, Gior dan tim sedang mempersiapkan rencana pengembangan bisnis bagi Garis Temu sebagai perusahaan ‘One Stop Solution’. Hal ini untuk mendukung jika ada klien yang memiliki usaha dan ingin memperluas wilayah usahanya melalui digital.

Di sisi lain, Garis Temu juga bermaksud untuk membantu memajukan para pelaku bisnis UKM melalui sebuah webstore. “Kami berencana bikin single page webstore yang bisa langsung di pakai oleh para pelaku UKM dengan harga yang terjangkau,” ucap Gior.

Semua itu ditujukan bagi pasar Indonesia. “Kami masih akan fokus untuk pasar di Indonesia yang masih sangat luas dan belum banyak yang tersentuh,” pungkasnya.

 

====================

Giorrando Grissandy

====================

 

FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia

Exit mobile version