youngster.id - Total nilai barang dagangan kotor atau gross merchandise value (GMV) dari 8 platform ecommerce terkemuka di Asia Tenggara naik 15% dari tahun 2022 menjadi US$114,6 miliar pada tahun 2023.
Hal itu terungkap dari laporan yang dirilis Perusahaan ventura Momentum Works, bertajuk “Ecommerce in Southeast Asia 2024”. Menurut laporan ini, Indonesia masih menjadi pasar ecommerce terbesar dengan kontribusi sebesar 46,9% terhadap GMV di kawasan ini. Tetapi, tingkat pertumbuhannya sebesar 3,7% merupakan yang paling rendah di kawasan ini.
Sementara itu, Vietnam dan Thailand merupakan pasar ecommerce dengan pertumbuhan tercepat, dengan peningkatan GMV masing-masing sebesar 52,9% dan 34,1% YoY. Vietnam juga menyalip Filipina sebagai pasar ecommerce terbesar ke-3 di kawasan ini.
Jianggan Li, Founder dan Chief Executive Officer Momentum Works mengatakan, lanskap persaingan ecommerce di Asia Tenggara tetap dinamis dan terus bertransformasi.
“Dengan pasar seperti Vietnam dan Thailand yang menunjukkan pertumbuhan luar biasa dan platform seperti TikTok Shop berkembang pesat, jelas bahwa inovasi dan adaptasi adalah kunci keberhasilan di wilayah ini,” kata Li, seperti dilansir TN Global, dikutip Rabu (17/7/2024).
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa Shopee mencapai GMV senilai US$55,1 miliar pada tahun 2023, mempertahankan 48% pangsa pasarnya. Lazada dan Tokopedia masing-masing menghasilkan US$18,8 miliar dan US$16,3 miliar.
TikTok Shop meningkatkan GMV tahunannya hampir empat kali lipat menjadi US$16,3 miliar. Setelah mengambil alih Tokopedia, TikTok Shop menjadi platform ecommerce terbesar ke-2 di Asia Tenggara.
TikTok Shop juga meningkatkan jumlah karyawannya sebanyak empat kali lipat sejak Desember 2021 menjadi lebih dari 8.000 karyawan, sementara Shopee, Lazada, dan Tokopedia semuanya mengurangi jumlah karyawan antara tahun 2022 dan 2024.
Laporan ini juga mengidentifikasi empat tren utama dalam industri ecommerce di Asia Tenggara, termasuk perdagangan langsung (live commerce) yang memimpin penjualan langsung (key opinion leader/KOL) di Vietnam, Thailand, dan Indonesia yang telah mencapai penjualan jutaan dolar dalam satu sesi langsung.
Sementara itu, platform di kawasan ini mulai mengadopsi aplikasi AI generatif, terutama dalam hal pengalaman pengguna dan efisiensi operasional.
Penelitian ini juga menemukan bahwa menghadapi keterbatasan pasar yang kecil dan berkurangnya pangsa pasar merek di platform, banyak pendukung (enabler) mulai memperluas model bisnis mereka. Hal ini juga menyoroti bahwa pemain pihak ketiga menghadapi tekanan dari platform yang melakukan pengiriman paket.
“Penerapan AI generatif dan evolusi live e-commerce telah mengubah industri ini, dan kami sangat antusias melihat tren ini mendorong pertumbuhan berkelanjutan dan peluang bisnis di Asia Tenggara,” tutup Li. (*AMBS)
Discussion about this post