youngster.id - Layanan pembayaran digital kini telah menjadi sarana baru bagi masyarakat Asia tenggara. Riset yang dilakukan Google dan Temasek bertajuk ‘e-Conomy SEA 2018’ itu, adopsi layanan pembayaran digital di Indonesia sudah mencapai angka 46%. Artinya, 1 dari 2 pengguna internet telah bertransaksi secara digital.
“Penggunaan internet mobile yang tinggi di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia memudahkan adopsi pembayaran digital,” kata Randy Jusuf Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf, dalam keterangannya, Rabu (28/11/2018).
Ia menyatakan, layanan pembayaran digital memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi beberapa tahun ke depan. Apalagi, metode pembayaran digital juga sudah diterima di berbagai merchant offline.
“Digital payment akan terus tumbuh, banyak sekarang sudah beralih ke elektronik. Banyak penawaran produk yang terintegrasi dengan pembayaran offline, seperti penggunaan fitur QR code di merchant-merchant,” kata Randy lagi.
Beberapa penyedia pembayaran digital yang cukup populer di Indonesia, di antaranya adalah Go-Pay, Ovo, Dana, TCash, dan sebagainya. Seolah tak mau kalah, perbankan pun meluncurkan beberapa fitur uang elektronik seperti Mandiri e-cash, BCA Sakuku.
Berdasarkan riset Google dan Temasek, jumlah pengguna internet di kawasan Asia Tenggara tahun 2018 mencapai 350 juta dan 150 juta di antaranya berasal dari Indonesia. Sementara penetrasi internet mobile atau pengguna internet pada perangkat mobile mencapai 90% di Asia Tenggara.
Riset itu juga menyebutkan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai US$ 100 miliar atau sekitar Rp 1.453 triliun. Rinciannya, dari sektor e-commerce sebesar US$ 53 miliar dan sektor online travel sebesar US$ 25 miliar.
Kemudian dua sektor lainnya, yakni sektor transportasi online dan pengiriman makanan akan menyumbang transaksi sebesar US$ 14 miliar, serta US$ 8 miliar dari online media, yang terdiri dari layanan streaming video dan musik.
STEVY WIDIA
Discussion about this post