youngster.id - Perkembangan mobilitas di Asia Tenggara diperkirakan akan menuju model teledriver atau pengemudi dengan kendali jarak jauh. Hal ini mendorong Grab Holdings Limited menginvestasikan US$ 60 juta atau Rp 1 triliun di startup Vay Technology GmbH yang memiliki teknologi mengemudi jarak jauh.
CEO Grab Anthony Tan menjelaskan, masa depan mobilitas di Asia Tenggara akan mengandalkan model hibrida yang memadukan keahlian mitra pengemudi dengan kendaraan otonom dan layanan mengemudi jarak jauh.
“Investasi awal ini akan mempercepat pengembangan teknologi mengemudi jarak jauh Vay sekaligus menciptakan sinergi teknis dan operasional yang bernilai bagi strategi mobilitas jangka panjang Grab,” kata Anthony yang dilansir laman resmi Grab.
Investasi ini memungkinkan Grab memiliki kepemilikan minoritas di perusahaan asal Jerman itu. Grab berencana menambah investasinya hingga US$ 350 juta dalam satu tahun pertama jika Vay mencapai target. Yaitu itu mencakup pendapatan konsumen, perluasan layanan di kota-kota Amerika Serikat, standar teknologi dan keselamatan, serta persetujuan regulasi untuk beroperasi di kota-kota tambahan di AS.
Grab juga berencana memanfaatkan pengalaman dalam manajemen armada, pengembangan produk, dan strategi pemasaran untuk mendukung ekspansi Vay di AS. Selain itu, data mengemudi yang dikumpulkan Vay disebut berpotensi mempercepat pelatihan model AI untuk meningkatkan kemampuan kendaraan otonom Grab. Saat ini layanan Grab hadir di lebih dari 800 kota di 8 negara Asia Tenggara.
Sementara itu, CEO Vay Thomas von der Ohe mengatakan, pihaknya berencana menghadirkan puluhan ribu kendaraan listrik berbagi dan tanpa pengemudi dalam beberapa tahun ke depan.
“Grab merupakan mitra ideal karena visi kami sejalan dalam mengurangi kepemilikan mobil pribadi melalui layanan kendaraan bersama yang on-demand,” kata dia.
Vay menawarkan layanan unik melalui aplikasi mobile-nya, pelanggan dapat memesan kendaraan listrik yang dikemudikan jarak jauh oleh “teledriver.” Saat kendaraan tiba, pengemudi jarak jauh melepaskan kendali, dan pelanggan dapat mengendarainya sendiri.
Setelah perjalanan selesai, pengemudi jarak jauh kembali mengambil alih, sehingga pelanggan tidak perlu repot mencari parkir. Model ini memungkinkan pengemudi jarak jauh melayani lebih banyak perjalanan per jam dengan biaya layanan yang lebih rendah dibandingkan layanan ride-hailing konvensional.
STEVY WIDIA
















Discussion about this post