Hamzah Izzulhaq : Jadi Pengusaha itu Tidak Sulit

Hamzah Izzulhaq, CEO & Founder PT Hamasa Indonesia (Foto: Dok. Pribadi/Youngster.id)

youngster.id - Membangun cita-cita jadi pengusaha sukses tidak harus menunggu tua. Banyak orang yang sukses di usia muda, berkat wirausaha. Belum cukup umur, pengetahuan dan pengalaman bukan penghalang. Memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin.

Banyak orang beranggapan bahwa kesuksesan itu baru dimulai di usai 40 tahun. Alasannya, masih muda, masih belum berpengalaman, keinginan tidak realistis dan sangat sulit dicapai. Pemikiran itu ternyata salah. Hal itu dibuktikan oleh Hamzah Izzulhaq.

Pemuda kelahiran Jakarta, 26 April 1993 ini adalah direktur utama PT Hamasa Indonesia. Bisnis ini dibangun Hamzah ketika dia masih berusia 19 tahun.

“Membuat usaha itu tidaklah menakutkan seperti yang dipikirkan banyak anak muda. Saya menghancurkan mental blocking itu,” ungkap Hamzah kepada Youngster.id.

Dia memulai membangun perusahaan lewat bisnis waralaba bimbingan belajar (bimbel) Bintang Solusi Mandiri di tahun 2011. Dari satu tempat, kini bimbel tersebut telah memiliki lima cabang dengan omzet mencapa Rp 360 juta per semester. Tak berhenti sampai di sana, dia juga sukses mengembangkan usaha kerajinan sofa bed bermerek Pikanto. Dan di akhir tahun 2015, Hamzah semakin melebarkan sayap dengan mengembangkan bisnis properti di sejumlah kota-kota kecil di Jawa Barat.

 

Tidak Gengsi

Semua itu didapat dari usaha sendiri. Bahkan, Hamzah berangkat dari keluarga berlatar belakang akademisi, sang ayah seorang dosen sedang ibunya guru. “Sebelumnya, tak ada satupun keluaga saya yang terjun ke dunia bisnis,” ujarnya tersenyum.

Menariknya, jiwa kewirausahaan Hamzah sudah terbangun sejak kecil. “Waktu SD saya sudah mulai jualan. Tujuannya waktu itu cuma buat tambahan uang jajan aja. Saya masih ingat betul waktu kelas 3 SD saya sempat jualan petasan, kelereng, gambaran, ojek payung, dan sempat ngamen juga,” kenangnya.

Dia merasa tidak malu dengan apa yang dia lakukan. Padahal orang tuanya tidak pernah kekurangan materi, apalagi uang jajan untuk dia. “Kalau saya pikir anak zaman sekarang juga nggak gengsi kok, karena sekarang kewirausahaan bukan masalah butuh uang atau nggak, tapi juga sudah menjadi gaya hidup. Anak orang kaya sekarang banyak juga yang jualan online,” ucapnya.

Naluri bisnis juga terasah Hamzah sejak SMP. Hobi dia bermain game online ternyata membuahkan nilai rupiah juga. Pasalnya, dia sering meraih level paling tinggi dalam suatu permainan game. Ketika dia sudah meraih level game tertinggi, maka dia jual akunnya kepada rekan atau lawan permainannya secara online. Dari hobi tersebut dia pernah menjual level atau untuk satu akun gamenya senilai Rp 1,2 juta.

Hamzah mengaku hanya sempat ada rasa malu ketika SMA, karena ada gadis yang dia sukai. Tapi hal itu kalah oleh ketertarikan berwirausaha. “Saya punya filosofi bahwa jangan gedein gengsi kalau kita mau hidup bergengsi. Tapi kalau kita gengsi, maka kehidupan kita nggak akan bergengsi,” ujarnya.

Motivasi itu dia dapat dari buku-buku pengusaha sukses yang dibacanya. Hamzah mengaku terinspirasi pada Bob Sadino dan Walt Disney. “Saya lihat ternyata orang-orang sukses pun juga pasti gagal dulu awalnya. Jadi itu yang membuat kita nggak merasa sendirian. Bahkan, dia lebih sadis lagi, lebih di bawah lagi,” ungkapnya.

Semua kegiatan bisnis itu diakui Hamzah tidak mengganggu kegiatan belajarnya. “Pembagian waktunya pulang sekolah saya itu nggak langsung pulang, ngerjain PR dulu di kelas. Setelah selesai bisa mikirin usaha yang lain. Kalau main, dulu saya memang nggak kepikiran main, tapi nggak kuper juga. SMA saya sering ikut lomba. Saya pernah wakilin Jakarta dalam olimpiade sains,” kisah alumnus SMA 21 Jakarta Timur itu.

 

Hamzah Izzulhaq berani mengembangkan bisnis pada usia sangat muda (Foto: Dok. Pribadi/Youngsters.id)
Hamzah Izzulhaq berani mengembangkan bisnis pada usia sangat muda (Foto: Dok. Pribadi/Youngsters.id)

 

Motivasi Dari Buku

Kewirausahaan semakin serius ditekuni semasa SMA. Kala itu, dia melihat peluang usaha buku-buku pelajaran. Hamzah lalu melobi pamannya yang kebetulan bekerja di sebuah toko buku besar di jakarta untuk menjadi distributor dengan diskon sebesar 30% per buku. Buku itu kemudian dia jual ke teman-teman dan kakak kelasnya. Setrategi yang dia lakukan adalah dengan memberikan diskon kepada mereka 10%, sehingga dari usahanya tersebut Hamzah mendapatkan keuntungan 20% dari setiap buku yang berhasil dia jual dan jika dikalkulasi pendapatannya selama 1 semester adalah Rp950.000.

Dari uang hasil tabungannya, Hamzah mengembangkan usaha dengan membuka usaha konter pulsa. “Modalnya nekad saja. Kalau kita pingin sukses pasti ada resikonya,” ujar Hamzah. Sayang, usaha tersebut hanya bertahan tiga bulan. Pasalnya, teman yang menjalankan operasional malah menyelewengkan tanggung jawab.

Namun pemuda yang kala itu duduk di bangku kelas 2 SMA tidak kapok berusaha.  Dari sisa tabungannya Hamzah menggunakannya untuk jualan pulsa lagi dan membeli alat pembuat pin. Ternyata dia kembali mengalami kerugian dari usahanya tersebut. Karena dia tidak menguasai teknik dalam pembuatan pin, sehingga produksinya banyak yang gagal dan ayahnya marah besar.

Hamzah tidak putus asa dan kembali lagi merenungi kesalahannya. Menurut dia, jatuh bangun dalam berwirausaha itu tidak pernah membuat dia tertekan. Malah memotivasi dirinya untuk maju dan berkembang. Itu dia pelajari dari membaca biografi pengusaha-pengusaha besar. “Saya lihat ternyata orang-orang sukses pun juga pasti gagal dulu awalnya. Jadi itu yang membuat kita nggak merasa sendirian. Bahkan, dia lebih sadis lagi, lebih di bawah lagi. Dulu saya lebih banyak memotivasi diri saya sendiri. Saya baca buku detail, sampai tahun berapa Walt Disney bangkrut, lalu tahun berapa bangkitnya saya hafalin betul-betul. Jadi orang yang sukses itu saat gagal bangkit lagi, dan terus bangkit sampai mimpinya tercapai. Tapi kalau orang tidak sukses itu biasanya ketika gagal, dia jadi galau, dan nggak mau nyoba lagi,” jelasnya.

Hamzah mulai lagi dengan berjualan snack-snack roti yang memberi keuntungan. Dari sana dia kembali menangkap peluang bisnis di usaha bimbingan belajar (bimbel). Menurut Hamzah, ide itu didapat saat mengikuti komunitas bisnis pelajar bertajuk Community of Motivator and Entrepreneur (COME). Hamzah bertemu dengan mitra bisnisnya yang menawari usaha waralaba bimbel bernama Bintang Solusi Mandiri.

Hamzah lalu diberi prospektus dan laporan keuangan salah satu cabang bimbel di lokasi Johar Baru, Jakarta Pusat, yang kebetulan ingin di-take over dengan harga jual sebesar Rp175 juta. Hamzah tertarik dan kembali melobi sang ayah untuk meminjam uang sebagai tambahan modal bisnisnya. Hamzah menggabungkan tabungannya sebesar Rp 5 juta dan pinjaman Rp70 juta dari sang ayah.  Ia lalu melobi rekannya untuk membayar Rp75 juta dulu dan sisanya yang Rp100 juta dicicil dari keuntungan tiap semester, dan itu dipenuhi.

Di bisnis bimbel ini peruntungan Hamzah tiba. Dari franchise bimbel itu, bisnis Hamzah berkembang pesat. Keuntungan demi keuntungan selalu diputarnya untuk membuat bisnisnya lebih maju lagi. Kini, Hamzah telah memiliki 5 lisensi waralaba bimbel dengan jumlah siswa di atas 200 orang tiap semester. Total omzet yang diperolehnya sebesar Rp360 juta/semester dengan net profit sekitar Rp180 juta/semester.

Hamzah memang tidak pernah berhenti mencari tantangan. Ketika merasa bisnis bimbelnya sudah mulai stabil dan bisa didelegasikan. Hamzah melirik bisnis sofabed di daerah Tangerang. Sebuah perusahaan sofabed yang sudah jalan tiga bulan dia beli dan dia kembangkan. Perkembangannya yang cukup pesat membuat Hamzah bisa mengantongi omzet Rp 160 juta per bulan.

“Bagi saya berwirausaha itu menyenangkan. Penuh tantangan memang, tetapi menarik. Bahkan jauh lebih mudah daripada urusan percintaan saya,” ucapnya sambil tertawa.

Untuk memperkuat bisninya, dia pun mengubah badah usaha miliknya dari CV ke PT Hamasa Indonesia pada tahun 2015.

Dengan sukses ini membuat Hamzah memutuskan untuk kembali ke bangku kuliah yang ditinggalkan karena fokus berbisnis. Saat ini dia kuliah semester 2 di Fakultas Ekonomi Universitas Dharmapersada. “Desakan dari ibu saya, agar saya berkuliah. Agar ilmu saya dalam berbisnis lebih banyak lagi,” ujarnya. Dia mengakui perlu belajar banyak terkait manajemen usaha. Termasuk untuk menangani 70 orang karyawan. Itupun kuliah yang diambil adalah kelas pekerja, mengingat kesibukannya yang padat.

Pasalnya di akhir tahun 2015, Hamzah kembali mengembangkan usaha di bisnis properti. Dia membuka perumahan selaus 3.500 meter persegi bernama Tasik Asri Village di Tasikmalaya, Jawa Barat. Rencananya usaha ini juga akan dibangun di Garut dan Bandung.

“Saya tidak ingin berpuas diri dengan apa yang sudah ada. Tidak mau sampai begitu saja. Ambisi dan mimpi saya masih banyak untuk dikejar dan dikembangkan menjadi lebih baik lagi,” pungkasnya.

 

==================================

Hamzah IzzulHaq

 

Tempat, Tanggal Lahir: Jakarta, 26 April 1993

Perusahaan  : PT Hamasa Indonesia

Bisnis :

Modal : Rp 75 juta

Omzet : Rp 760 juta/bulan

Karyawan : 70 orang

===================================

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version