youngster.id - Indigo.id melakukan sejumlah inisiatif strategis untuk mengikis jarak antara industri dengan perguruan tinggi. Antara lain, memberikan sarana magang, sharing knowledge, hingga sinergi seminar akademik teknologi kekinian.
Demikian disampaikan Ery Punta Hendraswara, Managing Director Indigo.id dalam sesi diskusi panel Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE), Region 10 Flagship Conference (TENCON 2017) di St. Giles Premier Hotel, Penang, Malaysia, 5-8 November 2017 lalu.
“Kami di Indigo.id juga berikan kesempatan magang bagi mahasiswa dengan durasi enam bulan hingga 1 tahun. Tak ketinggalan, kerjasama intensif dengan Telkom University menyelenggarakan seminar dan eksibisi teknologi yang memaparkan teknologi dan hasil riset mutakhir,” katanya dalam keterangan pers, Selasa (14/11/2017). Dalam acara tersebut Ery tampil bersama Karen Bartleson, President & CEO IEEE.
Melalui sesi diskusi utama berjudul Bridging The Gap between Industry and Academy, Ery juga memaparkan kiprah Indigo.id terhadap bangsa Indonesia secara umumnya. Yakni inkubasi, akselerasi, sekaligus menaungi digital startup di Tanah Air.
“Termasuk memberikan pendanaan kepada digital startup, karena kami melihat mereka bukan sekedar mitra, namun juga inovasi bisnis yang inspiratif. Selain itu, untuk mendigitalisasi Indonesia, jelas perlu kolaborasi antara perusahaan, startup, perguruan tinggi, komunitas, hingga media massa,” tambahnya.
Pada kesempatan itu Ery juga mengungkapkan, medium berbagi pengetahuan dilakukan dengan membuka laboratorium digital start up miliknya, Telkom Digital Valley dan Telkom Digital Innovation Lab, untuk terbuka dikunjungi pelbagai perguruan tinggi di tanah air. Bahkan di beberapa kampus ternama, seperti di Universitas Padjadjaran kampus Bandung, Indigo.id mengoperasikan bersama pusat kreativitas digital bagi generasi muda bertajuk Digital Lounge (DiLo).
Secara kumulatif, fasilitas yang bisa dimanfaatkan gratis ini tersedia di berbagai kota di Indonesia sebanyak 20 lokasi pada 12 kota di Indonesia dengan anggota komunitas sedikitnya 10.447 member.
Anggota Digital Valley sendiri tak kalah signifikan, misalnya di Bandung Digital Valley sedikitnya ada 3.421 member, Jogya Digital Valley 4.122 member, serta Jakarta Digital Valley 1.179 member.
Pada kesempatan itu tampil juga Dr Nor Azmi Alias yakni Senior Vice President of Research Collaborative Research in Engineering, Science, and Technology (CREST). Menurut dia, kesenjangan industri dan akademik harus disatukan dengan kolaborasi antara industri, akademis, dan pemerintahan.
CREST, sambung dia, antara lain fokus dalam penelitian pengembangan, pengembangan sumber daya manusia, serta komersialisasi hasil riset. Lewat kolaborasi tersebut, maka pengembangan manufaktur perangkat elektronik cerdas bisa terus dilakukan.
Diskusi juga membahas cara lain mengelaborasi kampus dengan bisnis, yang secara natural keduanya berbeda orientasi. Kampus mengarah pada penemuan riset dan ilmu sementara bisnis menekankan pengembalian modal dari sebuah layanan komersial.
Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE), adalah organisasi internasional terkemuka beranggotakan akademisi dan insinyur bidang elektronika yang beranggotakan lebih dari 4000.000 member dari sekitar 150 negara.
Dalam acara kemarin, sedikitnya ada 579 presented paper dari peserta konferensi yang kala itu dihadiri Vincenzo Piuri (IEEE fellow and 2018 President Elect Candidate), Chuah Hein Teik (IEEE Fellow and UTAR President), dan Kukjin Chun (IEEE Region 10 Director).
STEVY WIDIA
Discussion about this post