youngster.id - Indonesia merupakan salah satu negara yang berkomitmen mendukung pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan 12.3, yang menargetkan pengurangan separuh food waste dan food loss di tahun 2030. Namun saat ini, Indonesia masih dinilai menjadi salah satu penghasil sampah sisa makanan atau Food Loss and Waste (FLW) terbesar di dunia, yang diperkirakan mencapai 300 kg/kapita/tahun.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI pada 2020 menyebutkan bahwa sampah makanan merupakan jenis sampah terbanyak yang timbul, yaitu sebesar 39,8% dari seluruh jenis sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia.
“Data ini menimbulkan ketimpangan dengan kondisi kekurangan pangan yang terjadi di masyarakat, dimana 8,34% penduduk Indonesia masih mengalami kekurangan pangan,” ungkap Anggi Pertiwi Putri Perencana Direktorat Lingkungan Hidup, Bappenas dalam webinar Pengelolaan Food Loss and Waste (FLW) untuk Memperkuat Ekonomi Sirkular dan Ketahanan Pangan Nasional yang digelar Waste4Change, Jumat (22/10).
Anggi memaparkan, berdasarkan data dari Global Food Security Index (GFSI), Indonesia menempati peringkat ke-65 dari 113 negara, yang bahkan menempati posisi di bawah negara ASEAN lainnya. Oleh karena itu, integrasi pengelolaan FLW masuk menjadi prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024 untuk poin nomor 6, Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim, khususnya untuk Pembangunan Rendah Karbon.
Kajian Food Loss and Waste Dalam Rangka Mendukung Penerapan Ekonomi Sirkular dan Pembangunan Rendah Karbon yang diinisiasi oleh Bappenas bekerja sama dengan Waste4Change, World Research Institute (WRI), didukung oleh UK-FCDO, merupakan salah satu upaya untuk mulai menerapkan strategi pengelolaan FLW. Hasil Kajian FLW yang diluncurkan pada Juni 2021 lalu ini juga dapat dijadikan pedoman bersama untuk mengurangi timbulan FLW di Indonesia.
Consulting Manager dan Team Leader FLW Study dari Waste4Change, Anissa Ratna Putri, memaparkan, pada 2000 – 2019, timbulan FLW Indonesia mencapai 115 – 184 kg/kapita/tahun, atau total timbulan sebanyak 23 – 48 juta ton/tahun.
“Dari sisi sektor dan jenis pangan, timbulan terbesar terjadi di tanaman pangan, kategori padi-padian sebanyak 44%. Sementara sektor pangan paling tidak efisien adalah tanaman hortikultura, tepatnya di kategori sayur-sayuran, sebanyak 62,8 % tidak efisien. Artinya lebih banyak sayur-sayuran yang terbuang daripada yang terkonsumsi,” papar Anissa.
Menurut dia, tanpa pengendalian, diestimasikan timbulan FLW Indonesia pada 2045 dapat mencapai 344 kg/kapita/tahun. Sementara dengan skenario strategi yang disusun, diestimasikan timbulan FLW pada 2045 dapat ditahan di 166 kg/kapita/tahun.
“Oleh karena itu, Waste4Change pun ikut memberi solusi FLW dengan melakukan pengelolaan sampah bertanggung jawab dengan pengomposan dan pengolahan menggunakan Black Soldier Fly,” demikian jelas Anissa.
STEVY WIDIA
Discussion about this post