youngster.id - Dibentuk dalam inisiatif Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 3.0, GoTo Impact Foundation dukung Lombok Eco Kriya bangun ekosistem pariwisata hijau. Inisiatif ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika lewat pengelolaan limbah, pelatihan dan lokakarya, serta perluasan akses pasar.
KEK Mandalika, sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas sejak 2019, berpotensi tinggi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Lombok Tengah. Ini tercermin dari proyeksi penyerapan 58.700 tenaga kerja pada tahun 2025, termasuk di sektor green tourism. Namun, meningkatnya aktivitas pariwisata yang tidak disertai dengan prinsip berkelanjutan, dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, penurunan kualitas hidup masyarakat, hingga penurunan daya tarik wisata.
Monica Oudang, Ketua GoTo Impact Foundation mengatakan, dari pengalaman mendukung 138 changemakers–yang terdiri dari startup, organisasi nirlaba, hingga akademisi–di enam wilayah Indonesia, transformasi terjadi saat masyarakat menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar penerima manfaat.
“Melalui CCE 3.0, kami mengedepankan prinsip kreasi bersama dengan menjadikan masyarakat lokal sebagai aktor utama sejak awal proses berinovasi, yaitu dari tahap ideasi dan eksperimentasi di Catalyst Changemakers Lab (CCLab),” ujar Monica, dikutip Sabtu (26/4/2025).
Lombok Eco Kriya ini dijalankan oleh gabungan organisasi Plana, Timba, dan Wise Steps Foundation, juga berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata Lombok Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Lombok Tengah, Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) NTB, Asosiasi Lintas Hidup Indonesia (AHLI) NTB, Politeknik Pariwisata Lombok, Karang Taruna Pujut, Bank Sampah Bintang Sejahtera, Bank Sampah Putri Nyale, Keep Kuta Clean, Unit Pengelola Sampah (UPS) Tumpak, Masyarakat Sadar Iklim Segala Anyar, dan Black Soldier Fly (BSF) Sengkol, desa-desa penyangga, dan industri pelayanan dan makanan di Mandalika.
“Inisiatif Lombok Eco Kriya sejalan dengan visi kami untuk menjadikan Lombok Tengah sebagai pusat inovasi pengelolaan sampah. Selain berpotensi memberikan dampak positif bagi lingkungan, inisiatif ini juga dapat mendorong perekonomian local,” jelas H. Lalu Pathul Bahri, S.I.P., M.A.P., Bupati Kabupaten Lombok Tengah.
Kolaborasi ini menghasilkan solusi berbasis ekonomi sirkular yang akan menggandeng masyarakat di 10 desa penyangga Kawasan Mandalika, lewat tiga strategi utama. Pertama, Pengelolaan Limbah: Mengolah limbah plastik dari TPS dan bank sampah menjadi Planawood dan decking, serta mengolah limbah non-organik pariwisata menjadi souvenir dan peralatan rumah tangga seperti kotak tisu, tempat peralatan makan, dan kap lampu. Proses ini didaulat untuk mengurangi limbah TPA dan pencemaran lingkungan.
Kedua, Pelatihan dan Lokakarya: Memberdayakan masyarakat, termasuk perajin, tukang kayu, dan para penjahit untuk memproduksi souvenir dan produk bernilai lainnya dari limbah. Dengan dukungan alat dan pendampingan yang tepat, hal ini dapat meningkatkan kapasitas masyarakat lokal.
Ketiga, Membuka Akses Pasar: Membangun sinergi dengan para mitra seperti hotel, restoran, dan pertokoan, untuk memperluas akses pasar produk lokal berbasis keberlanjutan. Dengan begitu, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian terutama di sektor pariwisata.
Joshua Christopher Chandra, Perwakilan Konsorsium Lombok Eco Kriya menjelaskan, dengan pendekatan Community-Based Business, pihaknya membekali masyarakat dengan keterampilan yang disesuaikan dengan potensi daerah.
Menurutnya, ditargetkan 80% peserta pelatihan mampu menciptakan produk bernilai ekonomi, dan jumlah masyarakat yang terlibat dalam aktivitas bisnis bisa meningkat 25%, sehingga dapat berkontribusi pada roda perekonomian daerah.
“Harapannya, Lombok Eco Kriya dapat menjadi ekosistem pariwisata hijau pertama di Pulau Lombok dengan melibatkan minimal 10 institusi di sektor pariwisata,” kata Joshua.
HENNI S.
Discussion about this post