Innovation Challenge 2022, Ajak Generasi Muda Temukan Cara Baru Atasi Permasalahan Masyarakat

Innovation Challenge 2022: Generasi Terampil.

Innovation Challenge 2022: Generasi Terampil gelar latihan untuk remaja Indonesia. (Foto: istimewa)

youngster.id - UNICEF Indonesia dan Yayasan Daya Kreasi Anak Bangsa (Markoding) menggelar Innovation Challenge 2022: Generasi Terampil.  Program ini dirancang sebagai respon dari penelitian UNICEF Indonesia dan mitra lainnya yang menemukan kesenjangan besar dalam pemecahan masalah, pemikiran kritis, dan keterampilan komunikasi remaja.

Sebanyak hampir 60 anak muda dari berbagai kota di Indonesia mendemonstrasikan solusi inovatif mereka untuk berbagai masalah yang dialami komunitas mereka di Innovation Challenge 2022: Demo Day Generasi Terampil.

Para peserta yang berusia antara 10 hingga 19 tahun, memamerkan inovasi yang mereka kembangkan dalam bentuk digital (aplikasi berbasis web, gim, dan aplikasi mobile) dan solusi non-digital untuk mengatasi berbagai masalah yang menjadi kepedulian mereka, termasuk pendidikan, kesehatan reproduksi, kesehatan mental, lingkungan, dan pariwisata.

“Setiap era memiliki tantangannya sendiri yang harus siap kita atasi jika kita menginginkan hasil terbaik bagi masyarakat dan negara,” kata Katheryn Bennett, Kepala Pendidikan UNICEF Indonesia dalam keterangan pers, Senin (24/10/2022).

Demo Day merupakan kegiatan penutup dari dari kegiatan pelatihan dan pendampingan untuk membantu membekali remaja dari sekolah menengah formal, sekolah kejuruan, sekolah agama dan pusat pembelajaran berbasis masyarakat dengan keterampilan abad ke-21 yang sangat penting bagi dunia kerja. Para peserta juga terlibat dalam serangkaian lokakarya persiapan karir.

“Membekali anak-anak dan remaja dengan keterampilan digital membantu mereka memecahkan masalah dengan teknologi mutakhir, dan memberikan pengalaman belajar yang interaktif serta menyenangkan. Ini adalah keterampilan penting yang dapat mereka gunakan untuk membantu menciptakan perubahan positif,” kata Bennett lagi.

Menurut dia, melalui serangkaian tantangan dan pendampingan intensif, para peserta mendiskusikan berbagai masalah sosial dan bekerja sama untuk memikirkan solusi inovatif melalui sarana digital dan non-digital. Tim terbaik maju ke bootcamp intensif di mana mereka mengubah ide mereka menjadi prototipe nyata, dan kemudian mendemonstrasikan solusi mereka di Demo Day.

Sejak tahun 2019, program ini telah menjangkau 12.693 remaja putri dan putra usia 10-19 tahun dari 296 sekolah yang tersebar di DKI Jakarta, Kota Semarang, dan Jawa Timur. Program ini juga melibatkan 1.214 guru pendamping remaja peserta untuk mengembangkan keterampilannya.

“Dari pelatihan keterampilan, kami mengetahui bahwa lebih dari 70 persen peserta yang mengikuti sejak awal dan berhasil mengikuti bootcamp adalah perempuan. Berlawanan dengan stigma, hal ini membuktikan bahwa ketika diberi akses dan kesempatan untuk mengembangkan diri, anak perempuan memiliki potensi yang sama dengan anak laki-laki untuk belajar dan mengembangkan keterampilan terkait inovasi dan teknologi,” kata Amanda Simandjuntak pendiri Markoding.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version