youngster.id - Di tengah meningkatnya ancaman perubahan iklim global, Indonesia berada di garis depan sebagai salah satu negara yang paling rentan terdampak. Bahkan, sektor pertanian yang menjadi tumpuan hidup jutaan masyarakat, kini menghadapi risiko besar, dari gagal panen akibat cuaca ekstrem hingga degradasi lahan dan ancaman terhadap ketahanan pangan nasional.
Masalah ini mendorong inisiatif proyek aksi iklim yang digerakkan sekelompok anak muda kreatif yang bergabung di Climate Agriculture Integration (CAI). Mereka memperkenalkan solusi berbasis teknologi yang akan membantu para petani dengan menggabungkan sistem irigasi tetes yang hemat air dan cold storage bertenaga surya untuk menjaga kesegaran hasil panen.
Gama Subarkah, ketua proyek aksi iklim CAI mengungkapkan, inovasi ini tak hanya menjawab kebutuhan pertanian adaptif terhadap iklim, tetapi juga memperkenalkan efisiensi energi yang berkelanjutan. Proyek ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu di Kabupaten Bandung Barat, salah satu pusat budidaya paprika sejak dekade 1990.
“Banyak petani paprika kewalahan menghadapi perubahan cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi dan mereka kerap mengalami kerugian karena hasil panen membusuk sebelum sempat dijual. Melalui penggunaan cold storage dan aplikasi PLTS, kami ingin memperpanjang umur simpan hasil panen sekaligus menekan limbah pangan.” Ungkapnya dikutip Kamis (19/6/2025).
Menurut Gama dengan panel surya diharapkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar fosil. Selain itu, sistem irigasi tetes membantu petani mengatur distribusi air secara presisi, sementara cold storage memperpanjang umur simpan paprika, mengurangi food loss secara signifikan.
Keberhasilan CAI tak lepas dari karakter para petani Pasirlangu yang adaptif terhadap teknologi baru. Mereka tak hanya menerima teknologi baru, tapi juga aktif mencari cara untuk memaksimalkan manfaatnya.
Proyek ini diharapkan dapat juga meningkatkan kapasitas dari petani dengan teknologi irigasi tetes air dan energi terbarukan. Lebih dari itu, proyek ini juga melibatkan kader PKK, petani perempuan, dan warga sekitar dalam pengolahan pascapanen—membuka peluang ekonomi baru serta memperkuat ketahanan pangan lokal dari level keluarga.
“Kami ingin membangun kesadaran dari ibu-ibu dan warga sekitar kebun untuk dapat memanfaatkan paprika sebagai pangan keluarga dan bisa menambah nilai ekonomi dengan mengelola paprika yang tidak terserap oleh pasar,” tambah Gama.
Inisiatif CAI merupakan salah satu buah dari Climate Skills Program, sebuah program pelatihan dan pemberdayaan anak muda yang digagas HSBC dan British Council dengan kesadaran bahwa generasi muda akan menjadi garda depan dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
Program ini bertujuan membekali generasi muda dengan keterampilan teknis, pola pikir kritis, dan pendekatan inovatif berbasis kearifan lokal untuk menghadapi krisis iklim. Di Jawa Barat, sebanyak 157 pemuda dari berbagai kabupaten mengikuti pelatihan intensif yang menjadi katalis lahirnya tiga proyek aksi iklim, termasuk CAI. Partisipan pelatihan mendapatkan bimbingan dari 150 fasilitator dan tenaga pendidik dari berbagai sektor, mulai dari pembuat kebijakan hingga praktisi lingkungan.
Country Director British Council Indonesia Summer Xiamenyebut program Climate Skills menjadi bukti bahwa ketika komunitas diberi akses pada pendidikan iklim yang tepat, mereka mampu menciptakan solusi yang relevan, inklusif, dan berkelanjutan dari bawah ke atas.
“Melalui program ini, terbukti bahwa Indonesia tidak kekurangan anak muda yang punya ide-ide dan solusi kreatif demi menciptakan komunitas masyarakat yang berkesinambungan dengan alam. Kami percaya bahwa keterampilan, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor adalah kunci untuk menghadapi tantangan global seperti krisis iklim. Melalui program ini, kami ingin memberdayakan masyarakat agar dapat beradaptasi, mandiri, dan menciptakan solusi berkelanjutan di sektor pertanian,” tutur Summer Xia.
CAI kini berdiri sebagai model konkret bagaimana anak muda dapat menjadi agen perubahan di garis depan, menghubungkan teknologi, komunitas, dan aksi iklim dalam satu gerakan nyata.
“Dengan dukungan yang tepat, CAI berpotensi direplikasi di wilayah lain, memperkuat fondasi pertanian yang tangguh, hemat energi, dan ramah lingkungan—sebuah langkah penting menuju masa depan Indonesia yang lebih berkelanjutan,” tutup Summer Xia.
STEVY WIDIA
Discussion about this post