Insurtech Igloo Raih Pendanaan Pra-Seri C Senilai US$36 Juta

insurtech Igloo

[Kiri-Kanan] Raunak Mehta, Co-Founder & CEO Igloo; Zhu Liliang, Chief Technology Officer Igloo; Sandra Ernst, Chief Operating Officer; Wilson Tseng, Chief Business Officer; Roshan Mahtani, Chief Finan (foto: Istimewa/youngster.id)

youngster.id - Insurtech Igloo mengumumkan telah berhasil menggalang dana senilai US$36 juta atau Rp555 miliar pada putaran pendanaan Pra-Seri C. Perusahaan investasi global Eurazeo dan perusahaan asuransi BNP Paribas Cardif, memimpin pendanaan tersebut.

Openspace dan La Maison, yang sebelumnya turut berpartisipasi dalam penggalangan dana Seri B dan Seri B+ Igloo, juga ikut serta dalam babak pendanaan ini, menegaskan kepercayaan mereka terhadap model bisnis perusahaan yang kuat.

Pendanaan ini hanya berselang 10 bulan setelah penggalangan dana Seri B+ yang dipimpin InsuResilience Investment Fund II yang dikelola oleh BlueOrchard, Secara keseluruhan, Igloo sukses mengumpulkan dana sebesar US$ 100 juta.

Igloo berhasil mengamankan pendanaan ini dengan valuasi perusahaan yang berhasil meningkat sebesar 50% dibanding seri B+ di 2022 sejalan dengan semakin dekatnya profitabilitas di 2024. Igloo dalam posisi untuk menggandakan nilai Gross Written Premium (GWP) dengan tingkat burn rate rendah, model bisnis perusahaan yang berfokus pada engineering dan data, membuat Igloo selangkah lebih dekat menuju profitabilitas pada 2024.

Raunak Mehta, Co-Founder dan CEO Igloo, mengatakan, dukungan dari para investor merupakan bukti dari pertumbuhan stabil dan ketangguhan Igloo di tengah-tengah tantangan industri.

“Babak pendanaan ini merupakan validasi dari strategi  dan performa bisnis kami. Igloo adalah satu-satunya perusahaan insurtech di Asia Tenggara yang memiliki laporan laba rugi yang menjanjikan, portofolio multi-produk yang beragam, dan jalur distribusi yang luas,” kata Raunak, Senin (4/11/2023).

Menurutnya, adanya tambahan dana ini memungkinkan Igloo untuk membuka peluang merger dan akuisisi di level horizontal dan vertikal – setelah menambah lisensi sebagai broker di seluruh kawasan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.

Selain itu, Igloo juga akan meningkatkan jumlah tenaga kerja sebesar 20% di bidang engineering, komersial, strategi, dan produk asuransi. Pada aspek peningkatan produk dan rantai nilai, Igloo akan menambah fokus pada produk asuransi kendaraan bermotor, kesehatan, produk yang berhubungan dengan iklim, digitalisasi penjaminan dan klaim, serta teknologi AI dan blockchain.

Country Manager Igloo Indonesia, Henry Mixson mengatakan, dukungan dari para investor ini akan membantu memperluas kemampuan Igloo untuk menyediakan layanan asuransi di seluruh Indonesia, dan kemudian memberikan lebih banyak perlindungan kepada para pelanggan. Hal ini akan dilakukan melalui peningkatan kemitraan dengan para pelaku industri, perluasan penawaran B2C melalui website, dan pertumbuhan vertikal baru. Dengan begitu, Igloo dapat melayani lebih banyak pelanggan B2B dan B2C.

“Kami memahami bahwa pemilu yang akan datang akan mempengaruhi keputusan bisnis dan individu dalam hal pengeluaran; namun, kami sangat bersemangat dengan berbagai kesempatan di Indonesia. Oleh karena itu, kami akan memanfaatkan peluang-peluang tersebut untuk menyediakan dan menawarkan lebih banyak lagi asuransi yang mudah diakses dan terjangkau untuk meningkatkan literasi dan penetrasi asuransi di Indonesia,” kata Henry.

Pasar asuransi Asia memiliki potensi yang luar biasa, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia, Vietnam, dan Filipina. Namun, meskipun adopsi asuransi terus meningkat, masih banyak masyarakat yang belum tersentuh layanan asuransi.

Menurut Roadmap Perasuransian Indonesia 2023-2027 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat penetrasi asuransi di Indonesia yang berada di kisaran 3,5% pada 2021 telah menurun menjadi 2,7% pada 2022. Walaupun, hal ini dapat terjadi karena berbagai alasan, salah satunya adalah karena peningkatan PDB, yang berkorelasi dengan target pertumbuhan Indonesia untuk menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-4 pada 2045.

Igloo menargetkan untuk memanfaatkan peluang ini, dengan memperkuat sistem digitalisasi sebagai salah satu strategi utama perusahaan, khususnya dalam lima tahun ke depan. Selain itu, Igloo juga akan terus mengembangkan kemitraan dan model bisnis keagenan agar dapat meningkatkan proses yang ada di seluruh rantai nilai asuransi.

Pada 2022, perusahaan ini meluncurkan Ignite by Igloo, sebuah platform digital yang meningkatkan produktivitas mitra penjualan asuransi. Ignite telah bekerja sama dengan 22.000 mitra di Indonesia dan Vietnam, dan memiliki target untuk mencapai 50.000 mitra pada akhir 2023, seiring rencana ekspansi ke negara-negara lain. Selain itu, sejalan dengan visi Igloo untuk meningkatkan inklusi keuangan bagi segmen masyarakat yang kurang terlayani, lebih dari 60 persen mitra Ignite adalah adalah perempuan.

Inovasi lainnya dari Igloo adalah Weather Index Insurance, sebuah asuransi parametrik berbasis teknologi blockchain yang dapat membantu kelompok petani. Produk ini berhasil menarik minat berbagai mitra di Vietnam karena potensi dan manfaatnya bagi sektor pertanian. Meskipun produk ini merupakan hal baru di sektor yang sangat tradisional, Weather Index Insurance telah diadopsi oleh ribuan petani Vietnam sejak diluncurkan November tahun lalu, dan melindungi setidaknya 20.000 hektar lahan pertanian kopi dan padi.

Igloo telah memfasilitasi lebih dari 500 juta polis dan menargetkan untuk menggandakan Gross Written Premium (GWP) dari tahun 2022. Kini, Igloo telah menjalin lebih dari 75 kemitraan di enam negara, memperluas penawaran produknya untuk mencakup pembiayaan konsumen, e-commerce, dan logistik.

“Kami sangat senang dapat berinvestasi di Igloo dengan perusahaan asuransi BNP Paribas Cardif. Dengan investasi kami di Tiongkok, Indonesia, India, dan Singapura, kami memperluas jejak kami dengan ambisi untuk menjadi pemain terkemuka di Asia,” kata Matthieu Baret, Managing Partner, Venture Eurazeo.

Investasi Eurazeo berfokus pada perkembangan teknologi inovatif dan ide bisnis yang mendisrupsi industri asuransi, sementara investasi Openspace yang berasal dari pendanaan tahap menengahnya, OSV+, berfokus pada putaran Seri C dan D untuk mendanai perusahaan-perusahaan teknologi transformatif di Asia Tenggara.

 

HENNI S.

Exit mobile version