Kaum Muda Mesti Dilibatkan Dalam Kebijakan Perubahan Iklim

climate change

Resah dengan Perubahan Iklim, Dua Mahasiswa ITB Kembangkan Aplikasi Mobile YESA! (Foto: Ilustrasi)

youngster.id - Para pemuda di seluruh dunia beranggapan bahwa perubahan iklim sebagai ancaman terbesar yang dihadapi planet ini. Untuk itu, banyak dari mereka yang berjuang untuk terlibat dalam tindakan yang berarti agar suara mereka didengar. Mereka berkeinginan dilibatkan dalam setiap kebijakan perubahan iklim (climate change).

Itu hasil yang mengemuka dari laporan British Council, yang bertajuk “Global Youth Letter Report”. Laporan ini menyurvei lebih dari 8000 anak muda berusia 18-35 tahun dari 23 negara, termasuk Indonesia, tentang perspektif mereka mengenai perubahan iklim. Survei ini menghasilkan suara yang kuat dan kritis dari kaum muda tentang perubahan iklim di 23 negara.

Penelitian ini merupakan bagian dari program Climate Connection British Council, yang bertujuan untuk menyatukan orang-orang di seluruh dunia untuk mengatasi tantangan perubahan iklim.

Sebanyak 25% anak muda yang disurvei berasal dari daerah pedesaan, yang mungkin lebih sulit dijangkau, dan 75% dari daerah perkotaan. Sebanyak 55% responden adalah perempuan.

Laporan tersebut juga didengar dari kelompok-kelompok yang secara tradisional diabaikan seperti kaum muda penyandang disabilitas, dan mereka yang termasuk dalam kelompok minoritas dan masyarakat adat.

Sebanyak 67% anak muda merasa bahwa pemimpin negara mereka tidak dapat mengatasi perubahan iklim sendiri. Mereka menyuarakan keprihatinan bahwa suara perempuan dan kelompok minoritas tidak tercermin dalam kebijakan perubahan iklim saat ini.

Laporan tersebut menemukan seruan yang konsisten bagi kaum muda untuk dimasukkan dalam keputusan kebijakan. Para pemuda merasa bahwa keterlibatan mereka akan memberikan ide-ide yang lebih inovatif untuk mengatasi perubahan iklim dan dapat menjangkau khalayak yang lebih luas dan lebih efektif. Temuan ini menekankan kebutuhan yang jelas bagi pembuat kebijakan untuk menyalurkan semangat dan antusiasme kaum muda dengan cara yang lebih praktis dan terstruktur.

Laporan tersebut menemukan bahwa sementara kaum muda bersedia dan ingin memberikan kontribusi yang berarti, banyak yang tidak memiliki kesempatan untuk melakukannya. Sebanyak 75% anak muda melaporkan bahwa mereka memiliki keterampilan untuk menangani masalah iklim di komunitas mereka dan 63% mengatakan bahwa mereka tahu tentang Konferensi Para Pihak Perubahan Iklim PBB (COP26). Namun, 69% mengatakan mereka tidak pernah berpartisipasi dalam aksi perubahan iklim.

Beberapa hambatan partisipasi pemuda dalam aksi iklim termasuk akses digital yang terbatas, budaya sosial hierarkis yang mengecualikan kaum muda, dan kurangnya akses ke pelatihan dan pengembangan keterampilan. Laporan tersebut juga menyoroti peran dan potensi saluran digital sebagai alat bagi kaum muda untuk mengatasi perubahan iklim, meskipun mengakui bahwa ‘kesenjangan digital’ yang membuat beberapa orang dikecualikan dari mengakses internet harus dipertimbangkan.

Kaum muda dengan suara yang vokal memandang media sosial sebagai platform penting untuk berbagi pesan tentang perubahan iklim dengan rekan-rekan mereka, melawan disinformasi dan mempengaruhi orang-orang di sekitar mereka. Bagi para pemuda di daerah terpencil yang tidak memiliki akses internet, televisi dan radio dapat memberikan mereka informasi tentang perubahan iklim.

Temuan dari laporan tersebut telah digunakan untuk menulis Global Youth Letter, sebuah rencana aksi yang menetapkan aspirasi dan rekomendasi kaum muda seputar perubahan iklim. Surat tersebut secara langsung ditujukan kepada para pembuat kebijakan dan pemimpin dunia yang akan menghadiri Konferensi Para Pihak Perubahan Iklim PBB (COP26) pada bulan November.

Kaum muda didorong untuk menandatangani surat dan berjanji untuk mengatasi perubahan iklim, menambahkan rekomendasi mereka sendiri untuk dipertimbangkan. Surat tersebut dapat ditandatangani di sini: https://confirmsubscription.com/h/y/73992BCF41392DAB

“Darurat iklim adalah krisis terbesar yang dihadapi planet kita sehingga tidak mengherankan jika penelitian British Council menemukan bahwa ini adalah prioritas nomor satu bagi kaum muda di seluruh dunia. Kami bangga dengan 588 pemuda Indonesia yang telah membubuhkan tanda tangan mereka pada Global Youth Letter kami sejauh ini, menyerukan kepada para pemimpin dunia untuk tindakan segera. Saya harap ini mengirimkan pesan yang kuat tentang pentingnya memasukkan suara pemuda dalam percakapan perubahan iklim,” kata Hugh Moffat,Country Director British Council Indonesia.

 

FAHRUL ANWAR

 

Exit mobile version